Charlotte Hasana, wanita cantik dengan tubuh perawakan mungil, ramping dan cantik. Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang begitu materialistis. Ibu Tiri Charlotte berencana menikahkan dirinya kepada laki-laki tua kaya raya namun seorang Gay. Charlotte menentang keras keinginan Ibu tirinya. Karena itu, Charlotte berencana kabur dengan dandanan berbeda dari biasanya. Dia memoles wajahnya begitu jelek.
Namun ketika dirinya kabur, dia bertemu dengan laki-laki yang mengancam hidupnya. Hingga karena suatu alasan, Charlotte terpaksa melakukan hubungan satu malam dengan laki-laki itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
“Bagaimana jalan-jalannya, menyenangkan?”
Xavier bangun dari duduknya dan berjalan mendekati Charlotte. Raut wajah laki-laki itu terlihat datar dan dingin. Pandangannya tak lepas dari Charlotte yang berdiri mematung di dekat pintu. Charlotte tak tahu harus melakukan apa, padahal banyak scenario bagus yang sudah dirancang olehnya untuk membuat alasan saat bertemu Xavier. Namun entah hilang kemana, nyalinya makin menciut ketika berhadapan dengan laki-laki itu.
Langkah kaki Xavier kian mendekat, mengikis jarak diantara mereka. Tatapan laki-laki itu seolah mengintimidasi Charlotte tanpa jeda. Tak dapat dipungkiri, sikap Xavier seperti ini mampu membuat Charlotte diam tak berkutik.
“Kenapa diam? Aku bertanya padamu.”
Xavier berhenti tepat didepan Charlotte. Kedua tangannya bersedekap didadanya, menunggu balasan dari Charlotte.
“Emb, soal itu. Aku minta maaf.” cicit Charlotte seraya menundukkan kepala. Charlotte bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa justru kata permintaan maaf yang terlontar dimulutnya? Bukankah ini yang diinginkannya, membuat Xavier marah dan membencinya? Seharusnya sikapnya tak berubah lembek begini bukan. Dia memang plinplan dan tidak konsisten. Payah.
“Untuk apa minta maaf.”
“Karena pergi begitu saja. Aku melakukannya juga karenamu. Jika saja kau tidak menyuruh bodyguard itu mengikutiku, aku juga tidak akan kabur seperti ini.” Ucap Charlotte membela diri.
“Itu semua demi keselamatanmu. Aku hanya melakukan tugasku.” Ucap Xavier.
“Tapi aku tidak suka hal itu. Aku bukan anjing piaraa yang harus selalu diawasi! Aku butuh kebebasan.”
“Kita bahkan belum menikah, tapi kau terus memerintahku seolah aku tawananmu!” imbuh Charlotte dengan menaikkan nada suaranya.
Charlotte memalingkan wajahnya dengan nafas tersenggal-senggal. Dia marah dan ingin memberontak karena keadaannya sekarang. Xavier harus tahu apa yang selama ini dia kesalkan.
“Jujur saja, aku tidak ingin menikah denganmu. Ini membuatku frustasi. Aku bukan barang yang seenaknya diberikan pada orang lain. Aku yakin, kau pasti merasakan hal yang sama. Kau pasti juga tidak ingin menikahiku.” Charlotte menatap dalam Xavier, lalu meraih tangannya. Matanya berkaca-kaca penuh permohonan, “Hubungan ini tidak akan berhasil. Kita selesaikan sampai disini. Dan urusi hidup kita masing-masing. Oke?”
Xavier melirik tangannya yang dipegang erat Charlotte. Lalu beralih ke wajah wanita itu. Dengan perlahan, Xavier melepaskan tangannya dari Charlotte. Membuat wanita itu bingung dibuatnya.
“Pernikahan ini tidak boleh gagal dan tetap akan berlanjut.” Ucapnya.
Charlotte menatap tak percaya pada Xavier. Sungguh diluar pemikirannya, laki-laki itu tetap mempertahankan pernikahan mereka setelah apa yang dia katakan. Apa yang menjadi penyebab Xavier mempertahankan pernikahan itu? Yang jelas-jelas hanya akan menghancurkan mereka nantinya?
“Apa? Apa yang membuatmu bertahan? Katakan alasanmu!”
“Kau tidak perlu tahu. Lakukan saja apa yang mereka inginkan. Ini sangat mudah.”
“Mudah kau bilang??!” Charlotte tertawa miris. “ Seenaknya saja kamu bicara segamblang itu?! Ini tentang hidupku Tuan, Kau tidak akan tahu karena ini bukan hidupmu! Aku tidak pernah menginginkan pernikahan yang dipaksa seperti itu! Aku punya masa depanku sendiri, impianku dan hal-hal yang ingin kulakukan nantinya. Menikah denganmu, hanya akan membuatku mengubur semua itu! Aku tidak mau!!”
“Akan kuberikan apa yang kau mau.”
“Tidak! Aku tidak mau mendapatkannya darimu. Hiks,… Aku hanya ingin lepas dari pernikahan itu.” Charlotte sesegukan seraya mengusap air matanya yang jatuh. Tak ingin terlihat lemah dihadapan Xavier, Charlotte memalingkan wajahnya.
“Aku pasti akan menggagalkan pernikahan ini. Aku juga tidak perlu tinggal disini lagi.”Charlotte berbalik dengan tekad kuatnya untuk pergi. Dia tidak ingin menyia-nyiakan hidupnya tinggal di tempat seperti penjara ini.
“Siapa yang mengijinkanmu pergi.” Suara Xavier terdengar dingin.
Charlotte berbalik dengan wajah geram. “Aku. Aku sendiri yang mengingankannya. Kau tidak perlu takut pada kakekmu untuk menolak pernikahan ini. Aku sendirilah yang akan membebaskan kita dari belenggu pernikahan tak berguna itu.”
“Kau pikir aku takut?” Xavier mengangkat kepalanya dengan angkuh, senyum sinis terulas dibibirnya. “Jika aku mau, aku sendiri bisa membatalkannya tanpa persetujuan siapapun. Dan asal kau tahu, aku tidak akan membiarkan pernikahan ini gagal karena ulahmu.”
“Kau!” seru Charlotte dengan gigi gemelatuk. “ Kenapa kau jadi menerima pernikahan ini? Apa untungnya untukmu, hah? Kaya? Tentu saja kau lebih kaya dariku. Keluargaku bahkan hampir bangkrut. Cantik? Haha, lihatlah baik-baik Tuan, Matamu masih normal bukan? Aku sangat jelek seperti ini. Lalu apa yang kau pertahankan untuk menikahiku??!”
“Sudah kukatakan itu urusanku. Lagipula, aku tidak pernah bilang menolakmu. Dan tidak menginginkan apapun darimu. Aku sudah memiliki semuanya.”
“Bulsh*t! Omong kosong. Kau pasti punya rencana lain padaku kan? Iya kan??!”
“Ya. Menikahimu.”
“Akhh!!!” Charlotte memegang kepalanya, begitu frustasi mendengar alasan simpel dari Xavier. Charlotte berkenyakinan jika Xavier ada maksud lain menikahinya. Dia tidak tahu pasti, tapi pasti itu sangat merugikannya nanti.
“Aku gak mau menikah denganmu. Ngerti gak sih?”
“Kalau begitu turuti saja perkataanku. Jangan membuatku marah untuk kedua kalinya.”
“Cih, tentu hal itu yang kuinginkan. Aku akan tetap pergi dari sini, tidak ada yang bisa menghentikanku termasuk kau!” seru Charlotte. Bersikeras tak mau kalah. Apapun yang Xavier katakan tak akan menyusutkan langkahnya untuk menemukan kebebasan.
GREB!
Tangan Charlotte ditarik ke belakang hingga tubuhnya menabrak dada Xavier cukup keras. Kepalanya ditahan oleh tangan Xavier yang besar, menyulitkannya untuk bergerak. Perlahan, bibir Xavier turun kebawah menuju telinga Charlotte. Hembusan hangat nafas laki-laki itu menyentuh kulit telinganya hingga merasakan geli tak tertahan.
“Apa yang kau lakukan?! Le-lepas!”
“Sebentar lagi, Kau akan melihat bagaimana caraku menghukum, Nona Charlotte. Kau harus mendapat pelajaran yang membuatmu tak membangkangku lagi.” Bisik Xavier yang membuat bulu kuduk Charlotte berdiri seketika.
Setelah mengatakan itu\, Xavier langsung mencengkram kuat dagu Charlotte dan ******* bibirnya. Lid*hnya menelusuri bibir atas dan bawah Charlotte tanpa memberi jeda untuk melepasnya. Serangan yang diberikan Xavier begitu mendadak\, hingga membuatnya tak sempat mengelak. Charlotte berusaha memberontak. Tangannya memukul-mukul dada Xavier agar melepaskan ciumannya.
Bukannya melepas, Xavier semakin merekuh tubuh langsing Charlotte dengan kuat. Tak membiarkan wanita yang akan menjadi istrinya itu lepas begitu saja dari hukumannya. Kemarahan tak terkendali seperti inilah yang ditunjukkan Xavier jika ada orang yang berani membantahnya. Tidak seorang pun yang mampu lepas dari hukumannya yang menakutkan itu.
“Le-passshh..” lirih Charlotte disela-sela ciuman buas Xavier.
Tubuh Charlotte didorong lebih dekat pada laki-laki itu. Sedangkan bibir mereka masih bertautan rapat. Bibir ranum Charlotte begitu candu untuk Xavier. Laki-laki itu menahan kepala dan pinggang Charlotte semakin kuat, memberinya jeda bernafas, lalu kembali ***** bibir wanita itu lagi dan lagi. Begitu seterusnya sampai Charlotte benar-benar kuwalahan dibuatnya dan tubuhnya lemas didekapan Xavier.
Limabelas menit berlalu, Xavier melepas ciumannya dan menatap wajah Charlotte dengan kedua matanya yang masih terpejam. Nafas keduanya tersenggal-senggal terutama Charlotte.
“Aku akan menghukummu lagi, jika kau berani kabur dariku. Ancamanku tidak pernah main-main.”