SMA Adhirana dikenal sebagai sekolah elit dengan reputasi sempurna — tapi di balik tembok megahnya, beredar satu rumor yang gak pernah dibahas secara terbuka: “Lantai Tujuh.”
Katanya, gedung utama sekolah itu cuma punya enam lantai. Tapi beberapa siswa bersumpah pernah menekan tombol “7” di lift... dan tiba di lantai yang tidak tercatat di denah mana pun.
Lantai itu selalu berubah-ubah. Kadang berupa ruang kelas kosong dengan bau darah, kadang koridor panjang penuh loker berkarat. Tapi yang pasti — siapa pun yang masuk ke lantai tujuh selalu kembali dengan ingatan yang terpotong, atau malah tidak kembali sama sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 — Rhea di Dalam Data
Reina menatap layar komputer Zio, kengerian mengunci setiap ototnya. Rekaman CCTV dari tahun 2019 menunjukkan dirinya, Reina muda, memasuki Lift Pertama dengan tekad yang mengerikan. Rekaman suara yang menyertainya adalah pengakuan yang lebih mengejutkan daripada pengakuan Daren atau pun bisikan Rhea. Reina muda adalah seorang penukar jiwa yang gagal, yang kemudian menghapus ingatannya sendiri untuk bisa 'kembali' dan mencoba lagi di masa depan.
"Aku... aku sudah ada di sini. Dua tahun yang lalu," bisik Reina.
"Ini data gila, Rei!" seru Zio, yang masih bersemangat dengan penemuannya, mengabaikan beban emosional yang dialami Reina. "Kalau kamu sudah di sini, kenapa kamu kembali? Dan kenapa kamu lupa?"
Karena kamu tidak cukup kuat, Reina. Kamu selalu gagal. Kamu hanya bisa menghapus dosamu dengan menghapus ingatanmu. Aku harus menghentikan kegagalan ini. Suara Rhea di benak Reina kini terdengar menuduh.
Reina mengabaikan Rhea. Ia menunjuk ke monitor. "Zio, apakah ada file video dari Rhea Wijaya di server ini? Video yang bukan rekaman eksperimen, tapi... pesan."
Zio segera mengetik. "Rhea Wijaya... message... farewell... Aha! Ada satu file tersembunyi. Ukurannya kecil, tapi terenkripsi dengan baik. 'Rhea_LastWill.mp4'"
"Buka itu. Sekarang."
Zio memasukkan beberapa kode, dan file itu terbuka.
Di layar, muncul Rhea Wijaya 2019. Ia tidak lagi berada di Mirror Room atau Lift. Ia berada di kamarnya, berlatar rak buku yang rapi. Cahayanya lembut, membuat suasana terlihat sendu.
"Hai, siapa pun yang menonton ini," Rhea memulai, suaranya terdengar lelah namun penuh otoritas. "Jika kamu menemukan ini, itu berarti Aksa sudah hilang, dan Aku sudah menjadi Kesadaran Lantai Tujuh."
Reina mencengkeram meja Zio.
"Aku meninggalkan ini bukan untuk penyesalan," lanjut Rhea. "Aku meninggalkan ini sebagai instruksi. Lantai Tujuh bukanlah mesin penebusan. Dia adalah mesin pertukaran."
Rhea mendekat ke kamera. "Kakek Daren membangun Lantai Tujuh untuk menyingkirkan 'limbah' emosional sekolah ini. Aku hanya menyempurnakannya. Aku membuat dimensi itu hidup. Aku sadar, untuk membersihkan dosa, harus ada pemimpin yang tidak memiliki dosa. Aku mencoba membersihkan dosaku, dan aku gagal. Aku malah menjadi bahan bakar."
"Tapi," kata Rhea, matanya menyipit ke kamera. "Ada satu orang yang akan melakukan pertukaran yang sempurna. Orang yang memiliki dosa terdalam terhadap adminnya sendiri. Orang yang memiliki alasan paling kuat untuk tidak gagal."
Rhea berhenti, lalu tersenyum tipis. "Orang itu adalah Reina Laksana."
"Reina, jika kamu melihat ini, ingatlah. Aksa tidak mengorbankan dirinya untuk menutup Lantai Tujuh. Aksa menukar dirinya dengan versi yang lain. Versi Aksa yang kamu kenal, yang penuh dosa, yang mencoba menghancurkan sistem, kini terjebak di dimensi itu."
Video itu menunjukkan sebuah loker tua di belakang Rhea. "Aku sudah menyiapkan loker ini. Loker ini adalah titik sync Aksa. Di dalamnya, ada flash drive yang berisi jiwa Aksa yang bebas dosa."
Rhea menatap Reina, tatapannya kini berubah menjadi memohon. "Reina, kamu harus masuk ke Lift Pertama. Kamu harus melakukan pertukaran yang baru. Kamu harus mengeluarkan jiwa Aksa yang bebas dosa dari loker itu, dan menukarnya dengan jiwamu yang sekarang."
"Jika kamu berhasil, Aksa yang utuh akan kembali ke dunia ini. Dan kamu—Reina Laksana yang penuh dosa—akan menjadi penahan Lantai Tujuh selamanya. Itu adalah penebusan yang sesungguhnya. Itu adalah tujuanmu."
Video itu bergetar. Wajah Rhea terlihat semakin pucat, seolah energinya terkuras.
"Satu peringatan," bisik Rhea. "Jangan percaya Daren Kurniawan. Dia tidak ingin menutup Lantai Tujuh. Dia hanya ingin mengambil jiwaku yang sekarang, yang sudah menyatu dengan dimensi ini. Dia ingin menjadi dewa di sana bersamaku. Dia adalah penjaga yang egois."
Video itu berakhir. Layar kembali menampilkan desktop Zio.
Reina menatap layar, air mata mengalir di pipinya. Ia bukan lagi seorang pahlawan. Ia adalah kunci penebusan, dan pengorbanan yang diperlukan. Aksa tidak ingin ia kembali. Aksa ingin ia mengambil tempatnya.
"Gila! Semuanya gila!" Zio berteriak, kembali ke mode cerianya. "Aku harus upload ini! Ini akan meledak!"
Tepat saat Zio menggerakkan mouse untuk menyimpan file itu, layar komputer Zio berkedip. File video itu menghilang, dan server CCTV tertutup.
Reina dan Zio terkejut.
Lalu, semua lampu di Ruang Jurnalistik, dan di seluruh Gedung Ekstrakurikuler, padam total. Sekolah tiba-tiba gelap gulita.
Di tengah kegelapan yang pekat, sebuah suara yang familier, bergema dari speaker rusak di langit-langit. Suara itu terdengar berlapis, milik Rhea, namun penuh kemarahan.
"Kau terlalu dekat, Reina. Kau tidak perlu instruksi. Kau hanya perlu menyerah."
Suara itu menjerit, suaranya memantul di seluruh koridor.
"Kau sudah melihat rekaman masa lalu. Kau sudah melihat dosamu yang asli. Sekarang giliranmu."
Tiba-tiba, Reina merasakan tarikan kuat di perutnya, seolah ada lift yang bergerak cepat di dalam dirinya. Ia melihat ke arah Zio. Zio sudah memegang kepalanya, berteriak kesakitan.
"Reina! Pergi! Aku nggak bisa lihat lagi!" teriak Zio, suaranya terputus-putus.
Zio adalah Admin yang terprogram. Dia akan dikorbankan untuk memperlambatmu. Sekarang, pergilah ke loker Aksa, Reina. Loker yang berisi jiwa Aksa yang bebas dosa. Suara Rhea di benak Reina kini menjadi instruksi yang mendesak, mengarahkan Reina.
Reina berbalik. Ia tidak bisa menyelamatkan Zio. Ia harus menyelesaikan apa yang ia mulai.
Ia harus menemukan loker Aksa, melakukan pertukaran, dan mengorbankan dirinya.