NovelToon NovelToon
Harem Sang Putri

Harem Sang Putri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa / Cinta Istana/Kuno / Satu wanita banyak pria
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: miaomiao26

Seharusnya, dengan seorang Kakak Kaisar sebagai pendukung dan empat suami yang melayani, Chunhua menjadi pemenang dalam hidup. Namun, kenyataannya berbanding terbalik.

Tubuh barunya ini telah dirusak oleh racun sejak bertahun-tahun lalu dan telah ditakdirkan mati di bawah pedang salah satu suaminya, An Changyi.

Mati lagi?

Tidak, terima kasih!

Dia sudah pernah mati dua kali dan tidak ingin mati lagi!
Tapi, oh!

Kenapa An Changyi ini memiliki penampilan yang sama dengan orang yang membunuhnya di kehidupan lalu?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miaomiao26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Kesayangan

Kereta megah istana Putri melaju perlahan di jalanan. Lonceng di sudut bergemerincing lembut, menutupi asap dan mesiu yang reda.

Su Yin duduk tenang di samping Kusir, sama sekali tidak menyadari majikannya baru melakukan lelucon gelap.

Bagian dalam kereta masih sunyi, sampai Chuhua berbicara, "sebenarnya bukan karena tidak mempercayaimu, hanya saja beberapa urusan, semakin sedikit orang tahu akan semakin baik."

Jing Zimo memasukkan kembali cerminnya dan menuang secangkir teh.

"Tapi kali ini, Putri ini butuh bantuanmu?" lanjutnya sembari mengait jarinya, mengisyaratkan Jing Zimo untuk mendekat.

Jing Zimo terdiam sebentar sebelum mendekat. Dia merasakan napas dingin menghembus di telinganya saat Chunhua berbicara.

Awalnya ekspresinya cukup santai, tetapi semakin lama dia mendengar perkataan Murong Chunhua, ekspresinya berubah menjadi tidak percaya.

"Ini asli?" tanyanya setelah Chunhua selesai berbisik.

Chunhua mengangguk yakin dan menjawab, "lebih asli dari emas."

Jing Zimo masih terlihat ragu. "Ini ... bahkan sekutunya mungkin tidak tahu," katanya, "jadi bagaimana Yang Mulia bisa tahu?"

Chunhua mengedip genit. "Rahasia langit tidak bisa dibocorkan," katanya santai kemudian menyandarkan punggung. "Su Yin, ke restoran Yunlan."

"Baik Yang Mulia."

Kereta berguncang pelan saat berbelok.

Chunhua bersandar miring pada dinding berlapis sutra, jemarinya mengetuk ringan sisi jendela. Di depannya, Jing Zimo masih menatap, sorot matanya menyelidik di antara tirai cahaya yang bergoyang lembut.

Dari celah tirai, sinar matahari menerobos masuk, membentuk garis tipis di wajah Chunhua. Ia menoleh keluar, menatap pemandangan kota yang melintas perlahan.

Sekilas, ia bisa melihat bagaimana semua orang menepi dan menunduk begitu kereta berlambang Istana Fangsu lewat. Hiruk-pikuk pasar mendadak mereda, seolah bayangan naga lewat di atas kepala mereka.

"Betapa ‘baiknya’ reputasi tubuh ini," gumam Chunhua, lirih.

Sudah beberapa kali ia keluar, namun hasilnya selalu sama, jalanan yang tadinya ramai, mendadak menjadi sunyi.

"Bukankah itu Lan Liang?" kata Jing Zimo tiba-tiba saat melihat sosok familiar sedang keluar dari sebuah toko.

"Mungkin membeli bahan obat," tutur Chunhua, kemudian melihat seorang wanita muda yang berjalan di samping Lan Liang.

"Bukankah ini Putri sah Li Kang?" Jing Zimo tersenyum main-main sambil melihat Chunhua. "Apakah wanita tercantik Daliang baru saja diselingkuhi?"

Chunhua mendengus, kemudian mencibir, "apanya yang diselingkuhi?"

Kereta berhenti dengan mulus. Suara gemerincing lonceng di sudut atapnya perlahan mereda, berganti dengan langkah kaki kuda yang teratur di luar.

"Yang Mulia, kita sudah sampai," kata Su Yin bersamaan dengan pintu kereta yang terbuka.

Udara luar masuk, membawa aroma teh dan rempah dari restoran di seberang jalan.

Sebagai pria sejati, Jing Zimo turun terlebih dahulu, lalu menoleh dan mengulurkan tangan membantu Chunhua.

Dahulu, sebelum keluarganya jatuh, Jing Zimo dikenal sebagai tuan muda yang penampilannya seanggun giok—halus, tenang, dan menawan. Namun, kini bertahun-tahun kemudian, bayangan Tuan Muda Jing itu telah lama dilupakan.

Yang tersisa hanyalah Tuan Jing, mantan pelacur yang ditebus oleh Putri Agung dan kini menjadi salah satu selirnya.

Melihat penampilan Jing Zimo saat ini, siapa pun yang mengenalnya di masa lalu pasti tidak akan percaya bahwa ia adalah tuan muda berpendidikan dari keluarga bangsawan Jing.

Tuan Muda Jing yang dulu selalu rapi dan berhati-hati dalam penampilan, kini berdiri dengan pakaian longgar yang sedikit terbuka di dada, menampakkan kulit pucat berhiaskan garis samar bekas cambuk yang nyaris tak kasat mata. Rambutnya yang hitam legam tidak lagi disanggul dengan benar, tetapi terurai dan jatuh di bahu, membingkai wajahnya dengan kesan acak tapi menggoda.

Tatapannya, yang dulu teduh dan berwibawa, kini berubah menjadi tajam dan licin seperti belati terselubung beludru. Dan senyum yang menghiasi bibirnya tampak lembut, tetapi siap menggigit kapan saja.

Mengabaikan berbagai tatapan ingin tahu dan jijik, Jing Zimo melingkarkan tangannya pada lengan Chunhua. Ia bergelayut manja dengan senyum genit, langkahnya ringan dan riang.

Restoran Yunlan yang biasanya ramai mendadak sunyi sesaat begitu kereta bersegel istana Fangsu berhenti di depan pintunya.

Para pelayan yang semula berlari membawa nampan, kini menunduk cepat-cepat, sementara beberapa tamu pura-pura sibuk dengan cangkir mereka, tapi telinga mereka jelas menajam.

Di sudut ruangan, dua pedagang tua yang tengah bermain dadu saling pandang, lalu menunduk dalam diam. "Jika pria ini tidak pergi, mungkin gelar bunga teratas Nan Hu Ting bukan milik Hua Lan."

Jing Zimo mendengar bisikan itu, tapi tidak menoleh. Bibirnya justru melengkung lebih tinggi, seolah menikmati setiap tatapan hina yang diarahkan padanya. "Yang Mulia, terima kasih sudah menemaniku," katanya manja.

Chunhua menepuk lembut tangan Jing Zimo. "Hanya makan di restoran, apa yang begitu sulit," ujarnya santai. "Lain kali, jika ingin apa pun, Mo’er tidak perlu menahan diri. Langsung saja katakan, Putri ini pasti akan memenuhinya."

"Yang Mulia sangat baik… saya tidak tahu bagaimana harus berterima kasih." Suara Jing Zimo lembut dan serak di ujungnya, matanya tampak berkaca-kaca.

"Mo’er adalah kesayanganku," kata Chunhua lembut, bibirnya menyentuh senyum samar, "jika aku tidak baik padamu, harus baik kepada siapa?

Kata-kata itu bergema samar, mengalun naik bersama langkah mereka menuju lantai dua. Meninggalkan Wu Chen yang menatap muram pada bayangan Sang Putri dan selirnya yang memudar.

Saat pintu ruang pribadi ditutup, tidak ada lagi Putri yang memanjakan selirnya atau selir genit yang coba memenangkan kasih sayang.

Jing Zimo langsung melepaskan genggamannya, sementara Chunhua berjalan ke kursi utama.

Su Yin menuang teh tanpa suara, aroma lembut menguar di udara.

Chunhua mengangkat cangkir itu, menyeruput seteguk sebelum berbicara, "pastikan semuanya rapi."

"Yang Mulia tenang saja," jawab Jing Zimo, suaranya tenang dan penuh keyakinan.

Ia berdiri membelakangi Chunhua, membuka tali jubahnya satu per satu. Kain sutra ungu yang sebelumnya menempel di tubuhnya jatuh ke lantai tanpa suara.

"Saya mengerti keseriusan masalah ini," tambahnya sambil memakai pakaian hitam yang diserahkan seorang pengawal yang menyertai mereka.

Baru saja dia selesai mengikat sabuknya, terdengar dua kali ketukan pelan di pintu.

1
lia
Cepat up ya kak, mau mampir bentar👣✨
Semangat selalu!👏🙌
Lulu: makasih dukungannya, aku usahakan up tiap hari /Rose/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!