Jaka, pemuda desa yang tak tahu asal-usulnya, menemukan cincin kuno di Sungai Brantas yang mengaktifkan "Sistem Kuno" dalam dirinya.
Dibimbing oleh suara misterius Mar dan ahli spiritual Mbah Ledhek, ia harus menjalani tirakat untuk menguasai kekuatannya sambil menghadapi Bayangan Berjubah Hitam yang ingin merebut Sistemnya.
Dengan bantuan Sekar, keturunan penjaga keramat, Jaka menjelajahi dunia gaib Jawa, mengungkap rahasia kelahirannya, dan belajar bahwa menjadi pewaris sejati bukan hanya tentang kekuatan, tetapi tentang kebijaksanaan dan menjaga keseimbangan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ali Jok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAHASIA DI PERMUKAAN BULAN
Kalau ada yang bilang jalan-jalan ke bulan itu romantis, mereka jelas belum pernah mencoba pergi kesana dengan pesawat dadakan, dikejar-kejar ancaman pemusnah galaksi, dan harus memecahkan teka-teki kuno yang bisa menentukan nasib miliaran makhluk hidup. Tapi ya, itulah hidupku, selalu penuh kejutan yang tidak menyenangkan.
"Persiapan terakhir!" teriak Elara sambil mengecek peralatan di pesawat kecil yang kami siapkan. "Oksigen cukup untuk 48 jam, perisai energi aktif, dan sistem pendorong sudah dimodifikasi dengan teknologi Konfederasi."
Sekar memandangku dengan wajah serius. "Kau yakin tentang ini, Jaka? Kita tidak tahu apa yang menunggu di sana."
"Lebih tidak yakin daripada waktu aku ikut lomba makan kerupuk di festival desa dulu," jawabku sambil mengepak perlengkapan. "Tapi kita tidak punya pilihan."
Banaspati sudah berada di dalam pesawat, api di tubuhnya beradaptasi dengan lingkungan bertekanan rendah. "Aku bisa merasakan panggilan dari struktur itu. Seperti... ada yang mengenaliku."
Mbah Ledhek membawa tas berisi rempah-rempah dan benda ritual. "Dalam tradisi kita, bulan adalah penjaga waktu dan pengetahuan. Mungkin ada kebijaksanaan kuno yang bisa membantu kita."
"Analisis: Kemungkinan keberhasilan misi 43%, risiko kegagalan 57%," lapor Mar dengan optimismenya yang khas.
"Terima kasih untuk statistik yang menyemangati itu, Mar," gumamku sambil masuk ke pesawat.
Perjalanan ke bulan ternyata tidak semulus yang kubayangkan. Meski dengan teknologi Konfederasi, tetap saja rasanya seperti naik roller coaster yang dikendarai oleh orang mabuk.
"Gemetaran ini normal?" tanyaku pada Elara sambil berusaha tidak muntah.
"Sepenuhnya normal untuk pesawat yang dibuat dalam 24 jam," jawabnya sambil menekan-nekan tombol dengan cepat.
Sekar memegang tanganku erat. "Setidaknya pemandangannya bagus." Dia benar, melihat Bumi dari kejauhan seperti bola biru hijau yang indah membuat semua risiko terasa sepadan.
Tapi pemandangan indah itu terganggu oleh alarm yang tiba-tiba berbunyi.
"Peringatan: Energi anomali terdeteksi dari struktur bulan," Mar mengumumkan. "Pola energinya... mirip dengan sistem Generasi Keempat."
Saat kami mendekati bulan, struktur itu terlihat jelas, bangunan putih mutiara yang berkilauan, dengan desain arsitektur yang tidak seperti apapun yang pernah kulihat. Bukan teknologi dingin seperti milik Pemburu, tapi lebih seperti seni yang hidup.
"Lihat!" seru Sekar. "Struktur itu... bernapas?"
Dia benar. Bangunan itu tampak bergerak perlahan, seperti makhluk hidup yang sedang tidur.
Banaspati tiba-tiba bersemangat. "Aku mengenali energi ini! Ini adalah Kuil Pengetahuan Antar Dimensi!"
"Kau tahu tentang ini?" tanyaku heran.
"Ingatanku... kembali perlahan. Aku pernah di sini, dulu sekali."
Saat mendarat, kami disambut oleh sosok energi tinggi dengan wajah yang terus berubah-ubah.
"Salam, Pewaris," suaranya bergema dalam pikiran kami semua. "Aku adalah Lumen, penjaga terakhir Kuil Pengetahuan. Sudah berabad-abad aku menunggu kedatanganmu."
Aku melangkah maju, mencoba tidak terlihat takut. "Aku Jaka. Kami di sini karena—"
"Kau tidak perlu menjelaskan," potong Lumen. "Aku tahu semua yang terjadi. Waktunya telah tiba untukmu mengetahui kebenaran seutuhnya."
Dia mengangkat tangan, dan seluruh kuil menyala, memproyeksikan sejarah galaksi.
"Orang tuamu," mulai Lumen, "bukan hanya ilmuwan. Mereka adalah Penjaga Warisan terakhir dari Ras Pertama, peradaban yang menciptakan seluruh tata surya ini."
Sekar terkesiap. "Menciptakan tata surya?"
"Ya," jawab Lumen. "Mereka adalah arsitek kehidupan di galaksi ini. Dan kau, Jaka, adalah keturunan terakhir mereka."
Aku merasa pusing. "Tunggu, jadi aku... bukan manusia?"
"Kau manusia, tapi dengan warisan yang lebih besar," jelas Lumen. "DNA-mu mengandung kode untuk mengaktifkan sistem pertahanan galaksi."
Banaspati mendekat. "Dan aku? Apa hubunganku dengan semua ini?"
"Kau adalah penjaga portal yang diciptakan oleh orang tua Jaka," kata Lumen. "Tugasmu adalah melindungi pewaris sampai saatnya tiba."
Mbah Ledhek mengangguk, seperti sudah menduga. "Dalam naskah kuno Jawa, ada cerita tentang 'Manusia Bintang'. Sekarang aku mengerti."
Tapi Lumen punya berita yang tidak menyenangkan. "Untuk mengaktifkan sistem pertahanan galaksi, kau harus melewati tiga ujian."
Ujian pertama adalah ujian kekuatan. Kami harus menyatukan kemampuan kami untuk menyalakan Crystal of Unity. Dengan usaha bersama, energi air Sekar, api dimensional Banaspati, spiritualitas Mbah Ledhek, teknologi Elara, dan sistemku, kami berhasil membuat kristal itu bersinar terang.
Ujian kedua adalah ujian kebijaksanaan. Lumen menunjukkan vision masa depan dimana kami harus memilih antara menyelamatkan Bumi atau menyelamatkan galaksi. Tapi kami memilih jalan ketiga, menyelamatkan keduanya dengan mencari solusi kreatif.
"Jawaban yang tepat," kata Lumen dengan bangga. "Kebijaksanaan sejati adalah menemukan cara untuk tidak mengorbankan siapapun."
Ujian ketiga adalah yang paling menakutkan, ujian pengorbanan. Kami harus memasuki Chamber of Truth dan menghadapi ketakutan terbesar kami.
Di ruangan itu, aku bertemu dengan versi diriku yang sudah dikuasai oleh sistem, menjadi seperti Raden Panji. "Inilah masa depanmu," bisik versi jahatku. "Kekuatan tanpa batas, tapi kesepian abadi."
Tapi aku ingat pelajaran dari Eyang Retno, dari Bramantya, dari semua yang telah berkorban. "Aku menolak takdir itu," kataku dengan tegas. "Aku akan menemukan jalan sendiri."
Setelah melewati semua ujian, Lumen memberikan kami akses penuh ke pengetahuan kuil.
"Pemusnah bukanlah makhluk jahat," jelas Lumen sambil memproyeksikan data. "Mereka adalah sistem pembersih galaksi yang lepas kendali. Diciptakan oleh Ras Pertama untuk mencegah kepunahan massal, tapi sekarang menjadi ancaman."
Elara memandangi data dengan ngeri. "Teknologi mereka... jauh melampaui Konfederasi."
"Tapi ada harapan," lanjut Lumen. "Orang tuamu meninggalkan senjata, Genesis Device yang bisa me-restart sistem Pemusnah."
"Dimana senjata itu?" tanyaku penuh harap.
"Tersembunyi di inti Bumi," jawab Lumen. "Tapi untuk mengaktifkannya, kau harus menyatukan semua elemen api, air, tanah, udara, dan spirit."
Sekar menarik napas dalam. "Itu... hampir mustahil."
"Tidak untuk pewaris sejati," kata Lumen. "Tapi peringatan, mengaktifkan Genesis Device akan mengubah Bumi selamanya. Dan membutuhkan pengorbanan besar."
Tiba-tiba, seluruh kuil bergetar. Mar berbicara dengan urgensi.
"Peringatan! Pemusnah telah sampai di orbit Mars! Perkiraan waktu sampai Bumi: 6 jam!"
Lumen memandang kami dengan serius. "Keputusan ada di tanganmu, Pewaris. Aktifkan Genesis Device dan ubah Bumi selamanya, atau hadapi Pemusnah dengan kemampuanmu sekarang."
Aku memandang teman-temanku, Sekar yang setia, Banaspati yang protektif, Mbah Ledhek yang bijaksana, Elara yang kompeten, bahkan Mar dan Generasi Keempat yang sudah seperti keluarga.
"Kita tidak punya pilihan," kataku. "Kita harus mengaktifkan Genesis Device."
Tapi dalam hati, aku tahu harga yang harus dibayar akan sangat mahal. Karena seperti kata Lumen sebelum kami pergi:
"Setiap penciptaan membutuhkan pengorbanan. Siapkah kau membayar harganya?"
Dan saat kami terbang meninggalkan bulan, membawa pengetahuan kuno dan tanggung jawab yang lebih besar, satu hal yang kusadari, perjalanan ini bukan lagi tentang menyelamatkan Bumi, tapi tentang menentukan masa depan seluruh galaksi.
Tapi pertama-tama, kita harus kembali ke Bumi dan menemukan cara untuk masuk ke inti planet. Mudah, kan? Hanya harus melakukan sesuatu yang tidak pernah berhasil dilakukan oleh peradaban manapun dalam sejarah galaksi.
Yah, setidaknya tidak akan membosankan.
Walaupun latar belakangnya di Indonesia, tapi author keren gak menyangkut-pautkan genre sistem dengan agama🤭
bantu akun gua bro