NovelToon NovelToon
Istri Bayangan

Istri Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Seroja 86

Nindya adalah wanita empatik dan gigih yang berjuang membesarkan anaknya seorang diri. Kehidupannya yang sederhana berubah ketika ia bertemu Andrew, pria karismatik, mapan, dan penuh rahasia. Dari luar, Andrew tampak sempurna, namun di balik pesonanya tersimpan kebohongan dan janji palsu yang bertahan bertahun-tahun.

Selama lima tahun pernikahan, Nindya percaya ia adalah satu-satunya dalam hidup Andrew, hingga kenyataan pahit terungkap. Andrew tetap terhubung dengan Michelle, wanita yang telah hadir lebih dulu dalam hidupnya, serta anak mereka yang lahir sebelum Andrew bertemu Nindya.

Terjebak dalam kebohongan dan manipulasi Andrew, Nindya harus menghadapi keputusan tersulit dalam hidupnya: menerima kenyataan atau melepaskan cinta yang selama ini dianggap nyata. “Istri Bayangan” adalah kisah nyata tentang pengkhianatan, cinta, dan keberanian untuk bangkit dari kepalsuan yang terselubung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seroja 86, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Langit sore tampak merona lembayung saat resepsi sederhana mereka digelar. pelaminan demgan dekorasi minimalis itu menghadirkan kesan hangat Para kerabat dan sahabat dan tamu tamu lain berdatangan memberi selamat, mendoakan kebahagiaan baru bagi Nindya dan Andrew.

Andrew berdiri di samping Nindya dengan setelan jas hitam yang rapi, sesekali ia menundukkan kepala penuh hormat menyambut para tamu. Meski jelas terlihat ia masih canggung dengan adat dan bahasa yang belum sepenuhnya ia kuasai.

Andrew berusaha keras menampilkan sikap terbaik. Usahanya itu membuat banyak orang tersenyum simpati.

Nindya tak bisa menutupi rasa harunya. Dalam hatinya ia tahu, perjalanan mereka penuh liku, penuh air mata dan kebimbangan, namun hari itu ia berdiri di samping Andrew sebagai seorang istri. Tangannya digenggam erat, seolah Andrew ingin berkata tanpa suara:

 “Aku di sini, untukmu.”

Acara berlangsung sederhana tapi penuh makna. Pak Ustadz Hasan yang sebelumnya menjadi saksi akad kini bersama Istrinya ikut berdiri di pelaminan di samping Andrew tersenyum puas melihat keduanya resmi menjadi suami istri.

Ketika malam menjelang dan tamu terakhir pamit, suasana berubah hening. Aula yang tadinya ramai kini kosong, hanya menyisakan kelelahan sekaligus kebahagiaan.

Andrew menggandeng tangan Nindya menuju kamar yang telah dihias dengan nuansa lembut—tirai putih, kelopak mawar, dan cahaya lampu kuning keemasan. Nindya sempat tersipu, dadanya berdebar menanti malam yang bagi sebagian orang dianggap istimewa.

Di dalam kamar, Andrew duduk di sisi ranjang lalu menarik Nindya perlahan untuk duduk di sampingnya. Tidak ada kata-kata yang berlebihan, hanya tatapan dalam yang sarat makna.

“Aku tahu, perjalanan kita tidak mudah,” ucap Andrew dengan suara rendah.

“Malam ini kamu sah ,menjadi milikku.”

Nindya menunduk, wajahnya memerah, namun senyum tipis tak bisa ia sembunyikan. Ia membalas genggaman Andrew, lalu berkata lirih,

“Apa pun yang terjadi setelah ini, kita akan jalani bersama.”

Malam itu bukan sekadar malam pertama bagi mereka sebagai pasangan, tapi juga simbol awal dari sebuah komitmen baru. Mereka berbagi cerita, tawa, dan akhirnya tenggelam dalam kehangatan cinta yang lama mereka nantikan.

Tidak terasa hari ini sudah satu bulan setelah resepsi, Andrew memboyong Nindya dan Yudith pindah ke rumah miliknya ,

 Hal ini seperti mimpi bagi Nindya. Ia masih sering terbangun di tengah malam, menatap Andrew di sisinya, dan bertanya-tanya apakah semua ini nyata.

Di sisi lain, Andrew yang terbiasa hidup sendiri dengan segala rutinitasnya harus belajar menyesuaikan diri dengan kehadiran istri dan seorang anak kecil di rumah.

Pagi itu, suara tawa Yudith memecah keheningan rumah. Bocah mungil itu berlari-lari kecil di ruang tamu sambil memanggil Nindya.

Andrew yang baru saja keluar dari kamar masih menyesuaikan dirinya dengan suasana baru itu. Ia tersenyum kecil, meski dalam hatinya ada rasa canggung.

“Good morning, princess,” sapa Andrew dengan bahasa Inggris, membuat Yudith berhenti berlari lalu menatapnya bingung. Nindya yang melihat itu tertawa kecil.

“Dia belum mengerti bahasa Inggris, Drew. ujarnya lembut.

Andrew mengangguk ia berjalan kearah Nindya ia perlahan mengecup kening Nindya.

 “Selamat pagi sayang...”

Nindya tersenyum, matanya melembut.

“Pagi sayang mau sarapan apa?.” tanya Nindya lembut.

Nasi goreng plus telur mata sapi."

Nindya mengangguk , tangannya cekatan meracik bahan bahan yang di perlukan

Hari-hari berikutnya menjadi semacam ujian kecil bagi mereka. Andrew terbiasa dengan gaya hidup praktis dan teratur, sementara Nindya lebih hangat dan penuh perhatian pada detail kecil.

Suatu pagi, Andrew lupa menaruh handuk yang habis di pakainya, lalu bersuara agak keras meminta tolong. Nindya yang melihat hal itu mendengus jengkel.

“Sayang handuk ini tidak punya kaki loh, untuk sampai ke jemuran sana.” kata Nindya sambil menyodorkan handuk yang tadi tergeletak di kasur.

Andrew terkekeh, merasa disindir.

“Oke, oke.. Maaf jangan cemberut dong."

Meski tampak sepele, perbedaan-perbedaan itu menjadi warna tersendiri dalam kehidupan mereka. Andrew perlahan belajar bahwa pernikahan bukan hanya soal cinta, tapi juga kompromi.

Ia mulai memahami kebiasaan Nindya, bahkan terkadang mencoba mengikuti, meski tidak selalu berhasil.

Namun ada momen-momen manis yang menghapus semua kerikil kecil itu. Malam hari, setelah Yudith tertidur, mereka berbincang panjang di ruang tamu.

Andrew menceritakan perasaannya yang masih asing dengan rutinitas baru, sementara Nindya bercerita tentang harapannya pada rumah tangga mereka.

“Aku tahu ini tidak mudah,” kata Andrew suatu malam, suaranya pelan.

 “Tapi aku ingin mencoba sebaik mungkin untuk menjadi suami dan imam yang baik buatmu dan ayah bagi Yudith.”

Mata Nindya berkaca-kaca mendengarnya. Ia meraih tangan Andrew, menggenggam erat. “Terima kasih sayang.. I love you.” Bisik Nindya

" I love you more." Balas Andrew sambil merangkul Nindya

Malam itu, tanpa kata-kata berlebih, mereka tahu bahwa perjalanan panjang menanti. Bukan hanya tentang cinta, tapi tentang belajar, bertumbuh, dan menghadapi kenyataan bersama.

Sore itu, rumah sederhana mereka dipenuhi cahaya matahari yang masuk melalui jendela. Nindya sedang sibuk di dapur, sementara Yudith duduk di lantai ruang tamu dengan boneka kesayangannya. Andrew, yang baru saja pulang kerja, meletakkan jasnya di kursi lalu menghampiri putri kecil itu.

“Hi, princess,” sapa Andrew sambil berjongkok sejajar dengan Yudith.

Gadis kecil itu menoleh sekilas, lalu kembali sibuk dengan bonekanya. Andrew tersenyum geli—ia sadar, merebut perhatian anak kecil bukan perkara mudah.

“Boleh Papa ikut main?” tanyanya hati-hati. Kata “Papa ” terasa asing di bibirnya, tapi ia sengaja mengucapkannya, berharap Yudith mau membuka pintu kecil dalam dunianya.

Yudith mengangkat kepala, menatap Andrew dengan mata bulatnya yang polos.

“Tapi izin dulu sama Sisi” ujarnya dengan nada ragu.

"Siapa Sisi."

Bocah itu menunjuk kearah boneka Teddy miliknya

Andrew pura-pura serius, menatap boneka itu. “Hallo, Sisi boleh Papa ikut main?”

Yudith mengangguk tegas.

“Boleh ya Sisi”

Andrew mengulurkan tangan, berjabat tangan dengan boneka kecil itu. Lalu ia melirik Yudith dengan senyum penuh arti.

Tawa kecil pun pecah dari mulut Yudith. Itu pertama kalinya Andrew berhasil membuatnya tertawa lepas. Nindya yang mengintip dari dapur tak kuasa menahan senyum haru melihat keduanya mulai membangun kedekatan.

Sejak sore itu, Andrew mulai rutin meluangkan waktu untuk Yudith. Ia belajar menyisir rambutnya dengan cara yang benar, membacakan cerita sebelum tidur, bahkan rela duduk di lantai hanya untuk menggambar pelangi di kertas gambar.

Suatu malam, saat Andrew menutup buku dongeng, Yudith memeluknya erat.

“Makasih, Papa.”

Kata sederhana itu membuat dada Andrew hangat. Ia menunduk, mengecup kening putri kecil itu. Dalam hati, ia berjanji—meski jalan hidupnya berliku, ia ingin selalu ada di sisi Yudith, bukan hanya sebagai suami untuk Nindya, tapi juga sebagai ayah bagi gadis kecil ini.

Piring-piring sudah tersusun rapi di rak, aroma masakan masih samar menempel di udara. Yudith sudah tertidur pulas di kamarnya setelah seharian aktif bermain. Suasana rumah tenang, hanya lampu ruang tamu yang menyala temaram.

Andrew duduk bersila di karpet, sebuah mushaf Al-Qur’an terbuka di hadapannya. Nindya duduk di samping, jilbab menutupi rambutnya.

Ia menatap Andrew dengan senyum sabar, meski dalam hatinya ada rasa haru yang sulit ia sembunyikan.

Andrew menarik napas panjang.

“Jangan tertawa ya,” katanya lirih, seolah malu.

Nindya tertawa kecil.

 “Tidaaak ... semua orang juga belajar dari nol. Bismillah dulu, coba baca perlahan.”

Andrew menunduk, jemarinya menyusuri huruf hijaiyah.

“Alif… ba… ta…” suaranya terbata, logat asingnya membuat Nindya tersenyum geli sekaligus tersentuh.

“Bagus,” Nindya mengangguk. Ia membenarkan beberapa pengucapan dengan lembut, bahkan menirukan cara lidah menyentuh gigi atau langit-langit. Andrew mendengarkan sungguh-sungguh, berulang kali mencoba hingga nadanya terdengar lebih baik.

Sesekali Andrew melirik istrinya.

“Terimaksih sayang.” Ucap Andrew Andrew usai menutup mushaf .

“Sama sama sayang,” jawab Nindya pelan.

Mata Andrew melembut, ada sinar kagum yang tulus pada sosok di hadapannya. Malam itu, tanpa mereka sadari, bukan hanya huruf hijaiyah yang terucap. Ada doa-doa sunyi yang tumbuh di hati keduanya, doa tentang perjalanan baru yang mereka jalani bersama.

1
Uthie
Andrew niiii belum berterus terang dan Jujur apa adanya soal mualaf nya dia sama Ustadz nya 😤
Uthie
Hmmmm.... tapi bagaimana dengan ujian ke depan dari keluarga, dan juga wanita yg telah di hamilinya untuk kali ke dua itu?!??? 🤨
Uthie
semoga bukan janji dan tipuan sementara untuk Nindya 👍🏻
Uthie: Yaaa... Sad Ending yaa 😢
total 2 replies
partini
ini kisah nyata thor
partini: wow nyesek sekali
total 3 replies
Uthie
harus berani ambil langkah 👍🏻
Uthie
Awal mampir langsung Sukkkaaa Ceritanya 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Uthie
apakah Andrew sudah memiliki Istri?!???
Uthie: 😲😲😦😦😦
total 2 replies
Uthie
Seruuuu sekali ceritanya Thor 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Seroja86: terimaksih sudah mampir🙏🙏
total 1 replies
sukensri hardiati
mundur aja Nin...
sukensri hardiati
nindya....tagih dokumennya
Seroja86: terimaksih atas kunjungan dan dukungannyanya ... 😍😍
total 1 replies
sukensri hardiati
baru kepikiran...sehari2 yudith sama siapa yaa....
Seroja86: di titip ceritanaya kk
total 1 replies
sukensri hardiati
masak menyerah hanya karena secangkir kopi tiap pagi...
sukensri hardiati
betul nindya...jangan bodoh
sukensri hardiati
mampir
Seroja86: terimaksih sudah mampir🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!