Calista Blair kehilangan seluruh keluarganya saat hari ulang tahunnya ke-10. Setelah keluarganya pergi, ia bergabung dengan pembunuh bayaran. Tak berhenti di situ, Calista masih menyimpan dendam pada pembantai keluarganya, Alister Valdemar. Gadis itu bertekat untuk membunuh Alister dengan tangannya untuk membalaskan dendam kematian keluarganya.
Suatu saat kesempatan datang padanya, ia diadopsi oleh Marquess Everhart untuk menggantikan putrinya yang sudah meninggal menikah dengan Duke Alister Valdemar, sekaligus sebagai mata-mata musuhnya itu. Dengan identitasnya yang baru sebagai Ravenna Sanchez, ia berhasil menikah dengan Alister sekaligus untuk membalas dendam pada pria yang sudah membantai keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fatayaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah tipuan
Kini Ravenna tengah duduk berhadapan dengan dua orang pria di depannya, Marquess dan Vincent. Ravenna menyesap teh yang baru saja pelayan sajikan, walaupun hari ini ia akan membicarakan hal penting, tidak tergambar ketegangan dalam wajahnya.
"Jadi apa kau sudah menemukan kelemahan pria itu?" tanya Arthur tanpa basa-basi.
Ravenna meletakkan tehnya diatas meja, kemudian berujar, "Aku sudah menemukannya," ucap Ravenna, membuat kedua orang di depannya menatap lekat wanita di depannya.
"Cepat katakan!" ujar Marquess tidak sabaran.
"Tapi sebelum itu, saya ingin tau. Kenapa anda sangat ingin tau kelemahannya?" tanya Ravenna santai.
Arthur mengernyitkan keningnya, tak suka dengan pertanyaan yang di lontarkan Ravenna, "Kau tidak punya hak untuk mengetahuinya," tegas Arthur.
"Selama ini saya sudah mengabdi kepada keluarga ini, jika saya tidak tau permasalahan yang terjadi, bagaimana saya bisa mengambil tindakan jika terjadi sesuatu," ujar Ravenna sedikit menekankan ucapannya.
"Ravenna benar, dia berhak tau rencana kita. Jika suatu saat nanti terjadi masalah, dia bisa memutuskan mana yang akan ia lakukan," Vincent menyetujui permintaan Ravenna.
"baiklah. Tapi jika kau membocorkannya, aku tidak akan melepaskan mu," ancam Arthur.
Vincent membuka ceritanya, "Saat ini Duke Valdemar merupakan kekuatan terbesar dari putra mahkota, jika ingin menggulingkannya, akan lebih mudah untuk menyingkirkan penghalang terlebih dulu, maka dari itu kita membutuhkan kelemahannya untuk memudahkan grand Duke menggantikan posisi putra mahkota," jelas pria itu.
Ravenna menahan nafasnya sesaat, tubuhnya sedikit tegang, rupanya alasannya sama seperti saat pembantaian keluarganya sepuluh tahun yang lalu, grand Duke ingin menyingkirkan lawan politiknya bagaimanapun caranya.
Wanita itu buru-buru memperbaiki raut wajahnya, " Kalau begitu saya akan menceritakan kelemahannya. Di malam bulan baru, saat bulan tidak terlihat dari bumi, saat itu tubuh alister akan melemah, kekuatannya menghilang sepenuhnya dan dia akan mengalami sakit yang luar biasa," ujar Ravenna mengungkapkan kebohongan.
"Apa kau sudah benar-benar memastikannya?" tanya Vincent memastikan.
"tentu saja, saat itu aku diam-diam masuk ke dalam kamarnya setelah merasa ada yang aneh dengan Alister. Aku melihat kondisi tubuhnya benar-benar buruk, tubuhnya sangat panas, ia terlihat sangat kesakitan hingga tidak menyadari kalau aku masuk ke dalam ruangannya. Tidak hanya itu, aku juga memastikan pada pelayan yang bekerja lama disana, pria itu selalu mengurung dirinya di dalam kamar pada satu malam dalam satu bulan," ungkap Ravenna bohong. Terlihat Vincent dan Marquess mulai percaya dengan apa yang Ravenna ceritakan.
"Saat itu kenapa kau tidak langsung membunuh nya?" tanya Marquess dengan tatapan tajam.
"Anda tidak pernah menyuruh saya untuk membunuhnya, tugas saya hanyalah menyelidiki. Jika saya membunuhnya bukankah itu akan merugikan pihak anda," ucap Ravenna membela diri.
"Lagi pula jika Ravenna membunuh Alister, hal itu akan berpengaruh buruk pada keluarga Everhart, kita tidak bisa bertindak gegabah ayah," ucap Vincent yang di ikuti anggukan kepala Marquess, ucapan Vincent benar, jika Ravenna membunuh Alister pasti keluarga Everhart akan terkena dampaknya.
***
Musim semi tiba, bunga-bunga mulai bermekaran dan pepohonan mulai menghijau setelah musim dingin berakhir. Sebuah kereta kuda merapat tepat di depan kediaman Valdemar. Sesosok gadis muda bersurai hitam dengan bola mata emas itu turun dari kereta kudanya. Menatap bangunan di depannya yang sudah beberapa saat ia tinggalkan. Kembali ke kediaman ini masih menyimpan luka, setelah ia tahu kalau bibi yang selama ini ia sayangi berencana membunuhnya, namun ia tidak bisa terus menerus malarikan diri.
Karina menapaki beberapa anak tangga, disana Ravenna tersenyum lebar menyambut kedatangannya. Wanita itu memeluk tubuh Karina, membuat mata Karina melebar, terkejut karena Ravenna tiba-tiba memeluknya.
Karina mengayunkan kedua tangan, hendak membalas pelukan Ravenna, namun ia urungkan karena ia teringat keburukan apa yang sudah ia lakukan pada wanita di depannya. Ravenna sudah menyelamatkannya, walaupun selama ini gadis itu sudah berbuat jahat padanya.
"Kakak mu masih ada urusan di istana, dia pasti sebentar lagi akan pulang. Bagaimana perjalanan mu, apa melelahkan?" tanya Ravenna ramah.
"Tidak, aku menikmati perjalanannya," ucap Karina masih canggung.
Ravenna kemudian mempersilahkan Karina untuk masuk. Setelah Karina beristirahat sebentar dan berganti pakaian, mereka berdua menikmati makan siang bersama setelah sekian lama. Sebelum mulai makan, Karina memberikan sebuah kotak musik kecil pada Ravenna.
Ravenna menerimanya dengan bingung, kenapa tiba-tiba Karina memberikannya kotak musik berukir beberapa bunga kecil di atasnya.
"Ini... aku memberikannya padamu karena aku salah beli, jadi dari pada membuangnya lebih baik aku berikan saja pada mu," bohong Karina, ia memang sengaja membelinya untuk Ravenna namun ia terlalu gengsi untuk mengakuinya.
"Begitu ya, terima kasih, aku akan menyimpannya dengan baik," ujarnya menyunggingkan senyum lebar, terlihat antusias dengan barang yang Karina berikan.
"Kenapa kau sesenang itu? Itu hanya kotak musik biasa, kalau kau tidak suka kau bisa membuangnya," ujar Karina.
"Kenapa aku membuangnya, benda ini kan sangat berharga, karena Karina sendiri yang memberikannya," timpal Ravenna menatap kotak musik itu dengan berbinar.
Sementara itu, pipi karina memerah. Karina menatap Ravenna heran, hatinya sedikit senang melihat kakak iparnya itu menyukai benda yang diberikannya. Selama ini, tidak ada orang sesenang itu saat ia memberikan hadiah pada orang lain, termasuk teman-temannya sendiri.