Bulan akhirnya bertemu dengan seseorang yang bisa membuatnya tidak malu mengakui segala perasaan yang ada di hatinya. Kenneth, siswa baru di sekolahnya yang belum lama Bulan kenal, tapi berhasil menaklukan hati Bulan.
Tapi rahasia Kenneth yang baru Bulan ketahui berhasil membuat Bulan takut. Takut kalau Kenneth tiba-tiba pergi meninggalkannya.
Apa Bulan masih bisa tersenyum secerah sekarang kalau Kenneth tidak ada?
Kenneth yang sebelum bertemu Bulan tidak takut kalaupun besok dia pergi, kini tidak lagi.
Bulan berhasil membuat Kenneth takut jika saja besok dia pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keirina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RUMAH KENNETH
Kenneth mengeluarkan handphone dari saku jaketnya dan mencari kontak Bulan.
"Udah di depan" Ketik Kenneth dan mengirimkan pesannya pada Bulan. Kenneth kembali menyimpan handphonenya dan duduk di atas motor menunggu Bulan keluar dari dalam rumah.
Lima menit kemudian Kenneth yang memarkirkan motornya di depan pagar rumah Bulan bisa melihat Bulan yang baru saja muncul dari balik pintu rumah yang sebelumnya tertutup tapi, Bulan tidak sendiri di belakangnya menyusul Tari yang berdiri di ambang pintu.
"Ibu ngapain sih ikut keluar?" Gerutu Bulan melihat Tari yang senyum-senyum memperhatikan Kenneth yang menunggu di motornya. Ketika masih di dalam rumah Bulan sudah habis-habisan digoda oleh Ibunya karena, tau dia akan dijemput oleh Kenneth.
"Kenapa sih kamu!Ibu kan cuma mau tau kamu perginya sama siapa" Bulan menatap Tari tidak percaya mengetahui niat asli Ibunya itu.
"Biasa juga Ibu nggak pernah kayak gini"
"Kan itu biasanya kalau ini nggak biasa"
"Ini baru namanya laki-laki!" Bisik Tari sambil melihat ke arah belakang Bulan. Bulan berbalik dan melihat Kenneth yang berjalan menghampirinya.
"Kenneth tante" Kenneth menyalim tangan Tari sopan dan tersenyum ramah memperkenalkan dirinya. Tari tersenyum melirik Bulan yang menatapnya malas.
"Ibunya Bulan" Ucap Tari membalas Kenneth, "Teman sekolahnya Bulan?" Bulan menaikan alisnya melihat Tari yang basa-basi pada Kenneth padahal Tari sudah tau kalau Kenneth teman sekolahnya.
"Iya tante"
"Benaran cuma teman?" Kenneth tersenyum menatap Bulan yang berdiri di sebelahnya dan mengangguk pada Tari, "Iya tante"
"Udah Ibu ah, kita mau pergi Kenneth mau tanding nanti kalau telat Fahri bisa marah-marah sama Bulan"
"Iya iya"
"Ya udah hati-hati bawa motornya jangan lupa antar Bulan dengan selamat nanti ya jangan kemaleman juga pulangnya" Kata Tari pada Kenneth.
"Siap tante nanti Bulan saya antar pulang dengan selamat" Bulan menatap Kenneth dengan mata tajamnya. Tari tertawa, "Iya iya Ibu masuk, jangan lupa browniesnya dihabisin" Tari menatap Bulan yang sudah menekuk wajahnya. "Cobain brownies tante nanti ya, tante masuk dulu takut singa ngamuk soalnya" Tari melirik Bulan dan masuk ke dalam rumah.
Kenneth tertawa, lalu melihat Bulan yang sudah menekuk wajahnya galak.
"Jelek tau lo kalau gini mukanya" Kata Kenneth menggoda Bulan.
"Bodoamat!" Ujar Bulan jutek, lalu berjalan ke arah motor Kenneth. Kenneth kembali tertawa dan menyusul Bulan.
"Jaket gue?" Kenneth memperhatikan Bulan yang sedang memakai helmnya sebelum naik ke motornya.
"Iya, jaket lo"
"Dari pada cuma disimpan di lemari gue aja mending gue pake kan sekalian gue balikin nanti, jadi ga lupa" Kata Bulan, wajahnya masih jutek saja. "Kenapa?gak boleh?biar gue lepas"
"Cuma nanya Lan, kenapa sih lo galak banget" Kenneth menatap Bulan heran sambil tersenyum lalu, naik ke motornya. "Lagian lebih cocok sama lo jaketnya" Kata Kenneth lagi sebelum menghidupkan motornya. Bulan diam saja menatap Kenneth dengan wajah juteknya lalu naik ke motor Kenneth. Kemudian motor Kenneth pun pergi meninggalkan perkarangan rumah Bulan.
Tari yang masih menyaksikan Bulan dan Kenneth dari jendela rumahnya tersenyum lebar di tempatnya.
***
"Jaket baru lo?" Sari memperhatikan Bulan yang baru duduk di bangku sebelahnya. Jono yang duduk di sebelah kanan Sari ikut melihat.
"Nggak" Kata Bulan singkat, "Nih brownies" Bulan memberikan brownies yang dibawanya yang langsung diambil oleh Jono.
"Makanan aja cepet lo!" Sari menatap Jono yang sudah membuka kotak makanan yang berisi brownies yang dibawa oleh Bulan dan mencomot satu browniesnya.
"Ngaca lo sana!" Sewot Jono menatap Sari yang memakan browniesnya.
Di bawah pertandingan baru akan dimulai. Hari ini tim basket SMA PELITA akan bertanding melawan tim basket SMA GARUDA untuk menentukan siapa yang akan lanjut ke final besok melawan SMA PETRA. Turnamen basket tingkat SMA yang setiap tahun selalu diadakan dengan melibatkan beberapa sekolah. Tahun lalu, SMA PELITA keluar sebagai juara kedua dan tahun ini Fahri sebagai kapten akan pastikan kalau timnya akan menyandang juara pertama dan untuk itu mereka harus memenangkan pertandingan hari ini.
***
"Ayang aku keren banget cihh mainnya..jadi makin sayang" Sari menangkup gemas pipi Niko dengan kedua tangannya begitu turun ke lapangan begitu pertandingan selesai. Jono dan Bulan yang turun bersamanya mengalihkan mata mereka jengah melihat pasangan bucin itu.
Fahri, Kenneth, Yuda dan Gino yang sedang istirahat di sana menatap geli dan mengabaikan mereka. Pertandingan berakhir beberapa menit yang lalu dengan tim basket SMA PELITA yang menjadi juara seperti harapan Fahri dan mereka akan melawan SMA PETRA besok di final dan Fahri akan pastikan kalau mereka benar-benar akan mengakhiri turnamen tahun ini sebagai pemenang.
"Bawa apa lo?" Fahri yang sedang menyeka keringatnya dengan handuk melihat kotak makan yang ada ditangan Jono.
Jono mengulurkan kotak makan Bulan yang dipegangnya pada Fahri yang langsung diambil Fahri. "Brownies dari Bulan" Katanya. Gino, Yuda dan Niko yang mendengarnya mendekat ke Fahri dan ikut mencomot brownies Bulan, lapar.
"Pengertian banget tante Tari" Seru Gino sambil mengunyah brownies yang dia tau pasti buatan Ibunya Bulan. Bulan diam saja dengan wajah datarnya.
"Lo ga mau?" Fahri menawarkan browniesnya pada Kenneth yang sedang minum, duduk selonjoran di bawah, Kenneth menggeleng menolak.
"Kita langsung ke rumah lo atau gimana?" Tanya Fahri lagi pada Kenneth.
"Boleh" Kenneth bangkit berdiri.
"Ya udah, ganti baju sekarang kalau gitu" Fahri mengambil sepotong brownies lagi dan memberikan kotak makannya pada Bulan.
"Kalau gitu kita tunggu di parkiran ya" Kata Bulan yang diangguki oleh Fahri. Dan mereka berpisah. Bulan, Jono dan Sari pergi ke parkiran sedangkan Yuda, Fahri, Niko, Kenneth dan Gino pergi ke ruang ganti.
***
Setelah hampir satu jam lamanya motor mereka berkendara menyusuri jalan raya menuju rumah Kenneth akhirnya mereka berhenti di depan rumah Kenneth. Mereka memarkirkan motor mereka sejajar di perkarangan rumah Kenneth yang lumayan luas.
"Anjir rumah lo gede juga tapi, masih gedean rumah Sari sih" Seru Jono norak yang baru turun dari motornya baru pertama kali datang ke rumah Kenneth.
"Katro lo!" Sewot Gino melihat Jono. Jono menatap Gino bodo amat.
"Ayo masuk!" Kenneth mengajak mereka masuk kerumahnya.
Bulan yang berjalan di belakang melihat handphonenya yang berbunyi dan melihat nama Ibunya yang tertera di layar handphone dan menunda niatnya untuk masuk dan mengangkat panggilan dari Tari.
"Halo bu" Bulan melihat teman-teman yang sudah duluan masuk ke dalam rumah Kenneth.
"Bulan lagi di rumah Kenneth, Ibunya ngundang main ke rumah"
"Benaran bu, orang ramean sama Fahri, Sari sama yang lain juga"
"Belum tau bu, rumahnya di blok B bu dekat rumah tante Revina"
"Ya udah Ibu main aja sama tante Revina, Bulan mau senang-senang dulu" Bulan tertawa mendengar bawelan Ibunya, "Bye Bu" Katanya dan mengakhiri panggilannya. Bulan masih tersenyum dan berjalan masuk menyusul yang lain.
"Bulan?"
Kenneth, Fahri, Gino, Sari, Niko, Jono dan Yuda yang masih berdiri di ambang pintu melihat Bulan yang baru saja bergabung merasa bingung karena, Mamahnya Kenneth memanggil nama Bulan.
"Tante" Bulan menatap Revina yang juga terlihat kaget melihat kehadirannya. Bulan menyalim tangan Revina.
"Mamah kenal Bulan?" Tanya Kenneth mewakili kebingungan yang lain juga.
Revina mengangguk cepat, "Iya, Bulan anaknya teman Mamah itu" Revina tersenyum lebar menatap Bulan, "Ternyata kamu udah kenal sama anak tante" Bulan tersenyum tiba-tiba merasa gugup sendiri sambil melihat teman-temannya yang sudah melayangkan sorot mata penuh pertanyaan.
"Ya udah ayo masuk-masuk tante udah siapin banyak makanan kalian pasti belum pada makankan" Revina mengajak yang lain untuk pergi ke meja makan, memecah situasi yang tidak terduga itu.
"Iya tante" Kata Fahri mewakili yang lain dan mereka mengikuti Revina berjalan ke arah meja makan.
"Lo kenapa bisa kenal sama Mamahnya Kenneth?" Sari menyenggol lengan Bulan yang berjalan di sampingnya tidak bisa menahan rasa penasarannya.
"Gue juga baru tau itu Mamahnya Kenneth"
Sari menatap curiga. Bulan menatap Sari, malas meladeninya dan ikut duduk bergabung dengan yang lain di meja makan.