NovelToon NovelToon
Kau Rebut Ibuku Ku Rebut Calon Suamimu

Kau Rebut Ibuku Ku Rebut Calon Suamimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Balas Dendam / Obsesi / Cinta pada Pandangan Pertama / Ibu Tiri / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:122k
Nilai: 5
Nama Author: Almaira

Dia adalah darah dagingnya. Tapi sejak kecil, kasih ibu tak pernah benar-benar untuknya. Sang ibu lebih memilih memperjuangkan anak tiri—anak dari suami barunya—dan mengorbankan putrinya sendiri.

Tumbuh dengan luka dan kecewa, wanita muda itu membangun dirinya menjadi sosok yang kuat, cantik, dan penuh percaya diri. Namun luka masa lalu tetap membara. Hingga takdir mempertemukannya dengan pria yang hampir saja menjadi bagian dari keluarga tirinya.

Sebuah permainan cinta dan dendam pun dimulai.
Bukan sekadar balas dendam biasa—ini adalah perjuangan mengembalikan harga diri yang direbut sejak lama.

Karena jika ibunya memilih orang lain sebagai anaknya…
…maka dia pun berhak merebut seseorang yang paling berharga bagi mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jasman si Tua Keladi

Siang itu, Hana mengirim pesan pada Pradipta, mengajaknya untuk bertemu.

Pradipta yang tengah berada di kantor polisi membaca pesan itu, lalu buru-buru menekan nomor Hana. Saat suaranya tersambung, terdengar napas Pradipta yang berat.

“Maafkan aku. Tiba-tiba ada tugas mendadak ke luar kota. Ada kasus penting yang harus kutangani.”

Hana terdiam.

“Memangnya apa yang ingin kamu bicarakan? Penting sekali kah? Tidak bisa lewat telepon?” tanya Pradipta penasaran.

“Tidak. Bukan masalah penting. Aku bisa menunggu sampai Kak Pradipta pulang nanti.” Hana berbohong, tak ingin membuat Pradipta tak fokus dalam bekerja.

“Baiklah kalau begitu. Aku tak bisa menentukan kapan aku pulang jadi tolong jaga diri baik-baik selama aku tidak ada. Tolong kabari aku, jika ada sesuatu,” ucap Pradipta begitu lembut dan penuh perhatian.

“Baiklah.” Hana tersenyum. “Kak Pradipta juga, hati-hati bekerjanya di sana nanti.”

“Iya. Tentu saja. Karena ada seseorang yang menungguku kan?”

“Iya.” Hana menjawab dengan malu-malu.

Mereka pun menutup telepon dengan perasaan yang berat namun senang. Pradipta fokus dengan tugasnya, Hana pun mulai membenahi hatinya untuk memulai semuanya dari awal.

Namun Hana tak tahu.

Burhan yang memantau diam-diam memanfaatkan kepergian Pradipta.

Dia bergerak cepat.

Mencoba memaksakan rencana pernikahan baru untuk Hana dengan sahabatnya yang akan memberinya banyak uang.

***

Setelah tahu Pradipta bertugas keluar kota, Burhan merasa saat inilah waktu paling tepat untuk bergerak.

Ia menghubungi pria yang akan menikahi Hana. Seorang duda tua kaya raya, tapi temperamental dan kejam, Jasman namanya. Seorang pria yang terbiasa membeli apa pun yang dia mau, termasuk perempuan. Jasman datang dengan dandanan rapih, membawa oleh-oleh mewah dan senyum penuh tipu daya.

“Mana barang yang katanya bagus itu?” tanya Jasman sok santai sambil disambut oleh Burhan yang tertawa lebar.

“Tentu, tentu. Coba dilihat dulu siapa tahu cocok,” sahut Burhan penuh maksud, sambil melirik ke arah dapur tempat Hana sedang menyiapkan teh.

Rosma juga ikut menahan tawa kecil, berpura-pura melayani tamu yang datang. Mereka semua berkonspirasi.

Hana yang tidak tahu apa-apa keluar membawa nampan berisi teh dan kue, lalu membungkuk sopan kepada pria itu.

“Silakan, Pak,” ucapnya lembut.

Jasman menatap Hana dari ujung kepala hingga kaki dengan mata yang tak sopan. Ia lalu tersenyum menyeringai.

“Luar biasa. Sangat cantik jelita,” bisiknya pada Burhan sambil terus menatap Hana dengan matanya yang jelalatan.

Burhan mengangguk puas.

Hana hanya tersenyum ramah, lalu kembali ke dapur, sama sekali tidak sadar bahwa pria itu sedang menilainya sebagai ‘barang dagangan’.

“Bagaimana? Cocok?” tanya Burhan setelah memastikan Hana pergi.

“Mantap. Ini barang bagus sekali. Jangan disia-siakan.” Jasman menjawab dengan semangat.

“Jadi kapan acaranya?” tanya Burhan lebih bersemangat.

“Secepatnya pokoknya. Saya minta berkas-berkasnya. Biar saya yang urus ke KUA. Pokoknya tugasmu tinggal bawa dia ke pelaminan saja.”

“Setuju,” jawab Burhan sambil tertawa pelan.

“Aku tak menyangka akan jadi menantumu.” Jasman berseloroh.

Keduanya tertawa terbahak-bahak.

Sementara itu, di kamar sempitnya, Hana sedang bertelepon dengan Pradipta.

Tak tahu bahwa di ruang tamu, seseorang sedang merancang neraka baru untuk hidupnya.

***

Pagi itu, Malika memaksakan diri bangun, walau tubuhnya masih terasa lemah karena mual datang bergelombang. Dia menatap cermin, mencoba tersenyum pada pantulan dirinya sendiri, lalu mengambil tas dan bersiap.

Sri mendekat, mencoba melarang,

“Sudah, Tidak usah kuliah dulu. Istirahat saja. Lagi pula kamu hamil Malika, sebaiknya kamu berhenti dulu kuliah.”

Tapi Burhan memotong, “Kehamilannya masih kecil, tidak akan kelihatan. Biarkan saja dia kuliah, itu lebih baik daripada melamun di kamar terus.”

Sri diam, walaupun dalam hatinya mulai diliputi kecemasan. Malika pun melangkah keluar rumah dengan langkah cepat, menyimpan tekad di dadanya dia harus menemukan Rendy, bagaimanapun caranya.

Sudah hampir seminggu Rendy menghilang, dan nomor yang biasa dihubungi pun kini tak aktif. Malika sudah bertanya ke teman-temannya namun semuanya hanya mengangkat bahu.

Malika benar-benar putus asa, sambil memegang perutnya, dia menahan kesedihannya sendiri.

“Haruskah anakku harus lahir tanpa seorang ayah?”

Sementara di rumah.

Di ruang makan yang senyap, hanya terdengar denting sendok menabrak gelas teh yang tak disentuh. Sri menatap Burhan yang tampak tenang sambil membaca koran pagi.

“Kalau Rendy tetap tak ditemukan juga. Apa yang akan kita lakukan?” tanya Sri pelan, mencoba mengukur isi hati suaminya.

Burhan melipat koran perlahan, menatap istrinya tajam namun tenang.

“Kalau dia tak kembali, ya sudah. Bayi itu akan lahir tanpa ayah.”

Sri membelalak. “Lalu?”

“Setelah lahir, Malika bisa melanjutkan hidupnya seperti biasa. Sedangkan bayinya langsung kirim ke panti asuhan,” katanya tanpa gentar, seperti membicarakan barang tak berguna.

Sri mulai gelisah. “Itu cucu kita, Pak.”

“Cucu atau bukan, itu aib. Kita tak bisa kasih tahu keluarga besar kalau anak kebanggaan kita hamil di luar nikah. Tak bisa dan tak mungkin.”

Sri terdiam. Ia tahu suaminya keras dan selalu mementingkan nama baik. Tapi membuang darah daging sendiri?

Burhan menambahkan dengan nada dingin,

“Kalau perlu, selama kehamilan kita kirim Malika ke luar kota untuk sementara. Biar hilang dari omongan orang.”

Sri menggigit bibirnya, antara marah, takut tapi tak kuasa melawan. Dalam benaknya, dia tahu mereka akan melakukan kesalahan yang sama untuk kesekian kalinya.

***

Meski Pradipta sedang jauh, rasa rindu justru menjembatani keduanya, menciptakan ikatan yang perlahan namun pasti tumbuh kokoh di antara mereka.

Mereka rutin bertukar kabar tentang pekerjaan Pradipta yang penuh tantangan, tentang masakan favorit Hana, hingga candaan ringan yang perlahan membangun kenyamanan.

“Hana. Sudahkah aku bilang jika sepertinya aku jatuh cinta padamu?”

Pesan yang singkat namun menghujam jantungnya begitu dalam. Bibir Hana melengkung pelan, matanya menerawang dengan senyum malu-malu. Untuk pertama kalinya sejak sekian lama, hatinya terasa ringan. Seolah semua luka dan dendam yang dulu begitu menggerogoti kini mulai mengering dan perlahan sembuh.

1
Una_awa
lebih baik Pradipta bilang ke Hana tentang ayahnya Hana,dan cari tahu tentang kebenaran kasus pembunuhan yg dituduhkan pada ayahnya Hana,, ya ampun Malika kasihan banget sih kamu,, emang sih Malika ini attitude nya gak baik,tapi liat kondisi Malika sekarang jadi kasihan.
Tuti Tyastuti
lanjut
Anonymous
Hallo kak yg Rania ga diteruin kak
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
Nah betul,mungkin dgn suasana berbeda semuanya akan ketahuan siapa dalang sebenarnya 😏
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
itu ayahmu Hana 🥺
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
datang kesini
Hasanah Purwokerto
Dimasa lalu, pasti ulah burhan nich..
Nah,,sekarang,,sblm hendra ketemu hana & pradipta,,burjan berusaha mencuci otak hendra untuk mbenci Pradipta yg notabene seorang polisi..
Hasutan apalagi yg kau berikan burhan..? nggak kapok" ya...
Sugiharti Rusli
kalo dia mendengar dari perspektif si Burhan mah jadi bias, mana mau si Burhan mengakui keslahannya terhadap Hana selama ini
Sugiharti Rusli
karena Hendra selama ini tidak mengetahui penderitaan Hana selama ini dia tinggalkan yah dan juga Sri sebagai istrinya dulu
Sugiharti Rusli
beruntung Ningsih secara bijak akan mengajak Hendra tuk berbicara di rumah yang sekarang mereka tempati biar Hendra bisa berpikir jernih
Sugiharti Rusli
sudah terpuruk pun tetap saja memeiliki pemikiran jahat yah si Burhan dan Rosma
Sugiharti Rusli
jangan" tadinya si Burhan berniat buruk dengan memfitnah si Pradipta ya, karena dia tahu Hendra punya dendam sendiri terhadap institusi tempatnya bekerja
🌺 Tati 🐙
aku kira si burhan akan sadar...bener2 berhati batu merekatuh,cari gara2 terus
vivinika ivanayanti
Jangan jangan Burhan memang yang selama ini merekayasa kejadian pisahnya Sri, Hendra dan Hana ....
Puji Hastuti
Apalagi ini, burhan oh burhan
Nar Sih
kejutan buat hana dan ibu sri nih ,semoga pk hendra bisa jls kan semua nya biar gk slh paham
Susilawati
lanjut Thor lanjut
Susilawati
kalo feeling ku sih rekayasa polisi seperti yg dikatakan oleh ayahnya Hana adalah ulah dari Burhan krn dia dendam telah menikahi Sri pacar nya.
semoga aja pak Hendra mau mengikuti kata2 nenek Ningsih.
Nur Asiatun: hati hati pak Burhan jangan merasa menang dulu
total 1 replies
Fittar
burhan punya rencana apa lagi ini
Susilawati
mungkin benar apa yg di katakan nenek Ningsih, bahkan Hana pun pernah bilang kalo dulu waktu ibu nya menikah dgn Burhan dia bersedia menerima Malika sebagai saudara dan berbagi kasih sayang ibunya, tapi sayang nya mereka serakah, egois dan jahat sama Hana sehingga menimbulkan rasa sakit hati dan dendam yg mendalam dlm diri Hana.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!