Pada abad ke-19, para ilmuwan yang tergabung dalam ekspedisi arkeologi internasional menemukan sebuah prasasti kuno yang terkubur di reruntuhan kota tak bernama, jauh di tengah gurun yang telah lama dilupakan waktu. Prasasti itu, meski telah terkikis oleh angin dan waktu, masih menyimpan gambar yang mencengangkan, yaitu sebuah batu segi enam besar, diukir dengan tujuh warna pelangi. Setiap sisi batu itu dihiasi lukisan rumit yang menggambarkan kisah kelam peradaban manusia, seolah menjadi cermin dari sisi tergelap hati nurani.
Nila Simbol kerakusan, Ungu simbol nafsu, Kuning simbol ketamakan, Hijau simbol kemalasan, Biru simbol Iri hati, Orange simbol keangkuhan, Dan terakhir merah simbol amarah
Tadi setiap lambang yang mengartikan masalah ini ada sebuah kekuatan, yang Sangat besar dalam setiap kristal membuat banyak orang saling berebut dan dizaman modern kristal itu dikabarkan sudah terpisah menjadi 7
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fahmi Juliansyah N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19 Telinga ketiga di ruang rapat kedap
Di sebuah lorong, setelah bel pulang, Elric masih terngiang-ngiang dengan makanan yang ada di kantin sekolah. Begitu enak, sampai hampir menangis saat itu karena perbedaan rasa dan harum makanan yang jauh berbeda. Apalagi masakannya dalam keadaan masih hangat. Ia yang biasanya makanannya bisa sangat cepat dingin, apalagi makannya di luar untuk sekalian melihat pemandangan, jadinya malah kesal sendiri.
"Sial... makanan itu membuatku sangat ingin memakannya lagi dan terus kepikiran."
"Aku harus ngomong ke Sebastian untuk ia belajar memasak masakan itu nanti."
Di keadaan lorong sebelahnya, ada Andrew yang sedang jalan pulang sendiri. Kenapa? Karena Alice sudah dipanggil pulang oleh orang tuanya agar bisa melakukan renovasi pada rumahnya, serta mencari barang yang dibutuhkan untuk acara ke depannya. Lalu, untuk Andrew, ia tetap di sekolah untuk mengikuti rapat!
"Hah... Alice-ku lagi ga bisa ikut rapat, suasana pasti bakal lebih suram," kata Andrew sambil sedikit murung.
"Lalu aku harus jadi pemimpin rapat tanpa Alice."
"Tapi... mungkin Alice bakal jadi senang dan mungkin...." kata Andrew sambil memikirkan Alice mengucapkan kata-kata manisnya.
Lalu, di saat bersamaan, Elric sedang berjalan ke arah pertigaan, ingin belok kiri, dan Andrew di pertigaan lurus ingin belok kanan. Jarak mereka tidak jauh dan mereka sedang kepikiran di kepala mereka sampai mereka tidak sadar ada sebuah benda sangat berbahaya di sudut jalan itu, serta tidak memperhatikan jalan ya....
Disaat mereka berdua jalan mengarah sudut itu, yap... mereka saling melewati. Bukan saling tabrak, tapi benda berbahaya itu sekarang tidak sengaja terinjak oleh Andrew. Ya, senjata itu: kulit pisang....
Respon Andrew yang kaget cepat memegang apa pun ya... Seperti yang dipikirkan banyak orang, Andrew pasti langsung menarik kerah baju siswa terdekat.
!gubra-kk!!!
"Apa... ini, aduh!!"
"Aduh, maaf-maaf," kata Andrew.
"Kamu...!" kata Elric sambil nunjuk.
"Ya?! Apa kita pernah bertemu?!"
"Ti-dak... (Aku harus tenang, jangan bikin curiga.) Aku murid baru di kelas."
"Ohhh... iya, kau si murid baru. Maaf, maaf, aku lupa. Dan juga maaf tadi, ga sengaja nyeret kamu jatuh juga, soalnya langsung respon buat megang sesuatu," kata Andrew sambil menggaruk kepala.
"Iya gapapa..." kata Elric sambil merapikan diri dari debu dan merapikan kembali bajunya.
"Lain kali... lebih berhati-hati (sialan, kau awas ya nanti)!!" kata Elric sambil menunjuk, muka datar sedikit kesal.
Andrew menoleh sedikit dan mengeluarkan tangan untuk berjabat tangan perkenalan.
"Aku Andrew, dari 10 Keputusan. Salam kenal... kalau kau?" kata Andrew dengan sedikit senyum teman.
"10 Keputusan?! Hemm... aku Vaelric li Davenhart... atau panggil saja Elric," jawab Elric.
Mereka sedikit bertatap-tatapan sebentar dan Andrew melihat jam, dan berkata,
"Ah... maaf Elric, aku buru-buru. Aku pamit duluan ya?!" kata Andrew sembari memungut kulit pisang entah dari mana tadi ke tong sampah.
"Dah... Elric, nanti ketemu lagi."
"Ya...!!?" jawab Elric yang bingung, tapi rasanya mau bertanya ke mana Alice biasanya sama si Andrew. Setelah dipikir-pikir membuat ia ingin tahu. Karena itu, Elric mencoba untuk mengikutinya.
Dan sudut pandang Andrew:
"Hah... sialnya tadi hampir bawa anak orang celaka juga."
"Kira-kira rapat dah dimulai belum ya," kata Andrew sambil bantu-bantu orang di sekitar.
"Bukankah ia lagi buru-buru, kenapa sempat-sempatnya bantu orang?!" kata Elric dari jauh.
"Sebastian... tolong hack CCTV sekitar sini sebentar buat ngejar Andrew (buset dah, ini ada berapa CCTV di area jalan sana?!)"
"Baik, tuan muda."
Di saat Sebastian mencoba mengacaukan layar CCTV Academy Indoage agar dapat tuan mudanya melewati tanpa ketahuan. Tapi untuk meng-hack cukup lama karena sangat tebal, bahkan Elric sempat bertanya masih lama atau engga, biasanya cepat. Akhirnya beberapa menit setelah Andrew jalan kembali, peretasan berhasil, dan Sebastian meminta untuk berhati-hati karena orang yang memiliki sistem CCTV ini bisa jadi merupakan ahli komputer yang sangat hebat. Tapi Elric tidak peduli, serta tetap maju mengikuti Andrew dengan sangat hati-hati agar tidak ketahuan.
Di tempat lain, di dalam ruangan 10 Keputusan yang merupakan tempat menyendiri, Rhidos ia sedang menonton video serta mendengar musik. Lalu sempat digedor pintunya sama Alisa untuk keluar, rapat sudah mau mulai.
"Ayolah... Alisa, aku nonton aja dari ruanganku," kata Rhidos sambil mengeluarkan wajah malas.
"Ga boleh! Kau tahu kau masih bisa jalan. Emang kamu udah ga punya kaki, hah?!" kata Alisa sambil nunjuk Rhidos.
"E... tenanglah, ucap doa loh kalau kau ngomong gitu... nanti..."
"Makanya cepat! Matikan laptopmu dan keluar!" kata Alisa sebelum pergi dari Rhidos.
Dan Rhidos hanya bisa terpaksa, "Begitu kah... lagian makin buruk ente sosialisasinya!"
Tiba-tiba ada suara dari belakang Rhidos tanpa adanya suara jejak kaki.
"Ah...!! Ampun Rafel...!" kata Rhidos kesalahannya.
"Hihi, maaf-maaf ente gapapa. Lagian ngurung mulu," kata Rafel sambil melipat tangannya ke dada.
"Aku murung bukan ga ada alasan. Aku sedang riset..."
Tanya Rafel, "Riset apaan?"
Jawab Rhidos, "Ya adalah, rahasia..."
Dan mereka berbincang beberapa menit sebelum laptop Rhidos menyala bunyi karena suatu hal. Ya, laptop Rhidos menemukan peretasan CCTV di jalur penting Academy Indoage.
Alasan disebut jalur penting karena di sini merupakan ruangan yang berisi jalur ke ruang guru, ruang rapat guru, ruang 10 Keputusan, dan ruang kepala sekolah dan wakil. Ada yang berani retas, kemungkinan incar ya sekitar itu.
"Berani banget. Apa kudu ku cek?"
"Ga usah, nanti pada marah dan dibilang alasan."
"Kita pake aja mini kamera, saat rapat sekalian lihat sekitar apa yang ingin diincar. Plus pake bot perlawanan aja tanpa aku harus mencet-mencet laptop lagi," kata Rhidos dengan bangga.
Dan respon Rafel cuma, "Ok."
Membuat Rhidos kesal, tapi ia hanya bisa diam dan mencoba alat barunya.
Di saat keluar, ia bertemu Andrew yang akhirnya sampai...
Andrew yang ngos-ngosan, membawa barang terima kasih dan pemberian fans-fansnya sambil jalan kencang tapi tidak lari.
"Orang terakhir akhirnya sampai?!" kata Rafel.
"Eh, terakhir? Biasanya Fahmi yang belum sampai," kata Andrew ke mereka berdua.
"Oh, kalau itu, Fahmi udah ada di sini. Lagi baca buku yang baru dibelinya, jadi... udah lama ada di sini, belum keluar-keluar lagi," jawab Rhidos.
"Sekali mau keluar, selalu ditahan Alisa," kata Rafel sambil ketawa.
"Ya sudahlah, ayo masuk," jawab Rhidos.
"Ya, ayo masuk," sambil menerbangkan robot kamera kecil.
Lalu, seperti keberapa kali, dari kejauhan, si Elric melihat dari kejauhan, untuk memata-matai organisasi siswa terbesar di Academy ini yang bisa saja menjadi penghalang. Informasi yang didapat dari mata-mata yang ia kirim dulu, informasinya ga jelas dan terlalu biasa karena hanya memperhatikan kegiatan mereka dan kegaduhan. Lalu ga berani lagi buat lanjut.
Lalu ada dua yang diklasifikasikan. Satu yang tadi di kantin: Antonio, ketua dari 10 Keputusan. Memiliki sifat yang baik, kepemimpinan dan mental baja, dan juga memiliki fisik di atas rata-rata. Elric yang melihat ini mau tahu data "di atas rata-rata" buat apa. Ya tinggal ditembak peluru atau tembak setrum, menang aku pikirnya. Apalagi iya, kemungkinan ia sangat berbahaya karena ia hanya dengan mendekatkan padaku dapat membuatku terhipnotis dengan hanya nasi campur daging berbumbu itu.
Dan lalu, setelah memikirkan lagi tentang nasi campur daging berbumbu, Elric lanjut memikirkan informasi satu orang lagi.
Nama: Fahmi J.N, umur 17.
"Sebentar... lengkap amat, kayak dicari-nya satu ga niat, satu niat."
Pekerjaan: detektif swasta, memiliki jaringan luas sampai hampir seluruh dunia tahu dengan ia dengan nama kode detektifnya yang sering disebar adalah F7-17.
"Buset... ni anak kayaknya benar-benar harus disingkirkan sebelum menjalankan rencana. Yang ada, rencana udah gagal kalau sedikit kesalahan kecil dilihat dia."
"Sepertinya sudah aman. Aku harus bergegas. Alatnya mana ya... nah ini."
Lalu Elric yang berjalan santai, karena dikira bakal tidak ketahuan karena Sebastian masih meretas CCTV dengan damai, gampang. Ya, damai karena Sebastian bahkan beberapa orang lagi berusaha menahan dari serangan pertahanan sistem yang dikira dari orangnya, tapi hanya dari AI buatan pembuat sistem CCTV-nya.
"Ok, kita menyadap orang-orang yang katanya hebat di sekolah ini," kata Elric sembari nyengir.
Dari dalam ruangan 10 Keputusan, Rhidos yang sedang melihat laptop sudah menemukan orang mencurigakan itu, yang ternyata di depan pintu ruangan sendiri.
"Olala... ternyata orang itu incer ruangan kita. Sepertinya alatnya lumayan hebat."
"Itu murid pindahan itu ya, dia emang mencurigakan!" kata Rafel.
"Kalian sudah... fokus dulu," kata Alisa yang masih kesal dengan Rhidos, dan memarahi Athila yang makannya berisik. Setelah semua sudah tenang, rapat yang dipimpin Andrew pun mulai.
"Rapat membahas acara festival hari raya panen padi sekolah kita...."