Mia Maulida seorang wanita berusia 36 tahun dengan dua orang anak yang beranjak remaja menjalankan multi peran sebagai orangtua, isteri dan perempuan bekerja, entahlah lelah yang dirasa menjalankan perannya terbersit penyesalan dalam hati kenapa dirinya dulu memutuskan menikah muda yang menjadikan dunianya kini terasa begitu sempit, Astaghfirullahal'adzim..lirihnya memohon ampun kepadaNYA seraya berdoa dalam hati semoga ada kebaikan dan hikmah yang dirasakan di masa depan, kalaupun bukan untuknya mungkin untuk anak anaknya kelak.
Muhammad Harris Pratama seorang pengusaha muda sukses yang menikah dengan perempuan cantik bernama Vivi Andriani tujuh tahun lalu, nyatanya kini merasakan hampa karena belum mendapatkan keturunan. Di saat kehampaan yang dialaminya, tak disangka semesta mempertemukan kembali dengan perempuan cantik berwajah bening nan teduh yang dikaguminya di masa putih abu-abu. Terbersit tanya kenapa dipertemukan saat sudah memilki kehidupan dengan pasangan masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Azzqa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Ketika mobil Aris sudah dekat dengan lokasi kantor TSA, Mia menoleh ke arah bossnya "boleh minta turun di depan pak?, biar saya jalan kaki saja masuk ke kantornya, nggak enak dilihat sama yang lain "
Aris mengernyit merasa heran dengan permintaan Mia, "memang kenapa ?? Kita bukan pasangan selingkuh Mia, Justru kalau kamu saya turunkan di jalan padahal kita berangkat bareng satu mobil dan ada yang melihatnya malah tambah nggak enak, membuat orang berprasangka buruk"
"Kalau ada yang kepo, bertanya sama kamu kenapa bisa berangkat bareng sama saya, tinggal dijawab apa adanya saja motor kamu ban nya pecah, dan kebetulan di jalan bertemu saya menawarkan bantuan makanya berangkat bareng. Begitu saja gampang dan memang nyata apa adanya seperti itu kan..?"
Mia mengangguk mengerti "iya., maaf pak.." Mia berfikir memang ada benarnya apa yang dikatakan oleh bossnya itu, untuk apa ia khawatir tentang tanggapan orang lain yang melihatnya berangkat bareng dengan pak Aris, padahal tinggal dijelaskan apa adanya saja. Tapi apa ia punya kesempatan menjelaskannya pada orang-orang yang melihat, bagaimana kalau mereka tidak bertanya melainkan langsung berasumsi sendiri dengan apa yang dilihat? Huh..Mia menggelengkan kepalanya seraya berucap dalam hati kecilnya "bodo amat lah.."
"Satu lagi, nanti sore berarti kamu pulangnya nunggu saya karena nanti kamu saya antar ke bengkel untuk mengambil motor" imbuh Aris
"Nggak usah pak, saya bisa pesan ojek online nanti pulangnya ke bengkel sendiri, minta tolong alamat bengkelnya saja pak.." sanggah Mia cepat tidak mau merepotkan boss nya lagi.
Tapi Aris menggeleng, "ini perintah atasan Mia, bukan penawaran. Jadi kamu harus patuhi " ucap Aris tegas dan berharap tidak ada bantahan,
"Tapi saya tidak ingin lagi merepotkan pak Aris.." Mia beralasan seolah ingin membantahnya
Aris berdecak sedikit kesal, ia tidak ingin menanggapinya lagi, lebih memilih diam sembari masih fokus menyetir dan perlahan mobilnya pun sampai di halaman kantor TSA, lalu keduanya turun dari mobil, benar saja ada beberapa pasang mata yang melihatnya dengan heran. Namun Aris yang berjalan di depan diikuti Mia di belakang tak ambil pusing, beberapa orang itu menyapa hangat atasannya dengan menganggukkan kepala dan tersenyum, ada juga yang menyapa dengan memberi ucapan selamat pagi.
Aris berjalan lurus langsung naik menuju ruangannya, sedangkan Mia berbelok untuk (finger scan) absen terlebih dahulu, Mia menghela nafas panjang karena sudah terlambat masuk 20 menit, ia lalu naik ke lantai atas menuju ruangannya. Setelah sampai di depan pintu ruangan administrasi dan keuangan, Mia mendorong pintu ruangan seraya mengucapkan salam,
"Assalamu'alaikum.." ucapnya dengan suara lirih
Semua orang yang ada di ruangan menoleh, dan menjawab salamnya.
"Mba Mia dari mana, tumben baru datang?" Santy yang bertanya
"Mba Mia aku deg-degan tau, dikirain nggak masuk, sakit lagi.." Nina juga antusias menanggapinya
Bu Ita sang kepala Staff Administrasi yang selalu serius dan fokus, sedikit kaku hanya melihatnya dengan dahi mengkerut seperti meminta penjelasan, tapi tidak ingin langsung bertanya.
"Iya tadi ban motorku pecah di tengah jalan, motorku sampe oleng untung aja nggak sampe jatuh." jawab Mia menjelaskan
"Terus sekarang motornya gimana, udah ganti ban?" Nina masih penasaran
Mia mengangguk "lagi dititipkan ke bengkel nanti sore baru diambil"
Mia mulai bersiap untuk bekerja, berusaha duduk tenang di tempatnya dengan mengatur degup jantungnya yang tidak karuan karena dia teringat kejadian sarapan bersama dengan pak Aris tadi, yang membuatnya kikuk dan sedikit tidak nyaman, merasakan sarapan sambil diperhatikan sama bossnya sedekat itu, entahlah apakah mungkin Mia yang terlalu percaya diri saja, dan rasa khawatirnya karena ia datang terlambat ke kantor bersama pak Aris dilihat sama beberapa orang di bawah, khawatir akan timbul gosip yang tidak-tidak.
Mia menghirup nafas panjang dan menghembuskannya pelan, menggelengkan kepala biar lah apa kata orang, ia tidak akan peduli, dan Mia mulai mengaktifkan komputer yang ada di depannya untuk memulai pekerjaannya.
"Tapi beruntung loh pas mba Mia telat masih aman, pak Aris tadi pagi juga nggak kelihatan batang hidungnya di bawah. Mungkin telat juga, atau jangan-jangan nggak ngantor ke sini kali ya..?!" Nina nyerocos begitu saja meramaikan suasana di pagi hari.
Mia mengangguk dan ingin menjelaskan tentang kejadian ia dan Aris tadi, tapi ..ah sudah lah nanti saja fikirnya, sekarang ia ingin fokus untuk memulai pekerjaannya.
***
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat sepertinya hari ini menurut Mia, saat ini waktunya istirahat makan siang, ingin rasanya ikut ke luar bersama Santy dan Nina untuk mencari makan karena hari ini tidak membawa bekal makan siang, tapi saat ini ia sepertinya tidak begitu merasakan lapar, mungkin efek sarapan pagi yang double.
Mia akhirnya berjalan cepat ke ruangan musholah untuk menunaikan kewajibannya, dan disaat yang sama di tempat wudhu pria ternyata sudah ada Aris berbaur dengan beberapa pegawainya yang sedang bersiap mengambil air wudhu, sedang Mia memilih masuk ke toilet wanita.
Saat Mia keluar dari toilet wanita dengan wajah basah dan hijab yang belum terpasang sempurna menampakkan anak rambut halus di puncak keningnya dan sebagian leher di bawah dagunya yang meneteskan air, Mia berjalan pelan menuju ke ruang musholah sambil menurunkan lengan baju yang tergulung sampai ke siku, tak sengaja berpapasan dengan Aris yang juga baru selesai mengambil wudhu. Keduanya terkesiap terdiam, selama beberapa detik keduanya bersitatap dengan sorot mata saling mengagumi keindahan yang terpampang di depan mata dan Aris tersenyum manis, membuat Mia terpana tapi seketika mengerjapkan matanya seolah tersadarkan seraya beristighfar lirih dan memutuskan untuk langsung masuk ke dalam dengan pandangan yang menunduk.
Dengan detak jantung yang berdegup kencang Mia menghela nafas panjang berusaha menormalkannya seraya mengucapkan istighfar dalam hatinya berkali-kali, begitu juga Aris yang merasakan seperti biasanya setiap bertemu pandang dengan Mia tidak pernah habis rasa kekagumannya pada sosok wajah ayu itu, malah semakin bertambah kagum apalagi yang ia lihat tadi pemandangan wajah yang sangat bersinar terang seperti memancarkan cahaya membuat aura keindahan itu terpampang nyata di depan matanya. Aris berdiri mematung merasakan debaran aneh di dalam dadanya, seraya mengucap istighfar di dalam hati.
Aris mengimami sholat dzuhur dengan beberapa pegawai lainnya sebagai makmum, termasuk Mia yang berada di barisan belakang terhalang partisi hijab jamaah laki-laki dan perempuan, dan setelahnya diikuti dengan berdzikir dan do'a. Setelah selesai Mia mematut diri di depan cermin yang menempel di tembok membereskan tampilan hijabnya dan memakainya dengan rapih kembali, setelahnya Mia masih duduk santai seolah ingin lebih lama di sana atau mungkin ia ingin menghindar agar tak bertemu Aris lagi saat keluar dari musholah.
Benar saja saat Mia keluar pak Aris ternyata sudah duluan pergi, Alhamdulillah..ucapnya dalam hati, dan Mia berjalan menuju pantry untuk beristirahat sekedar memakan cemilan yang tadi ia pesan titip beli ke Nina. Di pantry teman-temanya berkumpul lagi pada makan sambil ngerumpi tentunya, Mia ikut bergabung dan ternyata ia dibelikan Nina seporsi siomay yang lengkap isiannya disertai tahu, kol, kentang, pare dan telur rebus. Ini sih cemilan besar fikir Mia, sama saja makan berat seperti porsi nasi tapi ia tetap berterima kasih kepada Nina.
Ada Yanto sang OB yang lagi sibuk menata paket makanan dan minuman teh manis dingin di atas nampan untuk pak Tony dan pak Aris, saat menyadari ada Mia langsung bertanya,
"Oalah ada mba Mia toh.., tadi pagi kata pak security mba Mia berangkat kerjanya diantar pak Aris ya? Kok bisa mba? Gimana ceritanya..?"
Sontak membuat yang lain kaget mendengarnya, bahkan Nina sampe hampir keselek makanannya sampai langsung meraih minumannya dan Santy yang terbatuk sambil memberi tatapan menyelidik ke Mia
"Iya, tadi pagi aku di jalan lagi dorong motorku karena pecah ban dan kebetulan pak Aris lewat melihatnya. Jadilah beliau berhenti dan memberikan bantuan, aku nebeng sekalian berangkat dengan pak Aris ke kantor" jawab Mia memberi penjelasan
"Ooh...pantesan tadi pagi pak Aris nggak kelihatan ada di bawah, biasanya kita datang udah standby.." ucap Nina menanggapi
"Terus motornya mba Mia dibawa ke bengkel mana, sama siapa ?" Imbuh Santy menanyakan
"Pak Aris yang menelpon suruh orang bengkel datang untuk membawa motor, tapi nggak dikasih tahu bengkel mana nya" jawab Mia dengan tenang, lalu menarik kursi dan mendudukinya sambil mulai membuka siomay lalu memakannya.
"Nah.. nanti ambil motornya mbak Mia gimana, sama pak Aris juga? " Tanya Nina masih penasaran
"Iya mungkin..padahal aku udah minta alamat bengkelnya ke pak Aris biar aku ke sana sendiri aja naik ojek online, tapi belum dikasih "
Yanto dan yang lainnya manggut-manggut menyimaknya,
"oh..gitu ceritanya to mbak, yowes aku permisi mau ke ruangan pak Boss dulu ini pasti sudah ditungguin.." dan Yanto pun pamit dan berlalu.