Dewina gadis dari keluarga biasa memiliki kepekaan yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar , sampai tetangganya bahkan orang lain melihatnya aneh , dengan kemampuannya ia bisa merasakan apa yang orang lain raskan , dan Ia bisa merasakan kehadiran makhluk astral meskipun tidak bisa melihat makhluk tersebut .
Kedua orang tuanya berpisah karena takdir ,ayahnya meninggal ketika Dewina sekolah menengah pertama .
Bagaimana Dewina menjalani kehidupannya yang tidak biasa ,mampukah ia melewati itu semua ?
Ikuti kisahnya dan beri tanggapan kalian dikomentar , terimakasih .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keduapuluh lima Maaf Yang Tertunda
Saat ini Dewina dan ke dua temannya sedang bersiap-siap akan pulang mereka membereskan peralatan masak dan beberapa makanan yang tidak habis mereka bawa pulang .
Setelah selesai Santi berpamitan pulang lebih dulu , sedangkan Dewina dan Hanum masih beberes . "Kamu merasa kalau Santi itu aneh gak sih , Win ?“ Hanum sedang merapikan meja kursi , "Maksudmu aneh gimana ?"Dewina pura-pura tidak paham pertanyaan Hanum .
Hanum berpikir keras lalu melihat Dewina dengan serius justru membuatnya merinding karena ia melihat Dewina berbeda dari biasanya lalu mengalihkan pandangannya . "Beda aja gitu seperti menyembunyikan sesuatu , masa kamu tidak ngerti juga sih , dia kan tidak suka sama kamu nih orang bikin aku gemes deh ," Hanum menghentakkan kakinya dengan keras menghilangkan rasa takut .
Dewina mendekati Hanum sambil berkata ." Han , maaf jika aku membuatmu takut tapi kamu jangan memandangku seperti itu lagi ya , aku ingin punya teman yang bisa menghargai ku dan menerimaku apa adanya , di luar sana banyak orang berbicara yang bukan-bukan tentangku ,entah aku punya salah apa sama mereka ," Dewina menundukkan kepala meneteskan airmata ,
Hanum melihat Dewina merasa bersalah dipeluknya teman sekaligus sahabat kecilnya ."Aku memang penakut sekali apalagi tentang hantu serem deh , aku juga minta maaf akhir-akhir ini pandanganku entah kenapa sering melihat sosok misterius tapi hanya sekelebat bayangan saja ," Hanum melihat ke seluruh ruangan bergidik , Dewina tersenyum mendengarnya .
"Daripada membahas sosok misterius mendingan kita pulang ," ajak Dewina setelah selesai beres-beres akhirnya ereka pulang bersama .
“Win , maaf nih bertanya , waktu kamu di culik sama Yanto apa yang ia lakukan sama kamu , minta tebusan atau apa ?"Hanum ingin tahu . Dewina kembali teringat kejadian beberapa hari yang lalu membuatnya trauma bertemu dengan lelaki .
Dengan berat Dewina menceritakan kejadian yang sebenarnya , Hanum sangat terkejut mendengarnya ."Kurang ajar banget tuh orang di tolong malah mukul dari belakang gak ada kapoknya dia ,terus kabarnya sekarang gimana ?"tanya Hanum lagi .
"Aku tidak tahu Han , lagi pula aku tidak satu kampung sama dia , dia saja pendatang di kampungmu kan ," Dewina menoleh ke arah Hanum ."Iya sih , aku juga tidak tahu Yanto sekarang dimana tak ada gosip atau berita ,“ Hanum dengan serius sambil terus mengayuh sepeda .
Sampai di pertigaan gang mereka berpisah Hanum belok ke arah rumah sedangkan Dewina masih terus lurus menuju kampungnya . Beberapa kayuh sepeda ia dikejutkan sosok misterius sedang berdiri di pohon pisang , Dewina dengan cepat mengayuh sepedanya agar sampai di rumah .
Makhluk tersebut adalah Yanto yang sedang memperhatikan Dewina dengan tatapan kosong lalu berjalan pulang ke rumah dengan pincang menggunakan tongkat .
Yanto sekarang tinggal bersama seorang pembantu yang mengurusnya karena keluarganya tidak mau mengurusnya karena sangat sombong dan keras kepala , Keadaannya saat ini sangat memprihatinkan sejak perbuatannya terhadap Dewina ia menjadi sangat pendiam dan tidak pernah keluar rumah .
Malam itu Yanto akan meminta maaf pada Dewina atas perbuatannya beberapa waktu lalu . "Aku harus minta maaf bagaimanapun caranya batin Yanto merebahkan tubuh di tempat tidur tubuhnya sangat lelah .
Dewina sampai di rumah memasukkan sepedanya di dapur lalu membersihkan tubuhnya dan beristirahat . Dewina merasa mengenal sosok di jalan tapi ia sudah merasa takut lebih dulu dan memutuskan untuk pulang .