‼️Harap bijak dalam memilih bacaan‼️
CEO tampan dan dingin itu ternyata seorang psikopat kejam yang telah banyak menghabisi orang-orang, pria itu bernama Leo Maximillian
Leo menjadikan seorang wanita sebagai tawanannya, wanita itu dia jadikan sebagai pemuas nafsu liarnya.
Bagaimana nasib sang wanita di tangan pria psikopat ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 : Melepas Rindu
...•••Selamat Membaca•••...
Maureen meminum susu cokelat buatan Leo, dia merasa begitu bahagia saat ini, memiliki Leo dan hidup dengan aman setelah kejadian dulu yang membuat dirinya sempat koma. Leo juga tidak memberitahu mengenai kehamilan Maureen saat pergi dari rumah, dia takut kalau Maureen kembali terpukul.
Malamnya, Maureen mengeluhkan kalau tubuhnya terasa sakit dan pegal, dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Leo yang memang belum tidur mendekati Maureen, membantu kekasihnya itu untuk duduk.
“Apa yang sakit?” tanya Leo dengan lembut.
“Kenapa tuan belum tidur? Apa masih banyak pekerjaan ya?” Bukannya menjawab, Maureen malah balik bertanya karena melihat Leo begitu fokus di depan layar laptop.
“Iya, ada sedikit pekerjaan tapi sudah selesai, kamu kenapa bangun?”
“Nggak ada.” Maureen berbohong, dia tidak ingin lagi merepotkan Leo.
“Jangan bohong, apa yang sakit?”
“Tubuhku sakit, pegal juga dan kepalaku sedikit nyeri tuan.” Leo mengambil obat Maureen, karena sebelum tidur tadi, Maureen belum minum obat.
“Minum obat kamu, nanti aku pijat biar badan kamu lebih enakan.” Maureen meminum obat yang diberikan Leo, lalu dengan perlahan Leo memijat Maureen tapi ditahan oleh wanita itu.
“Nggak usah tuan, hm aku mau istirahat aja soalnya aku ngantuk, tuan pasti lelah juga kan.”
“Aku nggak lelah, kamu tiduran aja, biar aku pijat.”
“Tuan, apa kamu yakin mau menikahiku?” Leo menatap Maureen.
“Yakin, kenapa?”
“Kamu bisa dapatkan wanita yang jauh lebih baik dari aku, nanti kalau kamu ketemu yang lebih dari aku, kamu malah berpaling.” Leo terkekeh dengan asumsi Maureen.
“Aku sudah banyak bertemu wanita dan tidur dengan wanita di luaran sana, aku memilihmu karena memang kamu yang terbaik bagiku, aku menikahimu karena memang aku mencintaimu.” Maureen tersenyum lembut.
“Setelah ayah meninggal, aku tidak pernah lagi disayang oleh siapapun, aku tidak memiliki teman maupun kekasih. Aku selalu dikurung di rumah oleh Herry dan ibu, aku tidak boleh punya teman, punya kekasih dan bahkan aku tidak diizinkan menggunakan alat komunikasi. Aku ingin merasakan hidup bebas seperti wanita lain seusiaku, tapi takdir seakan tidak mengizinkan aku sebebas yang aku mau,” ujar Maureen yang membuat Leo terpaku.
“Ditambah lagi sejak kau mengenalku Maureen, kau tidak mendapatkan kebebasan sama sekali,” tambah Leo yang masih memijat kaki Maureen.
“Awalnya aku memang berpikir begitu tuan, tapi karena perlakuan baikmu padaku, aku mulai menyukaimu dan takut untuk kehilanganmu, makanya aku sering bertanya kapan kau membebaskan aku, maksudnya, aku tidak ingin menjadi tawananmu tapi aku lebih ingin menjadi seseorang yang spesial untukmu.” Leo mendekatkan wajahnya pada wajah Maureen.
“Awal pertemuan kita memang buruk, tapi kau wanita pertama yang membuat aku menangis ketika kau kesakitan Maureen, untuk pertama kalinya aku merasa takut kehilangan. Aku tidak membebaskanmu karena aku tidak ingin kehilanganmu, itu saja.” Leo memeluk Maureen dengan erat, merasakan kehangatan dan ketenangan dalam pelukan itu.
“Terima kasih karena sudah memberikan yang terbaik untukku, maaf jika aku selalu membuatmu kesal dan sering marah.”
“Aku sangat mencintaimu Maureen, aku ingin, kau menjadi ibu dari anak-anakku kelak.” Maureen kembali bersedih, mengingat dirinya yang tidak bisa hamil lagi.
“Tapi aku tidak bisa hamil lagi, tuan.”
“Kita masih bisa berobat, jangan putus asa.” Maureen mengangguk, terlintas ide gila di pikiran Leo saat ini.
“Apa kau mau mencobanya sekarang?”
“Sudah kuduga.”
Leo membaringkan Maureen perlahan, karena bagaimana pun, kondisi Maureen belum sekuat dulu, dia masih dalam tahap penyembuhan.
Dengan lembut dan penuh kasih, Leo mencumbu Maureen, hampir dua bulan ini Leo tidak menikmati keindahan Maureen.
Leo memasukkan lidah hangatnya ke dalam mulut Maureen, yang jelas disambut dengan baik oleh Maureen. Leo memberikan rangsangan dengan mengusap lembut dada Maureen sehingga lenguhan dari bibir cantik itu semakin membuat Leo bersemangat.
Leo menatap Maureen, lalu berkata, “kamu siap?” Maureen mengangguk yakin karena dia juga merindukan Leo.
Leo merendahkan tubuhnya kembali lalu mencium sudut bibir Maureen dan menciumi leher serta telinga sensitif Maureen. Tangannya masih setia memberikan pijatan lembut di dada Maureen.
Leo menegakkan tubuhnya lalu membuka baju yang dia kenakan, begitu juga dengan pakaian Maureen, dia melepas semuanya hingga keindahan tubuh itu terpampang nyata di depannya.
Leo tidak membiarkan keindahan Maureen begitu saja, dia menempatkan sebelah dada Maureen di mulutnya dan sebelah lagi di dalam genggamannya. Sembari mulutnya menghisap lembut dada itu, tangannya ikut meremas sebelah lagi yang membuat Maureen mendesah nikmat.
“Aahhh hmm shh.”
Jilatan demi jilatan itu terus bersarang di dada Maureen, hingga Leo menurunkan ciumannya ke perut Maureen. Di perut itu dia terhenti sejenak, sudah dua anak yang dikandung oleh Maureen, anak yang merupakan benihnya. Dia memejamkan mata lalu mengecup perut datar itu.
“Maafkan papa nak, harusnya kalian lahir dan melihat dunia ini sebagai obat bagi mama kalian,” lirih Leo yang nyaris tidak terdengar oleh Maureen.
Leo membuka kedua kaki Maureen, memperlihatkan pemandangan indah yang sangat dia rindukan itu. Tanpa berlama-lama, Leo memainkan lidahnya di area sensitif itu, membuat tubuh Maureen menggelinjang hebat, lidahnya terus bermain dengan cepat di klitoris Maureen.
Tangan Maureen meremas rambut Leo, ketika dia akan merapatkan paha, Leo menahan dengan tangannya lalu semakin liar memainkan klitoris itu.
“Aahh nngghhh.” Kepala Maureen mendongak menahan nikmat, sensasi geli luar biasa dia rasakan.
“Aahh tuan nhhh.”
Leo menaikkan tubuhnya, menuntun Maureen berdiri. Dia menahan sebelah kaki Maureen lalu memasukkan miliknya yang telah tegak sempurna ke dalam liang Maureen yang telah lama tidak dia rasakan.
“Aakhh,” pekik Maureen ketika milik Leo menerobos miliknya, terasa sempit serta milik Leo seakan terhisap oleh liang itu, dia mendorong semakin dalam hingga masuk dengan sempurna.
“Kau sempit sayang, aku menyukainya, ini sempurna,” bisik Leo di telinga Maureen karena saat ini Leo tengah memeluk Maureen dengan satu kaki Maureen dia tahan.
Tangannya kini menahan tubuh Maureen agar tidak jatuh, Maureen juga melingkarkan lengannya ke leher Leo dan mencium serta melumat bibir tegas itu penuh nafsu.
Leo memulai dorongannya di bawah sana dengan ritme sedang lalu berubah menjadi cepat. Karena tubuh Maureen sedikit rendah dari Leo, dia terpaksa berjinjit menyamakan miliknya dengan milik Leo.
“Aahhh Maureenn aahhh, kau nikmat sekali sayang mmpp,” desah Leo sembari menjilati telinga dan leher putih Maureen.
Maureen semakin meremas rambut Leo, desahannya menjadi ketika dorongan kuat di bawah sana terus menghujam dirinya.
Maureen menciumi leher Leo, sesekali menghisapnya, kemudian kedua bibir mereka kembali menyatu, bunyi kecipak di bagian bawah mereka terdengar khas dan menambah nafsu mereka masing-masing. Tidak bisa Leo ataupun Maureen pungkiri kalau saat ini mereka begitu menikmatinya.
Leo melepas penyatuan mereka, lalu meminta Maureen untuk membelakanginya sambil berpegangan ke sandaran sofa, posisi mereka saat ini di belakang sofa.
Sebelah kaki Maureen di letakkan di atas sandaran sofa dan satu kaki lagi menahan tubuh Maureen. Milik Maureen terbuka sempurna, dia memasukkan miliknya lalu mendorong pinggulnya sehingga batang keras itu keluar masuk ke liang kekasihnya itu.
Kedua tangan Maureen memegang sandaran sofa sedangkan tangan Leo, meremas kuat kedua buah dada Maureen yang bergoyang seiring hentakannya di bawah sana.
“Aahh nggghhhh aahhh aahhh ahhh.”
Leo semakin menggerakkan miliknya dengan cepat sehingga tubuh Maureen bergetar, dia merasakan sesuatu berkumpul di perutnya dan menyesak ingin keluar tapi Leo terus menghujam dirinya dengan cepat sehingga tubuh Maureen terhentak sempurna.
“Tuan, aahh kaki ku sshh aahh, tidak kuat.”
“Tahan sebentar sayang, tidak akan lama.” Leo semakin mempercepat genjotannya di bawah saja sehingga Maureen tidak tahan lagi, tangannya kini memeluk kepala Leo yang sedari tadi menciumi lehernya.
Tangan Leo masih memainkan dada Maureen, kedua puting merah muda itu dia cubit dan pelintir sehingga rasa geli dan nikmat dirasakan oleh Maureen.
“Buka mulutmu Maureen.” satu tangan Leo menahan wajah Maureen agar menghadap wajahnya lalu menciumi bibir Maureen, lidahnya langsung memenuhi mulut Maureen dan bermain dengan lihai di dalam sana.
Maureen memejamkan matanya dengan kuat ketika Leo mempercepat gerakannya di bawah sana.
“Aahhhhh.” Pelepasan pertama mereka terjadi, Maureen merasakan lelah dan kakinya bergetar hebat. Leo menciumi bahu dan tengkuk Maureen yang saat ini membelakanginya, miliknya masih berada di dalam sana dan belum keluar.
“Aku rasa, kita akan bercinta sampai pagi Maureen,” bisik Leo lalu menjilati telinga Maureen.
“Kalau masih kuat ya silakan saja.” Leo melepaskan miliknya dan melihat cairan putih kental itu mengalir di paha dalam Maureen. Dia menggendong Maureen lalu menidurkan wanita itu di atas sofa dengan satu kaki yang dia letakkan di atas sandaran.
“Aku sangat menyukai tantangan.” Leo kembali melakukannya untuk ronde kedua di atas sofa tanpa memberi jeda pada Maureen.
...•••BERSAMBUNG•••...
campur aduk, semua jadi satu 🥺🥺🥺
Kok malah adu mekanik mereka,,,,, panik kan kamu Leo... udah tau istrinya ounya trauma di masa lalu... malah dikasarin, keterlaluan inj si leo anjjj
leooo. kau bodoh sekali/Sob//Sob/