Menikah dengan jalur perjodohan tidak pernah terpikir oleh Idris. Hidup yang mulanya terasa damai di pesantren harus berakhir setelah ayah angkatnya datang dan meminta dirinya untuk menerima perjodohan dengan partner bisnis perusahaan.
"Dia seorang CEO. Hidupmu akan jauh lebih baik jika menikah dengannya. Kami akan anggap persetujuanmu sebagai balas budi atas jasa kami dalam membesarkanmu."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zulfa Laeli Ahlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26
✨Mengalah✨
Idris...
Setelah acara pernikahan yang sederhana selesai semua kerabat dekat pun mulai kembali ke rumahnya masing-masing. Tinggal beberapa orang saja diruang tamu mewah dan juga megah.
"Alhamdulillah pak Anton acara pernikahannya berjalan dengan lancar..." ucap Rama yang sudah pulih dari sakitnya.
"Iya alhamdulilah pak Rama..." balas Anton.
"Kami ingin meminta persetujuan dari pihak wanita pak Rama..." ucap Irma memulai.
"Persetujuan apa bu Irma?" tanya Rama.
"Apa nona Nanda setuju jika hari ini ia ikut dengan kami ke rumah suaminya?" tanya Irma balik.
"Maaf sebelumnya... Saya masih belum bisa meninggalkan rumah ini dan karena ayah baru saja pulang dari rumah sakit tadi... Mohon pengertiannya..." jawab Nanda yang terkesan cuek bagi setiap orang yang mendengarnya.
"Tidak apa-apa jika nona Nanda tidak mau... Kami akan mengerti tentang keputusan ini..." ucap Irma yang merasa tidak enak.
"Terima kasih..." balas Nanda singkat.
"Mah... Pah... Biar Idris yang tinggal disini untuk sementara... Ngga papa kan?" ucap ku agar tidak membuat Irma semakin khawatir.
"Terserah kamu saja... Semua keputusan ada ditangan kamu sekarang..." jawab Anton membantu menjawab pertanyaan dari ku.
"Baiklah jika ini keputusan nya... Saya akan selalu membuka pintu dengan lebar untuk menerima menantu saya ini..." ucap Rama dengan ramahnya.
Anton, Irma dan juga Fika pun beranjak dari tempat duduknya untuk bersiap pulang ke rumah. Kami semua mengantar mereka sampai diteras rumah karena mobil telah terparkir tepat didepan teras setelah Rama menyuruh seorang sopir untuk memindahkan mobil milik Anton.
"Baiklah kami pamit pak Rama..." ucap Anton menyalami tangan Rama.
"Terima kasih..." balas Rama.
"Jaga dirimu baik-baik nak... Mamah pergi dulu..." ucap Irma yang tak kuasa menahan air matanya ketika tangan Anton memegang pundaknya agar segera pergi meninggalkan kediaman Firma.
"Iya mah... Jaga diri mamah juga..." balasku mencium tangan kanan Irma dan hal itu pun ku lakukan pada Anton.
"Mas Idris sering-sering main ke rumah yah..." ucap Fika lalu memeluk ku dengan erat.
"Iya dek... Tenang aja kalo mas ke kantor pasti bakal mampir kok..." ucap ku sambil mengusap kepala Fika yang tertutup dengan hijab.
"Iya udah mas... Fika pamit pulang dulu yah..." ucap Fika melepas pelukannya lalu mencium tangan Rama dan juga Fika.
"Kami pamit... Assalamualaikum..." ucap Anton sambil menuntun Irma memasuki mobil.
"Waalaikum salam..." balas kami kompak.
Mobil pun mulai bergerak menjauh ketika semua orang sudah masuk didalamnya. Rama pun mengajak kami semua untuk masuk ke dalam rumah.
"Selamat datang menantu..." ucap Rama yang terlihat sangat bahagia.
"Terima kasih om..." balas ku yang lalu ditatap
bingung oleh Rama.
"Kenapa kamu panggil saya om Idris? Mulai sekarang kamu panggil saya ayah..." tanya Rama yang membuat ku tersenyum kikuk.
"Iya ayah..." balas ku sedikit kesulitan karena baru pertama kalinya aku memanggil seseorang selain papah dengan panggilan ayah.
"Iya sudah kamu istirahat dulu... Pasti kamu capek kan hari ini... Biar Nanda yang menunjukkan kamar tidur kalian..." ucap Rama melirik sekilas ke arah Nanda yang berdiri disampingnya.
"Iya ayah... Terima kasih..." ucap ku dengan anggukan.
Rama pun meninggalkan aku dan Nanda di ruang tamu yang begitu mewah dan megah. Karena perintah dari Rama, Nanda pun berjalan menuju lantai 2 yang tentunya searah dengan kamar Rama juga.
Berbeda dengan Naya yang kamar tidurnya terletak dilantai 1. Karena selama beberapa tahun terakhir kamar tersebut ditinggalkan oleh Naya.Tapi Nanda selalu menyuruh pembantunya agar tetap membersihkan kamar Naya walaupun tidak pernah dipakai.
"Ini kamar kita..." ucap Nanda kemudian memasuki kamarnya yang tentunya lebih luas dan megah daripada kamar ku yang dulu.
"Sangat cantik dan bersih..." ucap ku ketika kami memasuki kamar.
"Kamu tidur disofa itu..." tunjuk Nanda ke sofa yang berada dipojok ruangan.
"Kenapa?" tanyaku tak mengerti.
"Kamu ingat perjanjian kita bukan?" tanya balik Nanda.
"Baiklah..." jawab ku pasrah akan keputusan yang Nanda buat.
"Aku mengalah..." batinku meneruskan ucapan.
"Kita hanya akan menjalani nya selama 6 bulan setelah itu kita tidak akan seperti ini lagi..." ucap Nanda dengan santai tanpa melihat wajahku.
"Iya aku mengerti..." balas ku walau terkadang ada rasa sakit ketika mendengar kata 6 bulan. Karena apa? Pernikahan itu bukanlah hal yang main-main apalagi sekarang aku harus menjalani nya tanpa ada rasa cinta diantara kami berdua.
Entah apa yang akan kami lakukan dengan selanjutnya pernikahan ini. Tapi akan ku usahakan sebaik mungkin untuk membuat pernikahan ini menjadi nyata bukan hanya main-main.
Malam harinya...
Makan malam yang berbeda membuatku sedikit canggung. Terlebih akan sifat Nanda yang lebih cuek dari biasanya. Aku tetap mencoba agar bersabar dengan keadaan ku sekarang ini. Ada syukur didalam diriku saat ini ketika Rama yang begitu ramah dan juga terbuka padaku.
"Ayo silahkan dimakan nak..." ucap Rama ketika aku dan Nanda duduk bersebelahan dikursi meja makan.
"Terima kasih ayah..." balasku seraya tersenyum untuk menghormati nya sebagai orang paling tua.
"Dimana Naya nak?" tanya Rama setelah menelan makanan yg telah ia kunyah tadi.
"Dia sedang istirahat dikamarnya ayah... Dan juga aku sudah menyuruh pelayan untuk mengantarkan makan malamnya juga..." jawab Nanda menatap Rama selama beberapa saat dan melanjutkan makannya kembali.
Selesai dengan makan malam, aku dan Nanda kembali ke kamar untuk mengistirahatkan tubuh kami yang terasa sangat lelah.
"Terima kasih..." ucap ku ketika Nanda duduk ditepian ranjang.
"Untuk apa?" tanya Nanda melihat ke arahku sekilas.
"Memakai hijab..." jawab ku singkat.
"Mungkin ini menjadi awal yang baru bagi kita berdua..." ucap Nanda memandang ke arah kaca cermin yang menampilkan dirinya yang terlihat berbeda saat memakai hijab.
"Kamu benar... Awal yang baru..." balas ku lalu mengambil bantal dan juga selimut untuk tidur disofa nanti.
Setelah itu ku langkahkan kaki ini menuju kamar mandi. Beberapa menit kemudian aku keluar dari kamar mandi dan mendapati Nanda yang sudah tertidur dengan kepala masih dibalut dengan hijab.
Ku pandangi wajah cantik itu dengan seksama. Sungguh ku mengagumi wajahnya yang cantik dan meneduhkan. Ku tarik selimut berwarna putih yang berada dibawah kaki Nanda dengan perlahan untuk menutupi tubuhnya agar tidak kedinginan. Karena hari sudah semakin malam tentunya udara pun akan terasa semakin dingin.
"Ku selalu berdoa jika kamu yang menjadi jodohku nanti... Walau kita tak tau apa akhir dari kisah pernikahan ini... Semoga Allah SWT mengijinkan kita untuk bersama dikemudian hari..." ucap ku lirih sambil berbalik dan berjalan menuju sofa yang akan aku tempati sebagai kasur tidur.
✨Jangan lupa like and vote yah🤗... Ikuti kisahnya terus sampai tamat pokoknya... Karena masih ada banyak cerita yang akan mengisi hari-hari Idris dan juga Nanda disetiap harinya...😊✨