Sekuel Need A Bride
🍂🍂
.
Menikah dengan kakak angkatnya sendiri, tentu tidak pernah ada dalam bayangan seorang Quuenara Angelistya, biasa dipanggil dengan sapaan Ara. Gadis yang masih duduk di bangku sekolah tersebut terpaksa menerima takdirnya yang tiba-tiba saja sudah menikah dengan kakak angkatnya sendiri.
Sementara itu, pria yang tiba-tiba saja dipaksa menikahi adik angkatnya sendiri, jelas memberontak. Akan tetapi orang tuanya memegang rahasia besar Ryu, yang jelas tidak ingin terbongkar. Sehingga Ryuga Antonio Rayyansyah, putra tunggal dari pebisnis terkemuka tersebut tidak bisa berkutik selain menerima pernikahan tersebut.
Akankah rumah tangga mereka berjalan lancar? Sementara Ara sendiri tidak tahu suaminya siapa dan seperti apa. Di tambah lagi Ryu dan Ara tidak pernah bertemu selama sepuluh tahun terakhir. Sebab, Ryu memilih tinggal bersama tantenya yang ada di Kanada.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TMKA. Mengimbangi
Bab. 26
Tentu saja Ara tidak aka membiarkan kesedihan serta rasa jijik pada dirinya sendiri itu menguasainya terlalu lama. Sebab masih ada hal yang lebih penting dari perasaannya sendiri. Yakni membuat mama Yuan dan papa Rio bangga terhadap dirinya. Serta mereka tidak salah memilih ketika memutuskan untuk membesarkan dirinya.
"Udahlah, begini saja. Sesekali amal dijalan dan nyenengin mata pria kelaparan sebentar. Biar pahala gue makin banyak," gumam Ara.
Sebelum benar-benar mengendarai motornya, Ara lebih dulu mengikat rambutnya ke atas. Sehingga semakin terlihatlah kelebihan yang dimiliki oleh gadis itu. Benar-benar sebuah mahakarya yang sangat luar biasa indahnya. Bahkan keindahannya sampai-sampai membuat seseorang yang sedari tadi mengikutinya pun dibuat terlena oleh kelebihan yang dimiliki Ara.
"Dia mau mengendarai motor dengan pakaian yang ketat seperti itu?" gumam pria itu merasa tidak terima jika keindahan yang dimiliki oleh Ara akan dinikmati oleh banyak orang nanti. Sekarang saja ia bisa melihat ada beberapa laki-laki yang terpesona dan memperhatikan gerak gerik yang Ara lakukan. Entah mengapa semakin membuat dirinya tidak terima.
Tidak ingin Ara semakin dilihat oleh banyak orang dengan kemolekan tubuhnya, padahal gadis itu sudah memakai seragam yang sedikit kebesaran dan tidak begitu ketat, namun memang dasarnya memiliki sesuatu sedikit berlebih dari remaja pada umumnya, mungkin, sehingga membuat Ara terlihat lebih menonjol.
"Sial! Kenapa Mama buat dia jadi seperti ini, sih!" kesal pria yang tak lain ialah Ryu.
Pria itu kesal sendiri. Lalu keluar dari persembunyiannya dan menghampiri Ara. Menyampirkan begitu asal jaket milik gadis itu tanpa meminta ijin terlebih dulu.
"Nggak baik tebar pesona di jalan," ujar Ryu tentu saja dengan wajah datarnya. Membantu Ara memakai jaketnya kembali lalu memasang kan helm gadis itu.
Ara sendiri terbengong dengan kehadiran Ryu yang tiba-tiba. Kenapa juga pria yang sudah membuat dirinya merasa hina sesaat karena dengan kurang ajar nya melakukan itu kepada dirinya.
Ara menatap sinis ke arah Ryu. "Kenapa lo ada di si—" ucapan Ara terhenti begitu saja di saat Ryu memotongnya.
"Maaf," ujar Ryu. Namun wajahnya tidak menunjukkan jika pria itu benar-benar menyesal dengan apa yang sudah dia lakukan tadi. Membuat Ara menepis tangan Ryu yang tengah menarik Zipper jaketnya.
"Jangan sentuh-sentuh gue!" cegah Ara dengan nada begitu sinis. Bahkan gadis itu melupakan tata Krama jika berbicara dengan orang yang lebih tua darinya. Bodo amat dengan aturan tersebut. Pikirnya.
Ryu sempat terkejut dengan perubahan sikap Ara. Namun pria itu memaklumi, mungkin karena Ara sedang marah kepada dirinya. Oleh sebab itu sikapnya berubah tidak sopan sama sekali.
"Sorry," ucap Ryu lagi.
Ara yang masih marah dengan pria ini, lantas gadis itu menarik tuas gas pada setir motornya dan bersiap untuk pergi dari sana. Akan tetapi, lagi dan lagi sikap Ryu memang sungguh sangat menyebalkan sekali. Pria itu dengan sangat lancang mengambil kunci motornya yang sudah menancap di tempat yang memang seharusnya.
Ara tidak mau berteriak lagi. Suaranya sudah terasa serak. Sekuat tenaga ia menahan rasa geramnya.
"Lo mau apa lagi, sih? Gue udah capek, nggak mau debat sama lo. Mending jangan cari gara-gara sama gue. Kalau nggak, gue laporin lo ke polisi," ujar Ara dengan sangat malas.
Entah, harus dengan cara apa lagi ia mengusir pria ini. Ara sangat lelah.
"Gue mau bicara sama lo. Penting," ucap Ryu mengabaikan bahasa yang mereka gunakan. Pria itu hanya ingin mengimbangi cara bicara Ara saja.