Kehidupan pernikahan Tiara dan Dimas berjalan harmonis dan bahagia. Namun semuanya berubah ketika sang mertua dari desa datang ke rumah. Ibu mengkritik kebiasaan Tiara yang bangun beberapa jam dari jam kerjanya, kebiasaannya melondri baju padahal memiliki mesin cuci, juga kebiasaannya yang lebih sering jajan di luar dari pada memasak untuk suaminya. Di awal Tiara tidak terlalu ambil pusing, namun ibu mertuanya menganggap semua pekerjaan itu haruslah dilakukan oleh sang istri. Beberapa perdebatan kecil terjadi antar ibuk dan Tiara. Perbedaan pendapat dan pandangan membuat menantu dan mertua berselisih pada akhirnya. Ketegasan Dimas pun di uji. Menjadi penengah antara ibu dan istrinya tentu tidaklah mudah. Hingga Tiara memilih untuk pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danie A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26
Bu Ismiyati berdiri di sebuah gerbang bangunan besar yang tidak lain ternyata ialah kantor tempat Tiara bekerja. Setelah berusaha mencari alamat kantor menantunya, wanita paruh baya itu pun memberanikan diri mendatangi tempat tersebut demi mencari keberadaan Tiara.
"Tiara beneran kerja di sini, kan?" gumam Bu Ismiyati agak ragu untuk masuk ke dalam gedung kantor tersebut.
Wanita paruh baya itu pun celingukan ke dalam area kantor dan melihat beberapa pegawai yang berlalu-lalang di tempat tersebut.
"Aku harus mulai mencari dari mana?" ujar Bu Ismiyati mulai kebingungan.
"Cari siapa, Bu?" sapa satpam yang bertugas di area perkantoran itu. Bu Ismiyati pun mendekat ke pos satpam sembari membawa ponsel di mana ia menyimpan foto Tiara.
"Permisi, Pak. Boleh saya tanya sesuatu?" tanya Bu Ismiyati.
"Silakan, Bu! Apa yang bisa saya bantu?"
"Apa Bapak kenal sama pegawai yang namanya Tiara?"
Jika hanya bermodalkan nama saja, tentu saja pabrik tersebut memiliki ratusan wanita bernama Tiara. "Tiara yang kerja di bagian apa ya, Bu? di sini yang namanya Tiara banyak."
Tentu saja Bu Ismiyati tidak tahu detail mengenai jabatan dan pekerjaan Tiara. Tapi sebagai info tambahan, wanita paruh baya itu hanya bisa menyodorkan ponselnya untuk memperlihatkan wajah Tiara. "Ini orangnya, Pak. Bapak kenal? Bener nggak menantu saya kerja di sini?"
Satpam itu pun foto Tiara dengan seksama. "Oh, Bu Tiara? Betul, Bu. Ini salah satu pegawai di tempat ini."
Bu Ismiyati tersenyum lega. Untungnya ia tidak salah alamat. "Oh, syukurlah kalau begitu! Saya udah berhari-hari nunggu menantu saya pulang. Kira-kira Bapak tahu nggak ya kapan Tiara balik dinas? Udah seminggu lebih menantu saya nggak pulang."
"Dinas ke mana, Bu?"
"Saya juga kurang tahu, Pak. Saya cuma tahu pokoknya dinas di luar kota. Udah satu minggu lebih menantu saya nggak pulang-pulang juga. Makanya saya mencari kemari," sahut Bu Ismiyati.
Satpam itu pun menatap Bu Ismiyati dengan kening berkerut. "Setahu saya Bu Tiara nggak pergi dinas, Bu. Kemarin saya masih ketemu sama Bu Tiara," ungkap satpam tersebut.
Tentu Bu Ismiyati sangat terkejut usai mendengarkan penuturan dari satpam. Jelas-jelas Dimas berkata kalau Tiara tengah pergi dinas. Ternyata semua perkataan Dimas hanyalah kebohongan belaka.
"Bapak yakin ketemu sama menantu saya? Udah satu minggu ini menantu saya katanya pergi dinas. Nggak mungkin menantu saya muncul di pabrik selama dinas, kan?"
"Kalau soal informasi tentang dinas saya kurang tahu, Bu. Tapi saya bisa pastikan kalau saya benar-benar berjumpa dengan Bu Tiara beberapa hari ini. Jadi bisa dibilang kalau Bu Tiara nggak pergi ke mana-mana, apalagi pergi dinas," terang satpam tersebut panjang lebar.
Usai mendapatkan informasi mengenai dinas Tiara, Bu Ismiyati pun kembali mencari petunjuk demi menemukan Tiara dan membawa menantunya itu pulang. Bu Ismiyati tidak tahan lagi melihat keterpurukan putranya. Demi Dimas, Bu Ismiyati akan melakukan apa saja untuk membawa Tiara kembali.
Tak berhasil mendapatkan informasi tambahan, Bu Ismiyati pun memutuskan untuk pulang dan melanjutkan pencarian esok hari. Setidaknya Bu Ismiyati sudah mengetahui kalau ternyata Tiara tidak pergi dinas.
"Kenapa Dimas harus berbohong padaku?" gumam Bu Ismiyati miris.
Begitu Bu Ismiyati sampai di rumah, wanita paruh baya itu pun langsung disambut wajah cemas Dimas. Nampaknya pria itu kebingungan mencari Bu Ismiyati ke mana-mana.
"Ibu dari mana aja? Kenapa baru pulang?" tanya Dimas bergegas menghampiri sang ibunya yang akhirnya muncul setelah ia mencari Bu Ismiyati ke banyak tempat.
Dimas benar-benar lega begitu ya berjumpa dengan Bu Ismiyati kembali. Ia kira ia sudah kehilangan Bu Ismiyati. Sudah kehilangan istri, tentu saja Dimas tidak ingin kehilangan ibunya juga.
"Ibu cuma jalan-jalan aja kok," jawab Bu Ismiyati terpaksa berbohong agar tidak membuat Dimas khawatir. Bu Ismiyati juga tidak bertanya mengenai dinas Tiara. Wanita paruh baya itu tidak membahas mengenai kebohongan Dimas yang mengatakan kalau Tiara pergi berdinas ke luar kota.
"Jangan pergi jauh-jauh ya, Bu! Nanti kalau Ibu bingung terus nggak tahu jalan pulang gimana?"
"Kamu tenang aja. Ibu juga bukan anak kecil lagi. Ibu nggak pergi jauh."
****
Hari berikutnya, Bu Ismiyati kembali datang ke pabrik Tiara bekerja. Setelah yakin jika Tiara tidak pergi berdinas, Bu Ismiyati berharap ia bisa berjumpa dengan Tiara di pabrik tersebut. Bu Ismiyati tidak tahu lagi ke mana harus mencari Tiara. Hanya tempat kerja Tiaralah satu-satunya harapan yang bisa diandalkan Bu Ismiyati.
"Pak, hari ini lihat Tiara masuk nggak, ya?" tanya Bu Ismiyati pada satpam yang sempat ia temui sebelumnya.
"Bu Tiara, ya? Mohon maaf, Bu. Saya belum lihat hari ini," ujar satpam tersebut.
"Yang penting Tiara nggak pergi dinas. Berarti Tiara nggak pergi ke mana-mana, kan?" gumam Bu Ismiyati.
Wanita itu mulai berkeliling dan bertanya-tanya pada beberapa pegawai yang sempat ia temui. Setelah bertanya pada puluhan orang, Bu Ismiyati hampir saja menyerah, karena tidak ada satu pun dari mereka yang mengenal Tiara dan tahu mengenai keberadaan Tiara.
"Mbak, kenal yang namanya Tiara nggak? Ini orangnya," ujar Bu Ismiyati untuk kesekian kalinya saat dia tengah menghampiri seorang karyawan yang berpapasan dengannya.
"Oh Bu Tiara, ya? Kebetulan hari ini nggak masuk, Bu," ungkap pegawai tersebut.
"Nggak masuk? Kenapa? Mbak tahu tempat tinggalnya Tiara nggak?"
"Soal itu saya kurang tahu, Bu." Pegawai itu pun tiba-tiba melirik karyawan lain yang tak sengaja lewat. Sepertinya ia sedang mencoba mencari seseorang yang bisa membantu Bu Ismiyati.
"Ibu lihat mbak-mbak yang di sana nggak? Itu temennya Bu Tiara. Ibu bisa nanya sama dia," ujar pegawai tersebut sembari menunjuk ke arah gadis yang tidak lain ternyata adalah Lesti.
Tanpa pikir panjang, Bu Ismiyati pun bergegas menghampiri Lesti dan mencegah gadis itu dengan banyak pertanyaan tentang Tiara. Awalnya Lesti agak terkejut sebab ia didatangi oleh Bu Ismiyati. Tapi setelah mendengar cerita dari ibu mertua Tiara itu, Lesti pun akhirnya memutuskan untuk membawa Bu Ismiyati menuju ke kosannya, di mana tempat Tiara tinggal.
"Gimana, Mbak Lesti? Bisa minta tolong temuin saya sama Tiara? Mbak Lesti deket sama Tiara, kan? Saya beneran butuh ketemu sama Tiara," bujuk Bu Ismiyati dengan wajah memelas hingga membuat Lesti pun luluh karena merasa iba.
"Kalau begitu, Ibu bisa ikut saya. Saya bisa bawa Ibu ke tempat Mbak Tiara tinggal," sahut Lesti kemudian membawa Bu Ismiyati pulang ke kosannya.
"Bener, Mbak? Mbak tahu di mana Tiara tinggal?"
"Betul, Bu. Mari saya antar!"
Sesampainya di kosan, ternyata Tiara tidak ada di sana. Beberapa hari terakhir, Tiara nampak sibuk berkeliling kota Tangerang untuk menghibur diri. Tiara tidak berangkat kerja, dan memanfaatkan waktu untuk menyenangkan diri serta menghilangkan stres.
"Benar Tiara tinggal di sini?" tanya Bu Ismiyati mencoba memastikan kembali.
"Benar, Bu. Tapi Mbak Tiara belum pulang. Gimana, Bu? Apa Ibu balik besok aja?"
"Nggak apa-apa. Saya akan menunggu di sini. Saya akan tunggu sampai Tiara pulang!" tegas Bu Ismiyati kemudian.
****
ibu selalu ingin yang terbaik buat anaknya.. ibu berusaha mendidik menantu nya buat bisa memberikan yang terbaik juga buat anaknya.. meskipun terbaik nya itu versi dirinya..
dan ibu juga rela merendahkan ego nya demi kebahagiaan anaknya..
ibuu oh ibuu... ibu kandung ataupun ibu mertua,, itu sama...
dicerita ini tuh sebenarnya salah semua.. tapi yaa juga bener semua..
terlalu syuliiitt..
nyalahin Dimas, salah.. nyalahin bu Ismiyati, salah juga.. biar bagaimanapun mertua juga termasuk orang tua kita.. nyalahin Tiara, salah juga.. yaah namanya manusia pasti ada titik lelah dan ingin dimengerti nya..
nyalahin author aja apa yak???
kamu skrg bisa ngomong gitu, nanti suatu saat kalau kamu punya anak laki, dan istrinya juga nyuruh memilih antara kamu atau istrinya, gimana hayo??
Yaa walaupun Adam nggak salah juga mau bantu istrinya.. bagus malah .. istri jd lebih merasa diperhatikan dan di mengerti..
udah siih buk,, udah nurut loh mantu nya itu.. udah nyuci baju sendiri nggak laundry. udah mask sendiri nggak beli. keasinan atau hambar dikit nggak papa kali ah.. nggak bikin ibu meninggoy mendadak juga kok.. yaa sambil minum aja bu kalau keasinan.. atau nyuap nya nasi nya dibanyakin, sayur nya dikit aja biar nggak kerasa asin nya
dari sabang sampai Merauke kayaknya permasalahan nya ini terus deh..
yaaahh gimana ya,, sbg seorang ibu yg melahirkan dan menjaga anak laki² nya dari bayi sampai dewasa, mencurahkan segenap cinta & usaha terbaik nya, wajar siih kalau ibu² agak kesel ngelihat anak nya nggak diperlakukan semaksimal dia memperlakukan anaknya.. kita juga pasti nanti gitu,, sama anak kita, kita usahakan yg terbaik, dan kita juga nggak mau kalau anak kita dapat pasangan yg apa² beli, apa² laundry. kasian pasti ngelihat anak kita, capek² kerja, tp istri keluar duit terus.. tapi yaa,, terkadang mertua juga ngomong nya kelewatan. terlalu kasar mungkin..
sama-sama introspeksi diri ajasiih kayaknya baiknya..
yg penting suami ttp syg sama kita
cerita ini bisa jadi pelajari buat readers, intinya komunikasi antara suami istri juga mertua itu penting untuk menghindari salah paham berujung kehancuran rumah tangga
Dimas tegas sedikit sama ibumu tanpa harus menjadi anak durhaka, tp klo ibumu tetap keras kepala gitu ya siap-siap aja untuk kehilangan istrimu
sabar, cari jalan keluar yg terbaik, minta bantuan ustadz atau siapa yg bisa bantu menyelesaikan masalah kalian
Bu Ismi mah komennya hanya apa yg terlihat oleh matanya aja, gak tau kan... klo dirumahnya gimana... ini Bu Ismi su'udzon bilang suami pulang kerja gak disambut pake teh hangat segala, padahal kan td si Adam bilang klo belanja skalian pulang kerja karena searah sm jalan pulang
klo gak kerja, gampang aja bilang bisa ngerjain semua kerjaan domestik seperti masak nyuci sampai beres-beres rumah karena seharian gak keluar rumah buat nyari cuan, ini posisi istri kerja, pulangnya aja lebih dulu suaminya, gimana mau ngerjain semuanya...
punya mulut jangan asal jeplak ya Bu...
jadi gemes emosi sendiri gue😖😖😖