NovelToon NovelToon
Godaan Pelakor

Godaan Pelakor

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Pelakor / Pelakor jahat / Poligami / Penyesalan Suami / Selingkuh
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Bollyn

Aini adalah seorang istri setia yang harus menerima kenyataan pahit: suaminya, Varo, berselingkuh dengan adik kandungnya sendiri, Cilla. Puncaknya, Aini memergoki Varo dan Cilla sedang menjalin hubungan terlarang di dalam rumahnya.

Rasa sakit Aini semakin dalam ketika ia menyadari bahwa perselingkuhan ini ternyata diketahui dan direstui oleh ibunya, Ibu Dewi.

Dikhianati oleh tiga orang terdekatnya sekaligus, Aini menolak hancur. Ia bertekad bangkit dan menyusun rencana balas dendam untuk menghancurkan mereka yang telah menghancurkan hidupnya.

Saksikan bagaimana Aini membalaskan dendamnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bollyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27: Sarapan Mewah dan Dapur yang Dingin

Jam dinding di ruang tengah berdentang pelan menunjukkan pukul 07.00 pagi. Cahaya matahari Jakarta yang mulai terik menyelinap masuk melalui celah-celah gorden, menandakan hari baru yang penuh polusi dan kebisingan telah dimulai. Namun bagi Aini, pagi ini terasa sangat berbeda dari ribuan pagi sebelumnya. Ini adalah pagi pertama di mana ia benar-benar merasa merdeka, melepaskan diri dari status tak kasat mata sebagai pembantu rumah tangga tanpa gaji bagi suami yang berkhianat dan mertua yang tak tahu diuntung.

Kringgg! Kringgg!

Aini segera mematikan alarm ponselnya sebelum dering itu sempat mengganggu keheningan kamarnya. Ia bangkit dari tempat tidur dengan perasaan yang jauh lebih ringan, seolah beban berton-ton yang selama ini menghimpit pundaknya menguap begitu saja. Tidak ada lagi ketergesaan untuk menyiapkan kemeja kerja Varo yang harus licin sempurna, tidak ada lagi beban untuk menyeduh kopi pahit dengan takaran gula yang pas untuk Ibu Sarah, dan tidak ada lagi kewajiban untuk memikirkan menu sarapan keluarga besar yang sering menumpang makan gratis.

Aini melangkah menuju kamar mandi, mencuci mukanya dengan air dingin yang segar, lalu menguncir rambutnya dengan ikatan yang kuat simbol ketegasan barunya, setelah itu dia mengambil hijab sederhananya dan langsung memakainya.

Ia melangkah ke dapur dengan langkah santai, hampir seperti sedang menari. Aini membuka kulkas dan mengeluarkan bahan-bahan makanan premium yang sengaja ia beli kemarin menggunakan uang tabungan pribadinya. Uang itu adalah hasil jerih payahnya dari hasil usahanya rumah makannya Yang selalu sepi namun itu dulu tetapi 2 bulan terakhir ini mau makan ini mengalami kemajuan yang besar.

Pagi ini, Aini memutuskan untuk merayakan kebebasannya dengan memanjakan lidahnya sendiri. Ia mulai meracik Sop Daging Sapi spesial. Potongan daging sapi kualitas atas itu direbus perlahan dengan bumbu rempah yang kaya kapulaga, cengkeh, dan kayu manis menciptakan aroma kaldu yang sangat gurih dan menggoda. Irisan wortel yang segar, kentang yang lembut, serta taburan bawang goreng yang melimpah mulai memenuhi seluruh sudut ruangan dengan aroma yang menggugah selera.

Rasanya sudah sangat lama ia tidak menikmati hidangan semewah ini tanpa harus merasa bersalah atau harus membagi porsinya dengan orang-orang yang selama ini hanya menganggapnya sebagai pelayan. Dulu, saat masih menjadi istri penurut, Aini selalu memasak menu seadanya seperti tempe orek atau telur dadar demi menghemat uang bulanan, karena uang itu seringkali habis untuk menjamu Ibu Sarah dan Pak Wijaya yang hobi datang membawa perut kosong ke rumahnya setiap hari.

"Alhamdulillah, matang juga," gumam Aini sambil mencicipi kuah sopnya dengan sendok kecil.

"Sempurna. Gurihnya pas, dagingnya pun sangat empuk. Ternyata memasak untuk diri sendiri itu rasanya berkali-kali lipat lebih memuaskan daripada memasak untuk orang-orang yang tidak pernah mengucap terima kasih."

Aini membawa mangkuk besar berisi sop itu ke meja makan. Jam menunjukkan pukul 07.45. Ia segera mengambil piring, menyendok nasi hangat yang masih mengepul, dan menyiramnya dengan kuah sop yang harum. Aini makan dengan sangat lahap, seolah ia sedang mengumpulkan energi untuk perang besar yang akan terjadi sebentar lagi. Bahkan, saking nikmatnya, ia menambah porsi nasinya untuk kedua kalinya.

"Wah, kenapa nafsu makanku jadi meledak begini ya? Apa karena pemandangan di depanku bukan lagi wajah Varo yang penuh dusta dan janji palsu? Hahaha," Aini terkekeh sendiri dalam keheningan dapur yang terasa begitu damai tanpa ocehan mertua.

Eaaakkk... Aini bersendawa kecil, merasa sangat kenyang dan puas. Setelah selesai, ia langsung mencuci piringnya sendiri hingga kinclong dan membersihkan meja makan hingga tidak ada satu pun tetesan kuah yang tersisa. Sisa sop daging yang masih cukup banyak sengaja ia masukkan ke dalam wadah kedap udara dan ia sembunyikan di bagian paling belakang rak kulkas, tertutup oleh tumpukan bungkusan sayuran mentah agar tidak terlihat oleh mata-mata lapar di rumah itu.

Pukul 08.30 Pagi...

Aini baru saja ingin bersantai di kamarnya sambil membaca ulang draf berkas perceraian yang dikirimkan pengacaranya lewat pesan digital, ketika suara gaduh yang sangat familiar mulai terdengar dari luar.

BRAKK! BRAKK! BRAKK!

"AINI! BANGUN! INI SUDAH JAM BERAPA?! KENAPA BELUM ADA MAKANAN DI MEJA?! KAMU MAU MEMBUNUH SAYA KELAPARAN YA?!" teriak Ibu Sarah dengan suara melengking sambil menggedor pintu kamar Aini dengan brutal, seolah-olah ada kebakaran.

Aini menarik napas panjang, mencoba mengontrol emosinya agar tidak meledak di waktu yang salah.

"Baru saja mau menarik napas tenang sebentar, para penghuni neraka ini sudah mulai berulah lagi," gerutunya pelan. Ia bangkit dengan tenang dan berjalan perlahan menuju pintu.

Begitu Aini memutar kunci dan menarik daun pintunya dengan gerakan cepat...

KEDUBRAKK!

Ibu Sarah yang rupanya sedang menyandarkan seluruh berat badannya pada pintu agar bisa menggedor lebih kuat, langsung kehilangan tumpuan. Tubuhnya terhuyung ke depan dan mendarat dengan posisi tengkurap tepat di atas lantai kamar Aini yang keras.

"Astaga, Ibu! Kok pagi-pagi sudah tiduran di lantai kamar saya sih? Lagi mau latihan akrobat atau mau cari koin yang hilang di bawah kolong tempat tidur?" ucap Aini spontan dengan nada datar, menahan tawa melihat posisi mertuanya yang mengenaskan dengan daster yang tersingkap tak beraturan.

"Siapa yang tiduran, Aini! Kurang ajar kamu ya! Kamu sengaja kan mau celakain saya?! Kenapa kamu buka pintu tiba-tiba tanpa kasih aba-aba?!" omel Ibu Sarah sambil meringis kesakitan, memegangi pinggangnya yang terasa seperti bergeser.

"Lho, kan Ibu sendiri yang teriak-teriak kayak orang kesurupan minta pintunya dibuka. Saya cuma menuruti permintaan Ibu karena merasa terganggu dengan suaranya yang cempreng itu. Mana ada saya niat celakain Ibu," jawab Aini tanpa ekspresi, seolah-olah bicara dengan dinding.

"Halah! Kamu sengaja kan mau balas dendam sama saya karena kejadian memalukan di desa kemarin?! Kamu mau menunjukkan kalau sekarang kamu yang berkuasa di sini?!" tuduh Ibu Sarah lagi sambil berjuang untuk bangkit berdiri dengan susah payah.

Aini menyeringai tipis, matanya menatap tajam dan dingin tepat ke manik mata Ibu Sarah. "Kalau saya mau balas dendam, Bu, caranya bukan dengan main fisik yang receh dan murahan begini. Balas dendam saya itu akan jauh lebih elegan, terstruktur, dan bakal bikin batin Ibu tersiksa perlahan-lahan sampai Ibu menyesal pernah mengenal saya. Sudah, ayo berdiri, jangan manja. Malu sama umur kalau harus drama di lantai."

Aini membantu Ibu Sarah berdiri hanya dengan memegang ujung sikunya, seolah jijik menyentuh lebih banyak.

"Lagian Ibu kenapa sih pagi-pagi sudah teriak-teriak kayak toa masjid? Apa nggak takut itu tenggorokan pecah atau kena stroke ringan?"

"Kamu... kamu nyumpahin saya sakit?! Kamu benar-benar menantu durhaka, Aini!" sahut Ibu Sarah cepat, wajahnya memerah padam karena amarah yang memuncak.

"Huft, sabar Aini... jangan sampai energi pagimu yang positif terbuang sia-sia hanya untuk meladeni orang seperti ini," gumam Aini pelan pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba Varo muncul dari kamar Cilla dengan wajah bantal, mata merah, dan rambut yang acak-acakan. Di belakangnya, Cilla mengekor sambil bergelayut manja di lengannya, wajahnya dibuat-buat seolah lemas tak berdaya.

"Ada apa lagi sih, Bu? Pagi-pagi kok suaranya sampai ke depan, tetangga bisa dengar!" tanya Varo dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Ini nih, istrimu yang satu ini! Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya! Masa jam segini belum ada sarapan satu pun di meja? Perut Ibu sudah perih, Bapakmu juga sudah nunggu kopi dari tadi sampai ketiduran lagi!" adu Ibu Sarah sambil menunjuk-nunjuk Aini.

"Aini, kamu kenapa nggak masak pagi ini? Kamu kan tahu Mas harus berangkat ke kantor pagi-pagi, Mas butuh energi buat kerja, butuh konsentrasi!" tanya Varo dengan wajah yang tampak sangat bingung dan sedikit menuntut.

Aini melipat tangan di dadanya, menatap Varo dengan tatapan yang sangat meremehkan, seolah Varo adalah debu yang menempel di sepatunya.

"Ya mana saya tahu kamu lapar atau haus, Mas. Itu bukan urusan saya lagi. Lagi pula, bukannya kamu sudah punya istri baru yang katanya 'lebih muda, lebih cantik, dan lebih energik'? Harusnya dia dong yang bangun lebih pagi, masuk ke dapur, dan urus segala keperluan kamu dan ibumu itu. Tugas saya melayani kalian sudah resmi berakhir sejak kamu membawa perempuan pelakor ini masuk ke dalam rumah saya."

Aini menunjuk Cilla dengan dagunya secara kasar. Cilla langsung merengut manja, menyembunyikan wajahnya di bahu Varo.

"Lho, kok Mbak Aini bicara kasar begitu? Aku kan lagi pusing banget, Mbak. Kepalaku masih berdenyut sakit gara-gara trauma kejadian pengusiran di desa kemarin! Mbak nggak punya perasaan ya?"

"Makanya, kalau mental kamu masih mental kerupuk dan nggak siap jadi istri yang bisa diandalkan, jangan kegatelan mau nikah sama suami orang. Jadi istri itu bukan cuma modal dandan menor, hamil, dan akting pingsan tiap kali terpojok, tapi harus tahu cara pegang spatula dan urus rumah tangga," semprot Aini telak, membuat Cilla ternganga tak percaya.

Wajah Cilla merah padam karena malu dan marah yang bercampur.

"Aku bukan kegatelan ya, Mbak! Tapi kami ini saling cinta—"

"Cinta? Atau karena kamu sudah terlanjur hamil duluan sebelum ada ikatan sah? Makanya buru-buru minta dinikahi supaya ada yang menanggung malu?" potong Aini cepat, membuat Cilla seketika terdiam seribu bahasa dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"AINI! Cukup! Jaga bicaramu! Jangan keterlaluan menghina Cilla!" bentak Varo, mencoba menunjukkan otoritasnya sebagai suami.

"APA?! Kamu mau bilang saya keterlaluan?!" Aini membalas dengan teriakan yang jauh lebih tegas dan nyaring, tanpa ada sedikit pun rasa takut yang tersisa di matanya.

"Kamu nggak terima kenyataan? Ingat ya Varo, Ibu Sarah, dan kamu pelakor kecil... Sebentar lagi kita akan resmi berpisah secara hukum. Jadi jangan pernah lagi berani suruh-suruh saya untuk melayani kalian. Suruh saja dia, bukankah dia pilihan terbaik kalian berdua untuk menggantikan saya? Jadi biarkan dia yang melayani semua nafsu makan dan ego kalian di rumah ini!"

Aini menatap mereka bertiga dengan rasa muak yang sudah sampai ke ubun-ubun.

"Sudah, sana pergi dari hadapan saya. Jangan hancurkan pagi saya yang sudah sangat damai ini dengan wajah-wajah penuh dosa kalian."

Aini mengibaskan tangannya seolah sedang mengusir lalat-lalat pengganggu, lalu

BRAKK! Ia membanting pintu kamarnya dengan sangat kencang, nyaris saja mengenai ujung hidung Ibu Sarah yang masih berdiri di depan pintu.

"Dasar perempuan kurang ajar! Varo, kamu lihat itu?! Dia sudah benar-benar berani melawan sekarang! Kamu harus kasih dia pelajaran keras, atau dia akan semakin menginjak-injak harga diri kita!" geram Ibu Sarah sambil memukul-mukul lengan Varo karena frustrasi.

"Iya Mas, Mbak Aini jahat banget. Masa kita dibiarkan kelaparan begini di rumah sendiri. Perutku benar-benar mual karena belum masuk makanan," timpal Cilla, terus memanas-manasi keadaan.

Varo hanya bisa membuang napas kasar berkali-kali. Kepalanya terasa ingin pecah karena pening yang luar biasa.

"Sudahlah! Pusing Varo dengar kalian berdua mengoceh terus tanpa henti! Bukannya cari solusi malah ribut!"

"Mas... aku lapar sekali, kasihan anak kita kalau ibunya lemas," rengek Cilla sambil terus mengelus perutnya yang sebenarnya belum terlihat membuncit itu.

"Sama! Ibu juga lapar, perut Ibu sudah bunyi terus dari tadi!"

Varo akhirnya menatap Cilla dengan tatapan menuntut yang dingin.

A"Ya sudah, kalau lapar dan mual, kamu masuk ke dapur sekarang juga, Cil. Masak apa saja yang ada. Mas mau mandi dulu sebentar."

"Hah? Aku yang masak sendiri, Mas? Tapi kan aku nggak tahu letak bumbu-bumbunya di mana, apalagi Mbak Aini kayaknya sembunyiin semuanya..." Cilla terbata-bata, ia sebenarnya sama sekali tidak bisa memasak bahkan untuk sekadar menggoreng telur yang rapi.

"Tunggu apa lagi, Cilla?! Jangan manja! Sana ke dapur! Buka kulkas, lihat bahan apa yang bisa diolah! Ibu dan Bapak sudah sangat lapar ini, jangan bikin Ibu pingsan beneran karena lapar!" perintah Ibu Sarah dengan nada mutlak yang tidak bisa dibantah.

Cilla melangkah menuju dapur dengan wajah yang sangat terpaksa dan hati yang penuh dengan kedongkolan. Sementara itu, Varo terpaksa harus mandi di kamar mandi kecil dekat dapur karena akses ke kamar mandi utama di kamar Aini sudah tertutup rapat dan dikunci dari dalam. Varo baru menyadari bahwa hidup dalam satu atap dengan dua istri di mana yang satu telah berubah menjadi singa yang mematikan dan yang satunya lagi ternyata hanyalah benalu yang tidak bisa apa-apa—adalah awal dari neraka dunia yang sesungguhnya.

sedangkan Aini di dalam kamar menggerutu

"Enak saja kalian suruh aku seperti biasanya. Untuk kali ini kalian masih bisa tinggal di rumah ini tunggu saja sebentar lagi akan aku usir kalian semua, aku sengaja belum usir kalian karena aku ingin melihat bagaimana istri muda kamu itu Mas mengurus suaminya dan mertuanya itu"

BERSAMBUNG...

...****************...

1
rian Away
MAMPUS JALANG
Dede Azwa
kejutan Mulu thorrr..bosen denger ny,,,harus ny langsung ke inti ny....bikin darting liat ny😡
Dede Azwa: iya kak othor sama"🤭semoga kedepannya lebih gacorrr lagi...bagus ceritanya pemeran utama ny gak menye" pertahan kan KK..sukses selalu kak othorr buat novel ny👍💪🥰
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!