Dia pikir suaminya sudah tewas dalam sebuah kecelakaan tiga tahun lalu.
Tetapi, siapa sangka jika suami yang sangat dicintainya itu kembali setelah sekian lama menghilang. Namun, bukannya bahagia Maysha malah harus dihadapkan dengan kenyataan pahit. Arlan kembali dalam keadaan tak mengingat dirinya. Lebih parahnya lagi, dia membawa seorang istri yang tengah berbadan dua.
Maysha pun harus rela membagi suaminya dengan wanita lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Janji Yang Terlupa
Kesunyian menyambut Arlan saat memasuki rumah. Di sana hanya terlihat Bik Wiwin yang tampak sedang mematikan beberapa lampu utama. Sepertinya para penghuni yang lain sudah berada di kamar masing-masing.
"Istri saya di mana, Bik?"
Sontak saja Bik Wiwin terlonjak mendengar suara yang tiba-tiba terdengar memecah kesunyian. "Eh, Den Arlan sudah pulang? Em ... Non Laura ada di kamarnya dari tadi, Den. Mungkin sudah tidur."
"Maksud saya Maysha."
Bik Wiwin dapat merasakan nada Arlan yang sangat dingin. Tidak seramah biasanya. Tetapi, ia pun tak berani bertanya. "Non Maysha juga di kamarnya, Den."
"Ya sudah, saya mau ke atas dulu." Bik Wiwin hanya mengangguk sopan. Menatap punggung sang majikan yang perlahan menjejaki tangga.
Begitu tiba di lantai atas, Arlan menengok ke kamar Maysha. Kemudian perlahan mendekat berdiri tepat di ambang pintu. Bayangan-bayangan kebersamaan Maysha dengan Rio kembali bermunculan dalam ingatan.
Rasa tak nyaman yang membuatnya sesak itu mendorongnya untuk menerobos masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu. Maysha sedang duduk bersandar di tempat tidur dengan ponsel di tangan. Seketika Arlan terpaku di tempat, Maysha yang biasanya terbalut pakaian tertutup dan hijab kini hanya menggunakan pakaian tidur berbahan satin. Memamerkan bentuk tubuh sempurnanya yang terbalut kulit putih bersih. Rambutnya panjang, hitam dan berkilau. Kulit wajahnya bersih nan bercahaya, membuatnya tampak jauh lebih muda dibanding biasanya.
Maysha yang terkejut dengan kedatangan suaminya secara tiba-tiba langsung bangkit dan meletakkan ponsel ke atas meja.
“Mas ...,” panggilnya heran. Sebab tidak biasanya Arlan masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu.
“Teleponan sama siapa?”
Maysha tak segera menjawab setelah menyadari nada suaminya yang terkesan dingin seperti menahan amarah. Tangannya terkepal, rahangnya mengetat, dan tatapannya tajam menghujam.
"Dokter Rio?" tebak Arlan dengan nada sangat dingin. Maysha sudah merasakan ada sesuatu yang aneh.
"Iya. Dia habis menanyakan sesuatu."
"Oh ...." Arlan kembali meraih gagang pintu. Tadinya Maysha pikir lelaki itu akan keluar dari kamar. Ternyata tidak, karena ia tiba-tiba menutup pintu dan mengunci dari dalam. "Sudah selesai urusan sama Dokter Rio?"
Lagi, Maysha terdiam. Kalimat Arlan terdengar begitu sinis di telinga. Ada nada tak suka dari sana.
Maysha langsung memasang sikap waspada saat Arlan melangkah mendekat. Dengan gerakan tak terduga ia mencengkram kedua lengan wanita itu kuat-kuat. Menariknya maju dan melesakkan tubuh ramping itu ke dada bidangnya.
Maysha bereaksi cepat. Kedua tangannya berusaha mendorong dada Arlan. Namun, sia-sia sebab Arlan mengunci tubuhnya begitu ketat.
“Mas, ada apa dengan ....” Ucapan Maysha terpotong di udara. Jantungnya berdegup sangat cepat. Seluruh tubuhnya gemetar. Arlan membungkamnya dengan ciuman. Maysha bahkan dapat merasakan betapa liar Arlan melahap bibirnya.
Tersadar, kedua tangan Maysha kembali mendorong dada bidang laki-laki itu. Tetapi tak sedikit pun Arlan bergeser. Ia malah menahan pinggang Maysha dan semakin memperdalam penyatuan kedua bibir mereka.
"Tadi dari mana dengan Mario sampai pulang malam?" tanya Arlan sesaat setelah melepas tautannya.
Maysha kembali membeku mendengar pertanyaan itu. Tatapan menghujam Arlan membuat tubuhnya meremang.
"Aku habis ke ...."
Belum tuntas Maysha menjawab, Arlan sudah menghempasnya ke tempat tidur. Lantas membuka kancing kemeja yang membalut tubuhnya dan melemparnya asal.
Maysha yang masih dalam keadaan bingung mencoba menggeser posisi. Namun tiba-tiba saja Arlan menarik kakinya dan merangkak di atas tubuhnya. Usahanya memberontak sama sekali tak membuahkan hasil, sebab tenaganya kalah jauh dari Arlan.
“Mas, lepaskan aku! Ada ada apa dengan kamu?” jerit Maysha. Bukannya melepas, Arlan malah semakin buas. Maysha hanya dapat meronta-ronta di bawah kendali laki-laki itu. Dalam hitungan detik bola matanya sudah melelehkan cairan bening.
Tanpa mengindahkan penolakan dan perlawanan Maysha, Arlan menarik pakaian wanita itu hingga beberapa kancing terburai. Bibirnya yang basah menjelajahi lekukan leher. Sebelah tangannya bahkan sudah bermain di dua gundukan milik Maysha.
“Jangan, Mas!” Maysha hanya dapat mendesis menahan sensasi aneh yang ditimbulkan dari setiap sentuhan Arlan pada tubuhnya. Kedua tangannya refleks menjambak rambut demi menjauhkan kepala Arlan dari lekukan lehernya. Tetapi sepertinya sudah kepalan tanggung bagi Arlan. Ia semakin tak terkendali.
"Aku tidak suka kamu dekat dengan laki-laki lain. Paham?" desis Arlan. Kembali membungkam Maysha dengan bibirnya. Ketika ia hendak bergerak ke bawah, isak tangis Maysha perlahan menyapu telinga. Juga dengan tubuh wanita itu yang gemetar dan dapat ia rasakan dengan jelas.
"Tolong jangan, Mas!" lirih Maysha, berusaha menjauhkan Arlan dengan sisa tenaga. Meskipun sadar sepenuhnya bahwa Arlan. memiliki hak sebagai suami, tetapi bagi Maysha bukan dengan paksaan seperti sekarang. Bahkan mereka belum pernah melakukan sebelumnya.
Arlan terdiam menatap wanita di bawah kuasanya. Rintihan dan air mata yang mengalir dari sepasang bola mata Maysha membuat hatinya bagai disayat.
"Argh!" Arlan mendesis. Detik itu juga ia merasakan denyutan hebat di kepala. Kepingan-kepingan masa lalu mulai menghantam pikirannya bertubi-tubi.
“Saya terima nikah dan kawinnya Maysha Alifa Hadikusuma binti Allan Hadikusuma dengan mahar uang tunai sebesar 99 ribu riyal dan cincin berlian 3 karat tunai karena Allah.”
Lelaki itu memejamkan mata. Semakin lama denyutan di kepala semakin menyiksa. Potongan suara yang begitu lantang mengucap sebuah janji terus berdengung di telinga.
“Pada hari ini setelah akad nikah, saya Arlan Alviano berjanji dengan sesungguh hati bahwa saya akan mempergauli istri saya yang bernama Maysha Alifa Hadikusuma dengan sebaik-sebaiknya sesuai ajaran Islam.”
...****...
...***...