🏆 Novel Lomba Anak Genius 2023 🏆
Kisah seorang anak genius bernama Aaron Lee yang piatu sejak bayinya.
Dia dibesarkan dalam keluarga kaya yang memiliki tambang minyak, ayahnya yang bernama Lee Ryder adalah pria tertampan yang termasuk dari sembilan pria terkaya didunia.
Aaron Lee besar bersama seorang pengasuh yang masih muda bernama Margot Evans, gadis yatim-piatu yang diambil oleh keluarga Lee Ryder dari panti asuhan saat dia masih anak-anak.
Margot Evans menjadi bagian keluarga Lee Ryder yang diberi tugas kepercayaan untuk menemani Aaron Lee.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Margot Evans terkesiap dingin saat dia mengetahui berada dalam pelukan Lee Ryder sepanjang malam.
Pagi itu dia terbangun dan mendapati dirinya telah tidur bersama pria itu.
''Apa tubuhku sangat nyaman ?'', bisik Lee Ryder.
Lee Ryder memandang Margot Evans seraya menyandarkan kepalanya pada lengannya.
Margot tersentak kaget seraya menjauhkan dirinya dari pelukan Lee Ryder.
''A--apa maksud ucapanmu yang bodoh itu ?'', jawab Margot.
Margot Evans menarik selimutnya supaya menutupi tubuhnya yang polos tanpa sehelai kainpun.
''Bodoh ?'', ucap Lee Ryder.
Lee Ryder menatap Margot malas tetapi dia tersenyum tipis.
''Aku tidak pernah melihat wanita secantik dirimu'', kata Lee Ryder.
Saat memandangi Margot yang duduk menjauh darinya.
''Aku telah bertemu wanita-wanita cantik di dunia ini tapi baru pertama kalinya aku melihat wajah semenarik dirimu'', ucap Lee Ryder.
Pria tampan itu hanya menyandarkan dirinya pada bantal sembari terus menatap Margot Evans yang tidak menyadari kepolosannya.
Margot hanya terdiam tanpa menjawab ucapan Lee Ryder seraya tetap memegangi selimut.
''Bukan salahku jika aku tidak dapat menahan seluruh emosiku saat melihatmu'', ucap Lee Ryder.
Lee Ryder beringsut pelan mendekat ke arah Margot Evans yang duduk memandanginya tanpa ekspresi.
Mendekatkan wajahnya yang tampan ke arah wajah Margot yang membisu.
''Dan jangan membuatku selalu tergoda pada kecantikanmu ini'', bisik Lee Ryder.
Lee Ryder mengusap pelan bibir Margot yang merekah indah.
''Tidak mudah bagiku untuk terus bertahan tanpa berbuat apa-apa padamu, dan alihkanlah perhatianku ini terus kepadamu'', ucap Lee Ryder.
Lee Ryder menarik turun selimut yang menutupi tubuh Margot sedangkan gadis itu tidak menyadarinya sepenuhnya.
''Jangan coba membuat suatu alasan tertentu untuk menolak ketulusanku ini, cantik !'', bisik Lee Ryder.
Pandangan Lee Ryder terus jatuh pada selimut yang mulai terbuka perlahan dari badan Margot Evans.
Hampir terlepas selimut yang menutupi tubuh Margot Evans.
Lee Ryder menelan ludahnya seraya memandangi terus tubuh gadis cantik itu.
''Cantik...'', bisik Lee Ryder seraya tersenyum.
Margot mengerjapkan kedua matanya yang indah tanpa dia sadari sebagian tubuhnya terlihat secara keseluruhan oleh Lee Ryder.
''Pagi ini, kau telah berusaha menawanku dengan penampilanmu yang seksi bahkan nyaliku sebagai seorang pria dewasa bisa lenyap saat godaan ini datang'', kata Lee Ryder.
Margot yang masih termenung tidak menyadari jika selimut yang menutupi tubuhnya telah terlepas.
''Aku suka kau yang seperti ini... Cantik...'', bisik Lee Ryder.
Lee Ryder mengecup bahu Margot sambil menangkupkan salah satu tangannya ke arah dada Margot yang membusung polos.
''Ahk !'', pekik Margot.
Gadis cantik itu terperanjat saat Lee Ryder memainkan salah satu bukit indahnya.
''Lee Ryder !!!'', teriaknya seraya melompat dari atas ranjang.
Lee Ryder hanya tertawa pelan ketika melihat ekspresi wajah Margot Evans yang kaget.
''Siapa suruh kamu cantik !?'', ucap Lee Ryder.
''Kau !?'', sahut Margot.
Gadis itu lalu berlari cepat ke dalam kamar mandi yang ada di kamar kemudian menutup pintu dengan kerasnya.
BRAK !
Terdengar suara air mengalir dari dalam kamar mandi.
Lee Ryder tertawa kecil seraya mengusap tengkuk lehernya yang terbuka.
Dia sengaja bertelanjang dada saat tidur hanya bermaksud menggoda Margot Evans agar selalu terpikat padanya.
''Cantik...'', gumam Lee Ryder.
Lee Ryder turun dari atas tempat tidur sambil berjalan menuju dinding kemudian menarik panel lampu yang menempel di dinding kamar.
KLEK...
Dinding dihadapan Lee Ryder langsung terbuka dengan sendirinya.
Dia masuk ke dalam ruangan yang ada dibalik dinding kemudian dinding kamar kembali tertutup seperti sediakala.
DRRRRRTTTT...
Lee Ryder bak ditelan bumi menghilang sekejap mata dari arah dinding kamar.
Suasana kembali sunyi di kamar tidur Margot Evans, hanya terdengar suara gemericik air mengalir deras dari dalam kamar mandi.
Cukup lama Margot Evans mandi, tak lama kemudian dia muncul dari dalam kamar mandi setelah usai mandi pagi itu.
Margot melangkah pelan ke arah ruangan kamarnya yang hening.
Tidak ada siapa-siapa di dalam kamar tidurnya dan dia tidak mendapati keberadaan Lee Ryder.
''Dia sudah pergi...'', gumam Margot Evans.
Margot mengedarkan pandangannya ke arah sekitar ruangan kamarnya tanpa bersuara.
Melangkah kecil menuju lemari untuk berganti pakaian.
Dikenakan seragam sekolahnya hari itu karena sebelum dia mengantar Aaron Lee ke sekolah, dia juga harus mempersiapkan keperluannya untuk sekolah.
Menyiapkan sarapan buat bocah lima tahun itu serta sarapan untuknya.
''Sebaiknya aku memasak yang mudah-mudah saja seperti telur mata sapi serta roti panggang saos mayones ditambah sosis mungkin cukup untuk sarapan'', ucap Margot.
Margot dengan cepat meraih tas sekolahnya kemudian keluar dari dalam kamarnya menuju ke dapur.
''Oh, iya ? Aku harus membangunkan Aaron Lee dan memandikannya !'', kata Margot.
Margot membalik badannya hendak melangkah dari arah dapur menuju lantai atas, tempat Aaron Lee berada.
''Tapi... Apa dia masih mogok masuk sekolah ?'', gumam Margot Evans.
Pada saat dia akan berjalan, dilihatnya Lee Ryder serta Aaron Lee telah melangkah ke arahnya.
Bocah kecil itu tampak rapi dengan pakaian rumah sedangkan Lee Ryder telah siap untuk pergi ke kantor.
''Kamu sudah bangun, sayang ?'', sapa Margot.
Margot berdiri menunggu ayah dan anak itu berjalan mendekatinya.
''Iya, Margot'', sahut Aaron Lee.
Bocah laki-laki itu menganggukkan kepalanya sedangkan salah satu tangannya menggandeng tangan Lee Ryder.
''Tetapi kenapa kamu tidak mengenakan seragam sekolahmu ?'', tanya Margot.
''Tidak ! Aku tidak akan pergi ke sekolah hari ini !", sahut Aaron Lee.
"Kenapa ? Bukankah aku dan ayahmu telah berjanji akan mengajakmu liburan tapi kenapa kamu tetap tidak mau sekolah", kata Margot Evans.
"Aku tidak akan pergi sekolah selama-lamanya !!!", pekik Aaron Lee.
"Ya Tuhan ! Bagaimana bisa kamu berkata seperti itu, sayang ?", kata Margot.
"Pokoknya aku tidak mau sekolah ! Titik !", sahut Aaron Lee.
"Aaron Lee !", kata Lee Ryder.
Aaron Lee langsung terdiam ketika ayahnya menegurnya atas sikapnya pada Margot Evans.
"Jangan bersikap tidak sopan pada Margot ! Dia bukan hanya pengasuh tapi dia adalah orang yang penting di rumah ini ! Kamu mengerti !", lanjut Lee Ryder.
Aaron Lee menundukkan pandangannya kemudian bergumam pelan.
"Iya, ayah..., maaf...", sahut Aaron Lee.
"Dia memutuskan untuk belajar di rumah tanpa harus pergi ke sekolah lagi mulai sekarang dan seterusnya", kata Lee Ryder.
"Kenapa !?", jawab Margot Evans terkejut.
"Mungkin dia sedang ingin berada lebih lama di rumah tapi nanti dia akan mengubah pikirannya itu setelah merasakan tidak enaknya belajar di rumah", lanjut Lee Ryder.
"Home schoolling !?", tanya Margot.
"Yah ! Sekolah dari rumah tetapi tetap mengikuti mata pelajaran sekolah pada umumnya", jawab Lee Ryder.
Lee Ryder menghela nafasnya pelan sambil memejamkan matanya.
"Apa kamu sudah meminta ijin pada pihak sekolah mengenai hal ini ? Dan kenapa kamu langsung memutuskannya sendiri secara sepihak ?", kata Margot heran.
"Lalu bagaimana lagi !? Aku tidak mungkin memukulnya dengan menakut-nakuti dia dan mengurungnya dalam ruang bawah tanah, bukan !?", sahut Lee Ryder.
Lee Ryder menyisir rambut peraknya dengan salah satu tangannya sedangkan satu tangannya masih menggandeng tangan mungil Aaron Lee.
"Ini bukan sekedar kesepakatan kami tetapi aku sengaja memberinya pilihan agar dia mampu mengambil sebuah keputusan yang terbaik bagi dirinya sendiri setelah menjalani home schoolling nanti", kata Lee Ryder.
"Tapi ini kedengarannya sangat aneh ? Tidak masuk akal karena dari mau sekolah tiba-tiba berubah sekolah di rumah ?", jawab Margot.
"Aku juga tidak mengerti isi kepalanya...", sahut Lee Ryder.
"Sebaiknya kita mulai menjalankan acara liburan untuknya setelah aku pulang sekolah nanti", kata Margot.
"Baiklah, jika itu keinginanmu maka aku akan mengatur jadwal kerjaku lebih cepat di kantor nanti", sahut Lee Ryder.
Margot Evans berdiri terdiam seraya menatap lurus ke arah Aaron Lee yang bediri disamping ayahnya.