Menjadi seorang pengasuh putra dari seorang single Daddy tidaklah mudah bagi Jalwa Karima yang menggantikan pekerjaan Ibunya yang sakit.Butuh usaha keras untuk membuat seorang Arkana putra Darmendra 5 tahun menyukainya.
Namun siapa sangka Jalwa tidak hanya bisa membuat Arkana sangat bergantung padanya tetapi diam - diam Sang Ayah pun mulai menyukai pengasuh sang anak.
Apakah akan ada persaingan antara ayah dan anak?Bagaimana Jalwa menghadapi keduanya?
yuk mampir ke karya ke 2 aku🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ani Sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arshaka dan Arkana uring uringan
2 hari setelah lamaran, semua kembali ke rutinitasnya masing - masing. Hari pernikahan pun telah di tentukan 2 Minggu lagi dan semua di atur oleh Ibu Annisa untuk resepsinya serta akad nikah akan diadakan di kediaman orangtua Jalwa.
Arshaka dan Arkana terlihat uring uringan saat kembali ke Jakarta karena Jalwa tidak ikut kembali bersama mereka.
Bu Annisa hanya menghela nafas berat melihat tingkah anak dan cucunya itu.
Dan suaminya hanya bisa pasrah karena istrinya lebih banyak mengomel ketika bersamanya.
"Arka sudah siap belum?" tanya Boni saat mereka bersiap untuk sekolah.
Arka tidak banyak bicara tapi dia sudah siap dengan seragamnya.
Diruang makan Arshaka dan Arkana menikmati sarapan mereka dalam diam.
"Kayak di kuburan" sindir Ibu Annisa.
Pak Raka menoleh pada istrinya " kok kuburan Mah?."
"biasanya Saling sindir ,saling berebut sekarang pada mingkem."
"Oma, Arka dari kemarin ngelamun terus" ucap Boni.
Ibu Annisa menatap Arkana "kamu kenapa Arka?" tanyanya.
Arkana meletakkan sendok dan menatap sendu pada neneknya "ga ada bunda Oma."
"cuma 2 Minggu kok sayang" bujuk Ibu Annisa.
"2 Minggu itu lama mah"bukan Arkana yang menjawab tetapi Arshaka.
Pak Raka yang sedari tadi diam langsung tertawa melihat anaknya yang sedang memelas " kamu tuh kayak Arka."
"sudah - sudah mendingan cepat berangkat ke kantor kamu" ucap ibu Annisa pada Arshaka.
Arshakapun dan mencium tangan kedua orang tuanya "aku berangkat, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam" jawab keduanya.
Anak - anak pun berangkat ke sekolah dengan diantar oleh kakek dan nenek mereka.
Di sekolah Arkana kembali tidak banyak bicara dan terkadang Boni harus memberi alasan pada teman dan juga guru mereka.
"Arka nanti aku bilangin loh sama bunda kalau kamu suka melotot kalau ngomong" ucap Boni.
"Boni, aku ga melotot tapi aku cool tau."jelas Arkana.
"cool cool es colcol apa?" tanya Boni tidak mengerti apa yang di maksud Arkana.
Arkana hanya bisa pasrah pada Boni yang masih polos.
Cantika yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan merekapun ikut menyela " maksud Arka tuh dingin Boni,ya kan Arka?."
"Ga usah ikut - ikutan" seru Arkana dengan ketus.
Cantika memajukkan bibirnya "jangan gitu sama aku, kita kan Besti."
"iya kita kan Besti" ulang Boni sambil tertawa karena wajah Arkana yang semakin kesal.
"kalian bikin aku pusing tau" gerutu Arkana.
Cantika dan Boni pun semakin bersemangat menggoda Arkana yang benar - benar di buat kesal.
Sedangkan di kantor Darmendra group, Arshaka yang sedang melihat berkas yang di depannya menjadi tidak konsentrasi akibat adanya tamu tak diundang yang sedang duduk di hadapannya.
"Aku tidak menyangka kalau kau ingin melepas status dudamu dengan menikahi pengasuh putramu" ucap Arfan.
"terima kasih atas pujiannya" kata Arshaka.
Arfan tertawa "apa kau tidak merasa jika pengasuh Arkana hanya menyukai uangmu?."
"uangku banyak jadi dia bisa menikmatinya" jawab Arshaka.
"belajarlah dari pengalaman Arsha, dulu mantan istrimu terlihat lugu dan pada akhirnya dia meninggalkanmu saat kamu sedang kesulitan."
Arshaka tersenyum lebar mendengar perkataan temannya itu tentang masa lalunya "terima kasih karena sudah mengingatkanku tetapi aku memang bodoh sudah mencintai pengasuh Arka jadi itu resiko aku."
Arfan mendengus kesal "apa kelebihan dia di bandingkan dengan adikku?."
"banyak."
"benarkah?."
"Dan yang paling terpenting ialah dia orang yang akan berusaha memenuhi kebutuhannya dengan keringat dan usaha dia sendiri bukan hanya meminta pada orang tua" jelas Arshaka sambil tersenyum meremehkan karena dia tau Arfan sedang ingin membuat dirinya berubah pikiran.
"aku tau adikku wanita manja karena kami sangat menyayanginya dan tidak ingin dia kekurangan apapun."
"tapi seharusnya dia menghargai anak angkatku bukan menghinanya" ujar Arshaka yang membuat Arfan terdiam.
"Apa maksudmu?."
"sekarang aku memiliki dua orang putra."
"anak angkat?."
Arshaka mengangguk"ya dan sayangnya Sarah sudah menyinggung perasaan ku."
Pembicaraan mereka terhenti saat Nina masuk ke dalam ruangan atasannya itu "maaf Tuan, ada Bu Sarah di luar."
Arfan langsung berbalik "Sarah."
Sarah langsung menerobos masuk kedalam ruangan Arshaka "kakak."
"Sarah."
Arshaka diam saja melihat Sarah yang semakin membuat moodnya hancur seketika.
"kakak kemari untuk membujuk Mas Arsha kan?" tanya Sarah senang.
Arfan menoleh pada Arshaka yang sedang duduk sambil memainkan pulpen di tangannya.
"ya Sarah."
Sarah tersenyum lebar mendengar jawaban kakaknya " Mas Arsha berubah pikiran kan?.aku janji akan menerima Boni."
"Wah, demi kebahagiaan adikmu kamu rela membohonginya" ucap Arshaka membuat Sarah menatap heran pada Arfan.
"kak,apa maksud Mas Arsha?."
"Sarah lebih baik kamu menyerah saja" ucap Arfan lirih.
Sarah menggelengkan kepalanya"ga kak, Mas Arsha" dia berjalan mendekati arshaka dan menarik tangan pria itu "aku mencintaimu lebih dari pembantumu itu."
Arshaka menghempaskan tangan Sarah "Jalwa bukan pembantu"bentaknya sambil menunjuk ke wajah Sarah,kemarahannya sudah tidak bisa dia tahan lagi "aku peringatkan kamu jangan menghina calon istriku."
"Arshaka" bentak Arfan yang tidak suka adiknya itu di kasari "jangan pernah kau tunjukkan jarimu pada adikku."
Reyhan yang terkejut mendengar pertengkaran di ruangan bosnya itu langsung masuk "ada apa ini?."
"usir mereka" perintah Arshaka yang benar - benar menguji kemarahannya.
Reyhan pun mempersilahkan Arfan dan Sarah untuk keluar dari ruangan bosnya itu .
"kau akan menyesal" seru Arfan.
Arshaka hanya mengibaskan tangannya pada Arfan untuk segera pergi dari hadapannya.
"kak, aku gak mau pergi" kata Sarah memohon.
Arfan menarik Sarah untuk pergi dari sana karena dia tidak tahan jika harus mempermalukan diri sendiri.
Reyhan melihat Arshaka yang sedang memijat keningnya yang semakin sakit "Anda baik - baik sajakan tuan?" tanyanya khawatir.
"ya."
"apa perlu saya panggilkan dokter?."
"tidak perlu, aku ingin berbaring sebentar" ucap Arshaka berjalan ke arah sofa dan merebahkan tubuhnya di sana.
"Saya belikan obat dulu tuan."
" ya."
Arshakapun memejamkan matanya sambil menunggu Reyhan membelikan obat untuknya dan berharap sakitnya akan sedikit berkurang.