Sandy Sandoro, murid pindahan dari SMA Berlian, di paksa masuk ke SMA Sayap Hitam—karena kemampuan anehnya dalam melihat masa depan dan selalu akurat.
Sayap Hitam adalah sekolah buangan yang di cap terburuk dan penuh keanehan. Tapi di balik reputasinya, Sandy menemukan kenyataan yang jauh lebih absurb : murid-murid dengan bakat serta kemampuan aneh, rahasia yang tak bisa dijelaskan, dan suasana yang perlahan mengubah hidupnya.
Ditengah tawa, konflik, dan kehangatan persahabatan yang tak biasa, Sandy terseret dalam misteri yang menyelimuti sekolah ini—misteri yang bisa mengubah masa lalu dan masa depan.
SMA Sayap Hitam bukan tempat biasa. Dan Sandy bukan sekedar murid biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vian Nara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6 : Siapa Sangka
Suara tawa dan obrolan memenuhi kelas. Kelas khusus. Setelah aku di beritahu oleh Bora tentang Ibu Mariska yang akan konsultasi tentang kelas khusus orang berkemampuan, besoknya itu benar-benar terjadi.
"Sandy, Beben, Rino, Genta, Adit dan Dimas.... Kalian semua akan mengikuti kelas tambahan khusus." Ibu Mariska memberitahu kami setelah semua murid telah pulang.
Aku yang sudah mengetahui akan hal tersebut tentu masih bertanya-tanya, bagaimana bisa sekolah ini menyembunyikan para orang berkemampuan? Dan apakah para guru mempunyai kemampuan spesial juga?
Pertanyaan muncul sekaligus dengan jawabannya.
Ibu Mariska ternyata memiliki kemampuan untuk memanipulasi material dalam skala kecil. Dia mempertunjukkan kekuatannya di depan kami berenam hingga membuat takjub.
Sebuah origami kertas yang terletak di meja dengan cantiknya hanya perlu di sentuh oleh jari-jari Ibu Mariska—seketika berubah menjadi origami kaca yang semakin indah di lihat.
"Tujuan kelas tersebut adalah agar kalian bisa mengontrol kekuatan kalian. Ada satu hal yang harus benar-benar kalian pelajari dari kelas tersebut," Jelas Ibu Mariska.
"Apa itu? Dan apa pengaruhnya untuk kami?" Tanya Dimas dengan tatapan waspada.
"Sekolah ini bukan tempat eksperimen, kan? Bagaimana kami berempat bisa percaya?" Kini Beben yang bertanya dengan tubuh gemetaran.
"Kalian lari lah! Aku yang akan menahan mereka. Mereka mengincar Beben, kita tidak boleh membiarkannya."
Suara seorang anak lelaki menggema di dalam pikiran Beben. Rambut putih akibat kelainan, mata biru karena gen dan senyuman yang terukir jelas—Suara itu berubah menjadi wujud seseorang. Beben semakin gemetaran ketika mengingat wajah tersebut.
"Pergilah! Jangan!" Beben teriak histeris.
"Kenapa dengan dia?" Ibu Mariska bertanya dengan penuh khawatir.
Adit, Rino dan Genta yang duduk tepat di dekat Beben segera menenangkan sahabatnya tersebut.
"Dahulu ada suatu masalah yang menimpa kami Bu, Beben yang hampir jadi korban..... Intinya masalah ini sulit untuk di bahas. Serahkan Beben pada kami." Adit menjawab pertanyaan Ibu Mariska dengan sama cemasnya.
"Kalian jangan khawatir. Kami adalah orang baik dan kami disini bertugas untuk mencegah efek samping kekuatan serta mengontrol kekuatan tersebut seperti yang sudah saya di jelaskan tadi."
"Efek samping?" Aku bertanya heran.
"Iya. Setiap kekuatan dari kita memiliki efek sampingnya itu bisa jadi berbahaya bagi diri sendiri jika tidak ditangani." Jawab Ibu Mariska.
"Dunia ini sudah berubah, akan ada semakin banyak orang yang menginginkan kemampuan kalian. Salah satu contohnya adalah yang pernah teman kalian temui langsung OP3MI. Sandy."
Aku susah payah menelan ludah. Semenjak aku menyelamatkan Boran dan Ivan dari serangan OB, di hari itu aku menyimpan sedikit rasa takut pada kehadiran mereka.
"Selain itu... Rata-rata yang pindah kesini adalah orang yang diduga punya kemampuan dan benar-benar memiliki kemampuan—menyelamatkan mereka dengan memindahkan mereka lalu memberitahu resikonya jika menolak.... Itu mudah sekali. Jadi kalian bisa menggunakan kemampuan tanpa harus takut, tapi tetap harus mengikuti aturan yang berlaku. Dan kelas khusus yang akan kalian ikuti hanya boleh orang berkemampuan saja yang harus ikut. Sekitar seratus siswa-siswi termasuk kelas sepuluh sampai dua belas yang telah ikut kelas khusus."
"Kenapa bis– " Tak sempat aku genap melontarkan pertanyaan. Bel sekolah telah berbunyi kembali.
"Kita sudahi pertemuan kali ini. Kalian sekali lagi harus mengikuti kelas khusus tersebut. Kelas akan di mulai besok. Sekian dan terima kasih. Jika ada pertanyaan, tanyakan saja pada guru yang akan menjadi pembimbing kalian nanti di kelas khusus." Ibu Mariska meninggalkan kami berenam di kelas dengan banyak pertanyaan yang masih tersimpan dalam pikiran.
Langit mendung berhias awan gelap yang mengerikan. Aku sedang melamun memandang ke arah luar jendela. Murid di kelas khusus tergabung dari beberapa kelas biasa. XI MIPA 2 mempunyai jumlah murid berkemampuan paling banyak di antara kelas lain. Bahkan aku tidak menyangka bahwa Nayyara juga orang berkemampuan spesial.
"Hei, kenapa kamu melamun?" Suara itu menyapaku.
"Oh, Kamu toh, aku kira siapa." Aku sekilas menoleh kemudian kembali lagi memandang pemandangan halaman sekolah yang sangat mirip dengan latar film Zombie.
"Ehh, kamu orang berkemampuan juga?" Aku terkejut setelah pikiranku sudah kembali sadar akan lingkungan sekitar.
Nayyara punya kemampuan spesial? Ayolah jangan selalu membuatku banyak terkejut begitu.
"Aku ragu karena takutnya....Kamu.... " Wajah Nayyara berubah perlahan menjadi berwarna merah tomat.
"Apa? Aku kenapa?" Aku mendesak.
"Hei, Kamu bahkan tidak benar menoleh ke arahku." Aku kesal.
"Lupakan saja! Ngomong-ngomong Kenapa kamu dan yang lain waktu itu pergi dari acara memasak tanpa memberitahu terlebih dahulu? Setidaknya pakai bahasa isyarat tangan saja sudah cukup." Ekspresi Nayyara berubah dengan cepat menjadi kesal.
Aku kembali menoleh. Entah sejak kapan... Grogiku sudah lebih membaik dari sebelumnya. Lingkungan sekolah ini telah mengatasi kekuranganku tersebut.
"Sandy bisa bantu aku?"
"Ayo kita main futsal!"
"Bayar denda piket, Sandy!"
"Sandy!"
"Sandy!?"
Begitulah kira-kira yang terjadi. Banyak sekali orang ramah yang ingin bicara denganku sehingga grogiku sedikit membaik.
Mataku menatap wajah Nayyara yang kesal tanpa sadar satu kata keluar dari mulutku dengan tidak di sengaja
"Imut"
"Apa kamu bilang?"
Aku reflek menjawab dengan cepat, "Waktu itu kami mencari Bora yang tidak kunjung kembali dari toilet dan..... " Warna merah tomat mulai menghiasi wajahku.
"Dan?"
"Dan dia menyelamatkanku serta Ivan dari organisasi jahat OP3MI." Bora tiba-tiba muncul dengan wajah riang. Luka akibat tembakan sepertinya sudah lebih baik dari sebelumnya.
"Hah, yang benar?!" Nayyara menjadi panik.
"Ini akan menjadi tugas berat bagi OSIS nantinya. Informasi tentang nama organisasi dan sebagian data kemampuan anggotanya, ini akan membuka peluang lebih besar dengan tujuan sebenarnya orang berkemampuan berkumpul" Jelas Bora.
"Tujuan sebenarnya?" Aku dan Nayyara bertanya secara bersamaan.
"Iya, tujuan sebenarnya adalah– "
"Tutup mulutmu yang suka banyak bicara itu." Ivan menutup mulut Bora dengan tangannya.
"Itu rahasia. Pokoknya kalian lupakan saja." Ivan melirik Bora dengan tatapan sadis.
"Apa salahnya kita memberitahu mereka?"
"Kau ini, sifatmu sejak keluar dari tempat itu sama sekali tidak berubah, ya."
"Maaf." Bora berubah menjadi murung seketika.
TRINGG! Bel sekolah berbunyi.
Guru dengan cepatnya masuk. Kelas menjadi hening.
"Selamat Siang... Nama bapak adalah Rolex. Kenapa Bapak kembali memperkenalkan diri hari ini? karena kita kedatangan murid berkemampuan yang baru... Salam kenal untuk kalian semua, saya guru pembimbing di kelas khusus ini." Sapaan Pak Rolex dengan suara serak dan beratnya memecah kesunyian kelas.
"Tanpa basa-basi, kita mulai kelasnya."
...****************...
Keringat membasahi seluruh tubuhku. Nafasku tersengal. Dua puluh kali percobaan sudah aku lakukan untuk menguasai teknik melihat masa depan, masa lalu dan menghentikan waktu beberapa saat.
Lapangan di penuhi dengan banyak sekali orang yang di suruh berlatih mengontrol kekuatannya. Lapangan yang kami gunakan juga bukanlah lapangan di depan sekolah melainkan dalam ruangan. Maksudku adalah lapangan dalam ruangan. Ini sungguh-sungguh, loh.
BRUK!
Aku terduduk lemas. Aku sudah tidak kuat lagi untuk melakukannya ternyata hal yang aku kira itu mudah ternyata sangat sulit. Bayangkan saja yang awalnya kemampuanku hanya bisa melihat masa depan ketika bertatapan langsung dengan seseorang–menjadi bisa melihat masa lalu dan menghentikan waktu sementara.
"Kau masih harus banyak berlatih.. Efek samping dari kemampuan itu sangat krusial sekali, Sandy." Pak Rolex menatapku prihatin.
"Bapak akan kembali lagi setelah melihat progres dari murid-murid yang lain. Kau beristirahat terlebih dahulu. Kita akan memulainya lagi nanti." Tambah Pak Rolex yang kemudian langsung menghampiri empat sekawan absurb. Ketika aku melihat mereka, keempat-empatnya lagi main baseball?
"Lempar bolanya!"
WUSH!
TANG!
"Homeran! Yatta!"
"Bapak suruh kalian berlatih dengan program yang sudah disediakan, bukannya malah main-main kayak gini tahu!" Pak Rolex berubah menjadi menyeramkan hanya dengan nada bicara serta ekspresi wajah saja yang sedikit di ubah.
"Maafkan kami, pak." Empat sekawan absurb meminta maaf dan menyesal.
Aku melihat ke arah teman-teman yang lain, Dimas sedang angkat beban bersama Fahri, Ivan malah main trik sulap, Alex? Entahlah aku belum tahu kemampuannya apa, tapi latihannya cukup unik menurutku... Dia di suruh untuk berbicara dengan hewan bahkan sampai benda mati sekalipun. Itulah mengapa aku sebut unik.
Nayyara? Aku mencari sosok tersebut kesegala arah. Ketemu.
PLUK!
Tempat sampah menghilang. Pertama kali melihatnya, aku jadi mengerti kenapa Nayyara selalu memakai sarung tangan berwarna putihnya. Kemampuan Nayyara adalah bisa menghilangkan benda selain makhluk hidup hanya dengan menyentuh targetnya.
Itu menakjubkan sekaligus menakutkan. Sama halnya dengan kemampuan yang aku miliki. Manipulasi waktu? Memang terdengar menakjubkan, tapi setelah aku melalui banyak hal... Kekuatan ini sangatlah tidak diinginkan, di tambah efek sampingnya. Aku benar-benar tidak menduganya.
"Sandy.. Ketahuilah bahwa kemampuanmu bukan hanya melihat masa depan saja. Secara umum kau bisa melihat suatu peristiwa yang belum dan akan terjadi melewati sel otak."
"Sel otakmu itu meningkat tajam hingga menemukan banyak kemungkinan bahkan sampai benar-benar menemukan kebenarannya. Selain itu, kemampuan memberhentikan waktu penjelasan mudahnya adalah dari respon tubuh mu yang terpengaruh dari sel otak tadi sehingga banyak sekali sel dan bahkan DNA juga—berubah drastis secepat waktu. Itulah mengapa kau bisa memanipulasi waktu."
"Kemudian bagaimana dengan efek samping kekuatanku?" Aku bertanya sebelum memulai latihan.
"Orang dengan kemampuan unik, jika menggunakan kemampuannya dalam skala sedang.. Bisa dipastikan memiliki efek buruk. Contoh kau : Penggunaan berlebihan serta lebih lama akan bisa memotong umurmu atau bahkan yang tidak lebih buruk, kau akan kehilangan penglihatan mu." Jelas Pak Rolex.
"Bagaimana bapak bisa tahu semua itu? Apakah saya bisa mempercayainya begitu saja?" Aku bertanya dengan penuh keingintahuan tinggi.
"Nanti kau akan langsung menemukan jawabannya, jika sudah bertemu dengannya kembali." Ujar Pak Rolex dengan perkataan yang semakin menyimpan pertanyaan.
ini tidak mudah (kataku dalam hati)
...****************...
"Semuanya masih berjalan dengan lancar." Bora bergumam sendiri, sembari memperhatikan murid-murid lain dari balik jendela tempat jembatan penghubung bangunan sekolah.
"Kenapa kau tidak ikut berlatih juga?" Lelaki dengan mengenakan rompi sekolah khas sayap hitam dan kacamata hitam tiba-tiba muncul.
"Oh, ketua rupanya."
"Aku kan tidak memiliki kemampuan spesial, aku hanya memiliki teknik beladiri dari berbagai aliran saja, kau juga pasti tahu itu, kan?" Bora menjawab santai masih dengan ekspresi wajah riangnya.
"Memang faktanya seperti itu, tapi latihan ini selain untuk menghadapi efek samping dan mengontrol kekuatan, ikatan antara sesama manusia pun harus di kuatkan. Kau pun punya sesuatu yang ingin dirubah bukan?" Balas Ketua.
"Baiklah, aku akan mencobanya lain waktu."
"OSIS sudah siap menyambut anggota baru yang kau bicarakan itu beserta adiknya Anastasia. Beritahu juga kepada anggota yang lain untuk berkumpul. Kita akan segera menghadapi masalah dan kesibukan yang lebih berat." Ketua melangkah dengan cepat meninggalkan Bora sendirian di lorong tersebut.
"Dunia ini sudah berubah sejak abad ke 15. Siapapun punya ambisi sekarang. Kemampuan spesial yang banyak orang miliki—sumbernya akan segera kami temukan dan kunci menuju kedamaian antara dua belah pihak juga akan segera terwujud." Bora kembali bergumam, perlahan dia menghela nafas lalu pergi meninggalkan lorong tersebut.
...****************...
"Lelah, letih, lesu." Aku terlungkup di kursi panjang kantin sembari melepas penat. Karena kantin di penuhi AC jadinya itu aku anggap tempat paling nyaman setelah berkeringat penuh setelah latihan keras. Lagipula kantin sudah Mulai sangat sepi.
"Ini baru hari pertamamu menjalani kelas khusus, ada hal yang masih harus kau lakukan untuk bisa mengatasi efek samping dan menguasai kemampuanmu. Jangan sampai nanti kau malah membuka aib orang lagi." Alex memandangku dengan tatapan dendam.
"Maaf." Aku tersenyum dengan rasa bersalah.
Saat S dan TS menyerang Ivan beserta Bora. Aku, Alex, Rio yang sedang terdesak mencari keberadaan Bora dengan tak sengaja membuka kekuatan melihat masa lalu. Namun itulah hal buruknya. Berhubung aku pertama kali menggunakannya, aib Rio dan Alex tidak sengaja terbongkar ketika aku menyentuh kepala keduanya.
Aib Alex tidak lain memperlihatkan waktu dirinya mandi pakai handuk sembari akting lagi di Isekai dan melawan raja iblis.
"Oh, putri. Jangan khawatir. Aku akan membasmi iblis bertulang lunak ini untukmu kemudian aku akan menjadi raja dan kau ratunya." Ujar Alex yang kemudian tertawa lebar.
Rio? Aku tidak bisa di bilang itu adalah aib yang buruk. Saat melihat masa lalunya, Rio sedang memperbaiki drone sambil ngedot. Sungguh. Rio itu bayi besar? Entahlah.
"Omong-omong apa kekuatanmu Alex? Aku melihatmu hanya berlatih berbicara dengan hewan atau benda mati." Aku mengalihkan topik.
"Kemampuanku berbahaya. Tidak boleh sembarangan di pakai, selain efek sampingnya, dampak pada orang lain pun akan lebih parah." Jawab Alex tegas.
"Dimana Rio? Bukankah dia juga memiliki kemampuan spesial juga? Apa kemampuan yang dia miliki?" Aku bertanya kepada Alex.
"Rio itu adalah juru teknologi di sekolah ini. Sebenarnya bukan kemampuan spesial sih. Lebih tepatnya adalah otaknya yang melebihi rata-rata manusia termasuk dengan Nara juga." Jawab Alex sembari meminum air putih dalam botol yang telah dia beli.
"Untuk apa dia menjadi juru teknologi?" Aku bertanya heran.
"Impian dia adalah menciptakan banyak benda berguna yang bisa menolong banyak orang. Dan jika kau tidak tahu, sekolah ini bisa di bilang juga SMK." Jawab Alex.
"Hah?!!!" Aku syok.
Sekolah ini semakin membuatku gila saja (Aku berkata dalam hati ketika melihat Alex menunjukkan teknologi tersebut)
"Kok bisa? Selain itu, Apa kau juga OSIS seperti Bora dan Ivan? kau sepertinya tahu banyak tentang sekolah ini."
"Tentu saja aku anggota OSIS. Dan satu lagi.. tentang sekolah ini bisa disebut SMK juga. Apakah Kau tahu alasan lain tentang sekolah ini menjadi terburuk selain alasan rahasia yaitu sekolah ini di isi dengan banyak orang berkemampuan termasuk yang hanya di duga-duga saja?"
Aku menggeleng pelan. Bagiamana Akau tahu coba? SMA eh SMK, apa sajalah namanya, itu sudah membuatku banyak di penuhi lebih banyak pertanyaan.
"Alasan logis yang orang-orang umum tahu adalah Sekolah ini plin-plan alias banyak sekali pelajaran dan murid-murid harus mengikuti semuanya. Itu salah."
"Pihak atas saja yang melemparkan tuduhan tersebut hanya gara-gara sekolah tidak banyak mengikuti aturan dari sana dan bahkan meminta denda lebih besar. Padahal jurusan atau pelajaran yang banyak itu berfungsi untuk membiarkan para remaja lebih mengembangkan bakat mereka."
BUK
Alex menggebrak meja kantin sambil meletakan brosur sekolah yang sudah lama namun masih tetap terlihat baru.
"Sekolah ini sekarang hanya di penuhi dengan orang berkemampuan atau yang hanya di duga punya kemampuan saja. Itu lebih baik juga. Tapi kau harus melihat ini."
Alex menunjuk ke arah brosur yang telah dia letakkan di atas meja.
Aku melihat brosur. Brosur seperti pada umumnya. Tapi aku melihat ada yang berbeda. enam jurusan berbeda di jelaskan dalam brosur.
"Sekolah ini punya enam jurusan : Ipa, Ipa, Bahasa, Teknologi, Psikolog, dan ilmu usaha."
"Ini tidak bisa di sebut SMK!!!" Aku menggoyang-goyangkan tubuh Alex dengan cepat karena kesal.
"Penjelasanmu salah. Seharusnya memiliki jurusan unik dan ada yang mirip seperti SMK!" Aku mendengus kesal.
"Jangan-jangan otakmu masih konslet dan berpikiran kemana-mana seperti saat aku membuka masa lalumu semasa mandi itu." Celetuku.
"Jangan membahasnya lagi!!" Giliran Alex yang menggoyang-goyangkan tubuhku dengan cepat karena kesal juga sementara aku tertawa kencang mengingat kejadian lucu di masa lalu Alex.
"Akhirnya kita bisa bertemu kembali.. Adikku." Dari kejauhan seorang perempuan berambut panjang dengan mata kanan yang tak logis, pupilnya seperti jam, bergumam sendiri. Dia melihat ke arah tempat Aku dan Alex sedang berselisih serta bercanda lalu pergi begitu saja.