Perjuangan seorang Nayra Kalista yang menghadapi begitu kerasnya dunia ini, dunia yang tak adil untuk dirinya hidup. Dari kecil menjadi seorang yatim-piatu, hidup di panti asuhan, rela putus sekolah demi menjadi tulang punggung bagi saudaranya di panti asuhan. Sampai akhirnya harta satu-satunya yang dijaga selama ini direnggut oleh pria asing yang Nayra sama sekali tak kenal.
Hidupnya hancur bertubi-tubi. Apakah ia bisa menjalani hidup nya kembali setelah apa yang ia alami selama ini? Apakah Nayra bisa bahagia dengan cobaan yang begitu berat ini?
yuk mampir biar tau perjalanan hidup Nayra!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cacil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 26
🍁🍁🍁
"Perkenalkan ini Pak Andrian Bos ku di kantor, dan Pak Andrian perkenalkan ini Baim teman saya," Nayra memperkenalkan mereka berdua satu sama lain.
Mereka berdua pun berjabat tangan setelah diperkenalkan oleh Nayra. Tetapi raut wajah Andrian terlihat tak suka melihat Baim, sedangkan Baim sebaliknya ia terlihat senang bertemu dengan bos Nayra itu.
"Kalau gitu saya mau kasih Alden obat dulu, Bapak bisa duduk dulu bersama Baim," seru Nayra lalu pergi menuju kamarnya.
Karena Baim ingin melihat Alden juga ia meminta izin ke Andrian untuk ke belakang.
"Saya tinggal ke belakang dulu sebentar," ujar Baim sambil berdiri dari duduknya. Andrian hanya memanggut-manggutkan kepalanya saja.
Di kamar terlihat Nayra sedang membujuk Alden untuk meminum obatnya tapi seperti biasa Alden selalu menolak untuk meminum obat.
"Ayok Sayang minum obatnya!" bujuk lagi Nayra.
"Nggak mau! Obatnya pahit," Alden menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar mamanya tak memasuki obat ke dalam mulutnya.
"Obatnya nggak pahit, malah rasa obatnya manis."
"Nggak mau! Alden tetap nggak mau minum obatnya."
"Alden kenapa Nay?" tiba-tiba saja Baim datang dari belakang menghampiri mereka di dalam.
"Alden nggak mau minum obatnya, padahal biasanya Alden tak rewel seperti ini tapi nggak tau kenapa hari ini dia banyak maunya."
"Itu biasa kalau anak-anak rewel kalau sedang sakit."
"Terus bagaimana caranya agar Alden mau meminum obatnya? Kalau dia nggak minum obatnya nanti demamnya nggak turun-turun," keluh Nayra.
"Sini obatnya! Biar aku saja yang memberikannya obat," Baim mengambil obatnya dari tangan Nayra.
"Alden Sayang, ayok minum obatnya! Om yang akan memberikan Alden obatnya," sekarang giliran Baim yang merayu Alden untuk meminum obatnya.
"Alden nggak mau meminum obatnya," seperti biasa Alden tetap menolak untuk meminum obatnya.
"Memangnya kenapa Alden nggak mau meminum obatnya?"
"Rasanya pahit."
"Siapa bilang obatnya pahit? Malah obatnya manis terus rasa obatnya juga rasa storoberi kesukaan Alden."
"Om Baim bohong," Alden masih tetap tidak percaya dengan perkataan Baim.
"Yaudah kalau Alden nggak mau meminumnya, biar Om saja yang meminum obatnya."
Baim sedikit meminum obat Alden agar Alden bisa percaya bahwa obatnya terasa enak.
"Ehm... enaknya, apalagi rasanya seperti stroberi."
Mendegar rasa stroberi dan melihat wajah Baim begitu menikmati obatnya membuat Alden ingin merasakannya. Ketika Baim ingin kembali meneguk obat yang bervariasi sirup itu Alden malah menghentikan Baim untuk meminumnya.
"Alden juga mau meminum obatnya..."
"Tadi katanya nggak mau tapi kok sekarang mau?" ejek Baim sambil bercanda membuat Alden cengengesan.
"Alden mau merasakan obatnya karena rasa storoberi, cobak kalau rasa lain Alden nggak mau meminumnya."
"Makanya Om belikan yang rasa stroberi agar Alden mau meminumnya, kalau gitu ayok minum obatnya."
Baim meminumkan obatnya langsung ke mulut Alden. Awalnya Alden memejamkan matanya karena mengira kalau obatnya pahit tapi lama kelamaan Alden menikmati obat di mulutnya itu.
"Alden mau lagi minum obat," ujar Alden
"Untuk saat ini sudah dulu, nanti malam setelah Alden makan baru Alden bisa minum obatnya," ujar Nayra.
"Tapi Alden mau minum obatnya lagi," Alden memanyunkan bibirnya karena tak mendapatkan apa yang ia inginkan.
Sedangkan Nayra melirik ke arah Baim sambil tersenyum melihat tingkah laku anaknya seperti itu. Sedangkan Baim juga ikutkan tersenyum dan sedikit tertawa melihat Alden, Baim juga tambah memancarkan senyumnya ketika Nayra melirik kehadapanya dengan tersenyum.
Di sisi lain terlihat sepasang mata melihat kebahagiaan antara Nayra, Baim dan Alden. Ada rasa cemburu dan sakit hati ketika melihat Nayra serta Alden tertawa bukan karena nya tapi karena laki-laki lain.
Karena tak tahan melihat kebahagiaan mereka Andrian pun memutuskan pergi dari sana. Ia pergi dari kontrakan Nayra menuju ke kantornya tanpa berpamitan kepada pemilik rumah.
Setelah mereka berhasil meminumkan obat untuk Alden. Nayra dan Baim kembali ke ruang tamu untuk menemui Andrian.
"Loh mana Pak Andrian?" tanya Nayra kebingungan karena tak melihat Andrian ada di sana. Hanya ada bekas kopi dan cemilan yang ada di ruang tamu tersebut.
"Waktu aku tinggal di sini, Bos kamu masih ada di sini."
"Mungkin Pak Andrian buru-buru ke kantor, jadi ia tak sempat untuk berpamitan."
Nayra tak tau bahwa Andrian pergi tiba-tiba dari sana karena alasan cemburu bukan karena alasan buru-buru ke kantor.
Di kantor Andrian tak fokus bekerja. Ia masih memikirkan tentang Nayra dan anak Nayra. Ia merasa begitu dekat dengan anak Nayra.
"Arggghhh... Nggak mungkin aku suka sama Nayra. Bila Mama dan Papa tau kalau Nayra sudah mempunyai anak maka gagalah rencana ku untuk menghindari perjodohan dari mereka."
Di satu sisi Andrian merasa suka terhadap Nayra, tapi di sisi lain ia tak mungkin menikahi Nayra dengan statusnya menjadi janda. Sebenarnya Andrian tak terlalu mempermasalahkan status Nayra, toh ia juga begitu suka dengan Alden anak Nayra tapi Andrian yakin bahwa kedua orang tuanya akan menolak Nayra sebagai menantu dari keluarganya.
***
Di rumah kediaman keluarga Grahatama...
"Andrian kapan kamu membawa kami untuk menemui keluarga Nayra pacarmu?" tiba-tiba saja tuan Wijaya bertanya seperti itu kepada Andrian.
"Huk... huk... huk..."
Mendegar itu Andrian langsung terbatuk-batuk dengan makanan yang masih ada di dalam mulutnya.
"Minum dulu!" nyonya Kumala menyodorkan air putih ke arah Andrian. Lalu Andrian langsung meneguk air putihnya.
"M-maksud Papa apa?" tanya Andrian berpura-pura tak mengerti dengan omongan papanya.
"Kapan kamu melamar Nayra pacarmu? Bukanya kamu sudah janji kepada Papa dan Mama untuk secepatnya menikah," ujar lagi tuan Wijaya memperjelas.
"Untuk masalah itu Andrian sudah pikirkan, tapi untuk sekarang Andrian belum ada rencana melamar Nayra."
"Ingat Nak! Nayra begitu terlihat cantik. Mama yakin banyak pria yang sedang mengejar-ngejar Nayra, bila kamu terlalu lama untuk memberikan kepastian kepada Nayra mungkin Nayra akan berpaling dari mu dan mencari pria lain yang lebih darimu," tutur nyonya Kumala.
"Nanti Andrian akan pikirkan, kalau gitu Andrian pamit ke kamar dulu," Andrian bangkit dari duduknya lalu pergi menuju lantai dua di mana kamarnya berada.
"Dasar! Udah tau umurnya memasuki kepala tiga tapi masih saja berpikir-pikir untuk menikah. Padahal dia sudah mapan umur dan mapan finansial tapi tetap saja dia masih ragu-ragu untuk menikah," gumam nyonya Kumala yang bisa didengar oleh suaminya itu.
"Sudahlah Mah! Kita tunggu saja keputusan dari Andrian, mungkin keputusannya nanti bisa berubah setelah kita menasehatinya tadi."
Di samping itu Andrian terlihat merenung di balkon kamarnya sambil memandangi kota malam.
See you again...
LIKE DAN KOMEN YA! KALAU IKHLAS BOLEH DI VOTE JUGA ^_^
typoo yaaaa