Tak semua wanita ikhlas untuk dimadu, hanya wanita-wanita terpilih yang bisa menerima hal itu.
Cordelia Almira seorang perawat cantik dan Istri dari Manajer Eksekutif the Star Resort Jerone Rigel Ervinosa. Mereka telah menikah selama 5 tahun, tetapi belum juga dikarunia seorang anak.
Meskipun belum dikaruniai buah hati, hubungan pernikahan mereka tetap harmonis tak ada yang berubah sampai suatu hari hadirlah seorang wanita di tengah-tengah mereka.
Setelah ditinggalkan oleh kedua orang tua serta kakaknya. Kini pernikahan yang awalnya penuh warna pelangi menjadi hitam gelap dan berkabut.
Akankah Elia bisa mempertahankan pernikahanya dan menerima untuk dimadu, atau sebaiknya?
Kalian bisa follow ig author : Novi_Rahajeng
Dan bisa baca karya author yang judulnya Papa Bucin yang posesif.
Karya ini adalah orisinil cerita dari author sendiri. Jadi, dilarang keras plagiat!
Cover by : Novi Rahajeng
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi rahajeng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si hitam dan putih!
Melihat Simon yang terus tersenyum membuat benteng pertahanan Elia hampir saja bocor. Dia segera menepis perasaan kagum ini agar Ia tidak terjerat oleh api lagi.Meskipun Elia sudah tidak ingin kembali lagi dengan Rigel, tetapi statusnya saat ini masih istri sah dari rigel.
"Ingat El, jangan mudah goyah dengan pesona pria muda dan tampan, apa kamu lupa kalau Kamu baru saja tersakiti dengan seorang pria?" Bisik si putih.
"Gapapa El, lagian simon juga jauh lebih baik dan tampan dari Rigel. Apalagi dia masih muda pasti akan lebih hareudang dari Rigel!" Si hitam berbisik.
"El, apa Kamu lupa kalau Rigel juga dulu baik dan sangat mencintamu! Tapi apa sekarang, dia menghianatimu kan? Lebih baik Kamu fokus saja ke kehiduapnmu dan anakmu saja, jangan mudah terpesona dengan pria tampan dan baik!"
Elia mencoba menyingkirkan si hitam dan putih agar pergi dari pikirannya. Hanya di perhatikan seperti ini saja, Elia sudah hampir runtuh. Sepertinya Ia harus lebih jaga jarak lagi dengan Simon.
" Kamu kenapa, Mbak? Apa ada yang Kamu pikirkan? "tanya simon saat melihat Elia terdiam dan geleng-geleng kepala tidak jelas.
" Eh, Aku gapapa kok! "jawab Elia.
Setelah itu, Simon pergi untuk mengambilkan kursi roda untuk Elia. Ia akan mengurus administrasi serta meminta rujukan untuk Elia di bawa ke rumah sakit. Selesai mengurus semuanya, Simon mendorong kursi roda Elia pergi keluar dari rumah sakit untuk mencari taxi.
***
Di sisi lain, terlihat Sarni dan dua orang tetangga Elia membawa Claire ke kantor polisi yang tidak jauh dari puskesmas. Mereka mengadukan Claire atas tuduhan mencelakai orang lain dengan sengaja.
Saat di wawancarai, Claire terus mengelak dan menyanggah. Membuat teh Sarni merasa kesal sekali dengan Claire.
"Pak polisi, Kalau anda tidak percaya. Sekarang Anda bisa mengecek kondisi wanita yang sudah di celakai. Wanita jahat seperti dia harus di kasih hukuman yang setimpal!" ungkap Sarni.
"Tapi bu, Anda tidak punya bukti sama sekali kalau Nona ini melakukan kejahatan itu," ujar si polisi.
"Loh, tapi Kan kita ada dua orang saksi yang melihat kalau dia igu memnag telah mencelakai Elia," jelas Sarni
"Iya, pak. Saya juga saksinya kok kalau wanita ini memang sengaja mencelakai Elia," timpal Diana sih wanita berambut pendek.
"Bohong pak polisi! Mereka semua itu telah bersekongkol membuat rencana agar saya terlihat mencelakai orang, padahal saya itu ... hanya membela diri saja," ucap Claire sambil berpura-pura menangis.
Meligat Claire yang pintar sekali berailat lidah dan berakting, membuat teh Sarni dan Diana semakin kesal dan marah.
Dasar pelakor! Pintar sekali memutar balikkan fakta! Batin Sarni yang sudah mengepalkan tanganya. Ingin rasanya Ia menyobek mulut si wanita pelakor ini, tetapi Ia ingat kalau sedang berada di kantor polisi. Jadi, Ia mencoba untuk menahan emosinya.
Teh sarni menghela dan membuang nafas panjang, kemudian mencoba menghubungi Simon kalau urusannya di kantor polisi sedang tidak lancar.
Ketika menelpon Simon, ternyata Elia mempunyai bukti rekaman ucapan Claire yang lebih dulu menghinanya. Setelah itu Simon mengirimkannya kepada teh Sarni sebagai bukti yang akan di berikan oleh polisi.
Teh Sarni kembali dengan seringai di bibirnya, lalu memberikan polisi itu bukti rekaman pertengkaran mereka. Claire terbelalak saat teh Sarni memutar rekaman percakapan Ia dan Elia.
Sialan Elia! Bisa-bisanya dia merekam percakapan itu! Batin Claire.
"Gimana, pak? Apakah bukti ini cukup!" tanya Sarni setelah selesai memutar rekaman itu.
Si polisi sedang berunding dengan rekannya untuk mengambil keputusan apa yang akan Ia ambil. Tak lama kemudian, polisi itu mengatakan bahwa akan menyelidik kembali kasus ini untuk mengetahui hukuman apa yang akan mereka berikan kepada Claire.
"Nona, Claire bisakah hubungi keluarga atau wali anda untuk datang kesini?" pinta polisi itu.
Saat mendengar itu, Claire bingung sampai menelan salivanya saja sulit. Aduh ... gimana ini? Kalau aku menghubungi Rigel, dia pasti akan marah. Kalau Aku menghubungi mama Hana ... nanti dia akan tahu kalau Elia hamil anak Rigel. Siapa ya ... Batin Claire yang masih terus memikirkan siapa yang akan Ia hubungi. Setelah berpikir beberapa saat Ia memutuskan untuk menghubungi teman sekaligus seseorang yang Ia percaya.
Sedangkan Sarni tiba-tiba mendapatkan telepon dari suaminya yang menyuruh agar Ia segera pulang ke rumah, begitupun dengan Diana juga harus menjemput anaknya di sekolah sehingga mereka pulang terlebih dahulu sebelum hukuman Claire di putuskan.
Melihat mereka yang tiba-tiba pulang, membuat Claire tersenyum karena urusannya akan jauh lebih mudah lagi ketika mereka tidka ada.
***
Di sebuah rumah sakit, terlihat Elia yang masih duduk di kursi tunggu tengah mengantri untuk mendapatkan konsultasi. Dulu, Ia hanya bisa menatap dan merasa iri saat melihat ibu-ibu hamil yang sedang memeriksakan kandungannya, tetapi hari ini Elia juga sudah bisa merasakan hal itu juga.
Elia tersenyum sambil mengelus perutnya.
Semoga kamu baik-baik saja di dalam ya nak.
Para ibu hamil yang mengantri ada yang di temani oleh suaminya, ada juga yang datang sendiri. Tiba-tiba Simon datang dengan membawa kantong plastik berisikan minuman dan roti untuk Elia, Ibu hamil yang duduk disampingnya tersenyum saat melihat Simon yang begitu perhatian.
"Wah Suaminya neng siaga sekali ya. Udah ganteng, masih muda dan perhatian lagi," puji Ibu di samping Elia.
Simon dan Elia hanya bisa saling pandang, lalu tersenyum saat mendengar pujian ibu itu. Ia ingin mengatakan bahwa Simon bukanlah suaminya, tetapi takutnya ibu itu justru akan berpikir yang tidak-tidak. Jadi, Elia dan Simon memutuskan hanya diam.
"Ini hamil anak pertama ya, neng? Sudah berapa bulan?" tanya Ibu itu lagi.
"Iya, baru 6 mingguan," jawab Elia dengan tersenyum.
"Oh, masih hamil muda berarti ya. Kalau masih hamil muda, jangan terlalu sering di pakai untuk berhubungan karena masih rentang," nasehat ibu itu dan hanya di jawab anggukan kepala oleh Elia.
"Dan suami juga harus lebih pengertian, jangan mentang mentang kepengen! Gak bisa nahan, dan di terjang teru,s, kan kasihan istrinya sampai harus pakai kursi roda begini" imbuh itu tadi dengan menatap ke arah Simon.
Simon hanya menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal karena bingung harus menjawab apa. Sedangkan Elia hanya tertunduk malu mendengar ucapan ibu-ibu tadi.
Sepertinya Ibu ini sudah sangat jauh salah pahamnya! Batin Elia.
Setelah itu, nama Elia di panggil untuk masuk ke ruangan dokter. Simon dengan sigap segera mendorong kursi roda Elia untuk masuk kedalam ruangan dokter.
Ketika masuk ke ruangan dokter kandungan, dokter dan perawat menyambut mereka dengan ramah, lalu Simon memberikan surat rujukan dari puskesmas ke dokter itu sebagai referensi. Setelah itu, dokter menyuruh Elia naik ke atas barankar untuk di periksa.
Tiba-tiba jantung Elia memompa begitu kencang, ada rasa takut dan khawatir saat dokter sudah mengolesi perutnya dengan gel bening. Dengan tenang, dokter menggerakkan transducer untuk melihat kondisi janin di dalam rahim.
Wajah Simon terlihat tegang dan terus menatap layar usg tanpa berkedip sama sekali.
"Bagaimana keadaan bayinya dok?" tanya Simon yang sudah tidak sabar saat melihat dokter masih saja terdiam.
Dokter itu tersenyum. " Bayinya kondisinya sangat sehat kok, tidak ada masalah. Pertumbuhannya begitu baik," ucap dokter wanita itu.
Saat mendengar ucapan dokter yang mengatakan bahwa kondisi bayinya baik-baik saja, ada perasaan lega di hati Elia dan juga Simon.
"Alhamdulillah," seru Simon sambil mengusap wajah nya kasar. Sedangkan Elia terpancar aura bahagia di wajahnya, apalagi saat mendengar detak jantung bayinya yang terdengar stabil membuat Ia seperti melayang tinggi ke awan.
...****************...
Jangan lupa like, komen, vote dan hadiahnya ya...
kesempatanmu gak akan datang lagi rigel
Thor sama dengan cerita ' lainya
lagu lama
setiap dalam kasus cerai harus ada laki " lain
biar nanti masuk surga nya barengan
aku dukung Thor