Menikah bukan berarti jodoh sudah bermuara pada tempatnya. Terkadang Tuhan hanya mempertemukan, namun tidak menyatukan.
Senja adalah perempuan korban dari perjodohan kedua orangtuanya, niat hati untuk mengabulkan keinginan orang tuanya, membuat Senja harus menelan pahit sekelumit kisahnya sendiri.
Seperti apa kehidupan Senja setelah menikah????
Akankah ia temukan kebahagiaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AYSEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
man from nowhere
..."Meski wajah tak mampu berjumpa, tangan tak bisa saling menjabat, semoga coretan kata ini mampu menjadi jembatan di hari penuh kemenangan. Taqabbalallahu minna wa minkum. Minal aidin walfaizin."...
DEWO
Demi apa?!
Sebelum mentari menyapa, Saat suara denting jarum jam masih menguasai kesunyian. Entah apa yang merasuki jiwa seseorang pria yang dengan kesadaran penuh dan derap langkah tegas, telah melangkahkan kaki kesebuah Masjid diujung jalan tak jauh dari rumahnya.
Kemelut pikirannya yang disebabkan oleh kelakuannya sendiri, membuat Ia terdampar di lubang penyesalan yang teramat dalam.
Ditengadahkan kedua telapak tangan kokohnya sembari membisikan kata-kata yang tak satu orangpun dapat mendengarnya.
Ya, Dewo! Sesekali mendapatkan tatapan sinis dari warga sekitar, saat secara tiba-tiba menjadi rajin mengikuti sholat berjamaah di Masjid area rumahnya.
like a man from the middle of nowhere
Bagaimana tidak, pria yang sudah satu tahun lebih tinggal diarea kompleks tersebut, sangat jarang sekali bahkan bisa dikatakan hampir tidak pernah untuk sekedar menyapa atau beramah tamah dengan warga sekitar. Semua undangan kegiatan di komplek tersebut, selalu Ia anggap angin lalu.
Dan kini, very surprising! Setelah kabar kekerasan dalam rumah tangganya yang Ia lakukan terhadap sang Istri tersebar ke seantero jagat kompleks, Ia malah terlihat selalu semangat datang ke Masjid untuk berjamaah ataupun sekedar mendengarkan Qultum dari Ustadz.
Berubah? Man from nowhere?? Ah Entahlah...
Kembali dari Masjid, Ia masuk kedalam rumah yang seakan mati setelah ditinggalkan oleh jantungnya, Perlahan Ia langkahkan kaki untuk meniti tangga menuju kamar yang dulu ditempati oleh Senja.
Matanya memanas demi melihat suasana hangat di ruangan yang tidak lebih besar dari kamarnya, matanya menyapu seluruh sudut kamar hingga Ia menemukan sebuah Album foto tebal di antara Buku-buku yang tertata rapi di meja belajarnya.
Dibuka-nya Album foto yang sudah mulai berdebu, "Senja...." Ini jelas bukan sifat asli Dewo, yang menitikan air mata tatkala melihat sebuah foto pernikahan dirinya.
Ia bahkan tidak pernah tahu ada foto pernikahan mereka, sama sekali tidak perduli bahkan.
Dewo meraba tulisan kuning keemasan yang tertulis cantik dengan Font dan tercetak tebal tepat di cover Album,
Sadewo Yudistira ♥️ Senja Nahesswari
Ia susut air matanya dan keluar dari kamar Senja, diraihnya kunci Mobil dan Jaket lalu bergegas pergi meninggalkan rumahnya.
Tujuannya adalah kerumah sakit untuk menjemput Mama Sinta, awalnya Mama Sinta akan kembali pagi hari, namun karena satu lain hal, Mama Sinta baru keluar dari rumah sakit saat jam digital nya menunjukkan angka 13.59
Astaga! Senja pasti sudah nunggu dirumah!
Tanpa pikir panjang, Ia pun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi,
"Pelan-pelan, Dewo! Mama-mu belum sembuh betul!" teguran dari Papa membuat Dewo melajukan mobilnya dengan kecepatan normal.
Namun saat tiba dirumah Mama, Bukan Senja yang Ia lihat, melainkan wajah judes Tika yang menyambut kedatangan Mama dan Papa-nya.
"Senja mana?" tanya Dewo tak sabar.
"Mbak Senja belum datang,"
Ia tunggu hingga lewat waktu ashar, tapi Senja tak kunjung datang. Berulangkali menghubungi dan mengirimkan pesan kepada Senja namun tidak ada respons.
Dewo berjalan mondar mandi didepan jendela, sesekali Ia mengintip keluar jendela berharap Senja sudah tiba di depan rumahnya. Tapi waktu terus berjalan, dan Senja tak kunjung datang.
"Mas! Dipanggil Bude," panggil Tika.
Kemudian disusul Dewo menghampiri Mama kedalam kamar,
"Kenapa, Ma?"
"Kamu bilang Senja mau datang?" tanya Mama lirih.
"Dewo udah coba hubungi kenomor Senja tapi tidak juga diangkat, Dewo susul kerumahnya dulu saja ya, Ma."
Mama Sinta mengangguk setuju dengan perkataan Dewo, "Bawa Senja kesini, Mama kangen," ucapnya lirih.
*Kediaman orangtua Senja
Bak penjahat tertangkap basah, kedatangan Dewo kerumah Senja mendapat sambutan yang tidak mengenakan. Diruang tamu yang tidak terlalu luas itu, Dewo duduk berhadapan dengan Bapak Deni dan Ibu Ina.
Tatapann kedua orangtua Senja seolah mengintimidasi, jelas jika kedua orangtuanya tidak mengharapkan kedatangan laki-laki yang sudah menyakiti putri semata wayangnya hingga menyebabkan Senja dirawat selama beberapa hari di Rumah sakit.
"Ada perlu apa Nak Dewo datang kemari?" tanya Pak Deni datar.
Dewo hanya bisa menunduk dengan perlakuan kedua orangtua Senja yang memang sudah sepantasnya Ia dapatkan, "Mau ketemu Senja, Pak." getaran pada suaranya jelas menandakan betapa gelisahnya Ia saat ini.
"Apa ada hal yang belum terselesaikan?" timpa Bu Ina.
"Bukan, Bu. Itu saya... E... Mama baru pulang dari rumah sakit, pingin ketemu Senja."
"Senja nya belum pulang, mungkin lagi pergi sama Risa."
"Ya sudah, Bu... Pak. Dewo pamit dulu, mungkin besok saya kembali kesini,"
Dewo hendak beranjak pergi, namun nalurinya mengatakan jika selain dengan Senja, Ia juga harus meminta maaf dengan kedua mertuanya itu.
Ia pun kembali duduk, bahkan lebih mendekat kepada Bu Ina yang masih memasang muka ketidak suka-annya,
"Ibu, saya memang tidak pantas mendapatkan maaf dari Bapak dan Ibu setelah apa yang sudah saya lakukan terhadap Senja selama ini,"
"Tapi Bu, Pak. Saya benar-benar telah menyadari betapa Jahat dan Bo doh nya saya karena sudah menyia-nyiakan wanita sebaik Senja yang sudah kalian Ikhlaskan untuk menjadi pendamping saya,"
"Dengan tulus dari hati yang paling dalam, Saya meminta maaf atas semua sikap saya selama ini, terhadap Bapak dan Ibu juga terhadap Senja."
Pak Deni hanya bisa menghela nafas panjang, "Kami memang sangat kecewa dengan kamu, tapi kesalahan terbesar mu bukan ada pada kita, melainkan pada Senja. Minta maaflah dengannya,"
Ibu Ina berdecak sebal kala mendengar jawaban Bapak yang begitu lembut terhadap Dewo, "Tapi bukan berarti Senja akan kembali denganmu."
"Bu, urusan rumah tangga mereka, biarlah mereka yang urus," Bu Ina hanya mencibir nasihat dari Pak Deni.
Setelahnya, Dewo pamit pulang ketika Adzan isya telah usai berkumandang. Saat keluar dari rumah Senja bersama Bapak Deni, matanya memanas demi melihat pemandangan didepan matanya.
Damned!
Perempuan yang menghantui pikirannya sejak pagi, perempuan yang membuat seharian tadi gelisah, sedang berdiri didepan mobil dengan seorang pria asing dan anak laki-laki dalam dekapannya.
"Aku pindahkan baby chair kedepan dulu" ucap laki-laki yang sepertinya aku pernah melihat tapi dimana?!
Mata ku terus mengekori pergerakan Senja yang memindahkan anak itu hingga dibaringkan kedalam kursi tambahan dimobil.
Hingga pria tersebut mendekat kearah Bapak dan diriku untuk menyapa sembari mengulurkan tangannya, aku masih berdiri mematung tanpa mengalihkan pandangan kearah Senja yang terlihat kikuk.
Entah apa yang pria itu bicarakan dengan Bapak, aku tidak perduli. Aku hanya ingin penjelasan keluar dari mulut Senja.
"Nja, aku pamit ya, terimakasih sudah temani Biru." kemudian pria itu pergi diiringi lambaian tangan dan senyuman dari Senja.
"Iya, Pak. Sama-sama, hati-hati dijalan,"
Hal sederhana yang dulu selalu aku abaikan, namun justru membuat pilu hati saat melihat Senja melakukan untuk orang lain.
"Senja...."
Senja beralih menatapku datar, "Maaf seharian aku ada urusan, jadi belum bisa jengukin Mama Sinta,"
"Mama mau ketemu sama kamu sekarang, Nja!" Ia beralih menatap Bapak dan Ibu yang masih berdiri diambang pintu.
Bapak menganggukkan kepala tanda menyetujui, "Aku siap-siap dulu," ucapnya kemudian menghilang dibalik pintu.
Setuju banget mak, mencintai orang yg Sama dg waktu yg lama dan harus setiap hari tanpa lelah Dan bosan.
Mantap mak pesannya. Angkàt topi untukmu.
Alamak.......mantap banget kata²nya Thor.
"I know... Tapi, jika suatu saat kamu merasa ingin memulai kembali berpetualang, aku ingin kamu tahu, ada aku dan Biru yang siap menemanimu untuk kembali berpetualang, mencari seperti apa rupa kebahagiaan dan membangun tempat untuk kata Pulang,"
Bukan kata dan rayuan gombal tapi juatru kata² oenuh makna ini yg bikin hati aq juga ikut meleyot Bang Awan.