WARNING!!! CERITA INI HANYA UNTUK MEREKA YANG MENYUKAI ALUR SUPER LAMBAT DAN PERMAINAN KATA-KATA!
Layaknya Princess Hours, Melody Hwang tiba-tiba harus menikah dengan pewaris tahta tampan Emperor Group demi darah 250 cc dan uang 100 juta.
Menyelamatkan kakek yang sekarat, malah dinikahkan dengan cucunya.
Menikah tanpa cinta adalah lagu baru yang harus ia tulis dalam melodi romantisme kisah cintanya.
Berisi kisah sederhana yang sangat manis. Dialog yang ngegemesin. 😈
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sata Erizawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Kau Bahagia?
"Setelah lama mematung, akhirnya aku lama-lama capek juga. Bocah itu sungguh tak bisa diharapkan! Bisa-bisanya sampai hampir setengah jam tidak menemuiku. Untung tadi Ayane-nee menyempatkan diri mengajakku berbicara. Gila! Aku lapar dang sangat haus!"
Melody merasa tenggorokannya sangat kering karena sedari tadi ia tidak minum minuman apapun.
Melody berjalan pelan menuju stand minuman dan ia mengambil segelas minuman dingin dari stand itu.
Dengan cepat ia meneguk minuman itu. Rasa dingin minuman itu menyegarkan tenggorokannya.
Tiba-tiba sesosok laki-laki mendekatinya. Sosok yang sudah lama ia kenal.
"Al..Alvin-senpai? Ka..kau ada di sini?" Tanya Melody terbata.
Ia tidak menduga sama sekali jika pertunangannya akan dihadiri oleh Alvin, sahabat sekaligus mantan kekasihnya. Sekali lagi, mantan kekasih menghadiri pertungannya!
Ia kaget bukan main. Bagaimana bisa dunia begitu sempit? Ia bahkan tidak membuat undangan untuk mengabari teman-temannya, terutama Alvin.
"Kau, kenapa tidak memberitahuku?" Suara Alvin terdengar kesal di telinga Melody.
Melody sangat memahami perasaan Alvin-senpai padanya. Tapi mau bagaimana lagi, ini sudah menjadi jalan yang dipilihnya.
Banyak hal yang kini memenuhi kapsatitasa memori otaknya. Hutang, bayar hutang, dijodohkan, tunangan mendadak, mantan hadiri pesta pertungannya, tunangannya entah kemana.
Rasanya penuh di otak. Bebal untuk menjelaskan satu per satu agar menjadi serangakaian cerita yang bisa ia utarakan dengan benar.
Apa Melody masih memikirkan Alvin sang mantan kekasihnya?
Nyatanya hubungannya dengan Alvin tidak sesederhana itu. Banyak hal yang sudah ia lalui bersama Alvin karena ia dan Alvin sudah lama kenal bahkan sempat menjalin kasih di masa sekolah menengah.
"Ini mendadak, Senpai. Maafkan aku!" Melody menundukan kepalanya.
Melody benar-benar merasa bersalah. Meski kisahnya dengan Alvin sudah lama berlalu, tapi ia tahu betul bagaimana perasaan Alvin terhadapnya.
Bukankah dia wanita yang jahat?
Apapun keputusan yang Melody ambil, ujung-ujungnya akan membuat Alvin terluka. Ia merasa jika dirinya itu terlalu egois karena selalu menempatkan Alvin di tempat yang salah. Padahal Alvin adalah sosok bak malaikat pelindungnya selama ini.
"Jadi, apa kau bahagia?"
Tanya Alvin.
Melody tidak tahu harus menjawab seperti apa. Ia tidak bisa menceritakan semuanya tentang apa yang terjadi pada Alvin. Ia tidak bisa menceritakan alasannya bisa berakhir dengan bertunangan dengan Yudha. Ia tidak bisa bercerita mengenai masalah utang keluarganya dan bantuan dari keluarga Kazehaya.
Ia tidak bisa melakukannya!
Jika menceritankannya, yang ada ia hanya akan membuat Alvin semakin khawatir. Ujung-ujung ia akan kembali merepotkan Alvim seperti yang sudah-sudah. Untuk kali ini saja, ia ingin berdiri di atas kakinya sendiri.
Ia ingin menghadapi masalahnya sendiri.
"Se..seperti yang kau lihat." Jawab Melody mencoba meyakinkan Alvin meski sejujurnya ia tak paham apa saat ini sedang bahagia atau tidak.
"Oh, mungkin kau bahagia dengannya. Tadi kau tersenyum manis."
Alvin melihat bagaimana Melody tersenyum setelah acara tukar cincin. Ia hanya bisa mengambil kesimpulan jika Melody, mantan kekasih yang masih ia cintai, sedang bahagia dengan tunangannya.
"..." Melody hanya terdiam.
Kenapa perkataan Alvin begitu menyayat hati? Apa ia kembali melukai perasaan Alvin untuk yang kesekian kalinya?
"Aku turut bahagia untukmu." Kata Alvin ketika sesaat melihat Melody mengalami kesulitan karena perkataannya.
Jujur, Alvin tidak ingin Melody mengalami kesulitan akan dirinya. Ia ingin Melody bahagia dengan atau tanpa dirinya.
"Te-terima kasih banyak, Alvin-senpai."
"Baiklah, sepertinya aku harus segera pergi. Akan akan menjemput ibuku di bandara. Sampai jumpa di kampus, Melody-chan. Semoga bahagia selalu menyertaimu dalam setiap keputusan yang kau ambil."
Alvin hanya bisa memamerkan senyumannya.
Ia berusaha memberikan senyuman terbaiknya untuk Melody meski dalam hati rasa itu sulit dijelaskan.
"Sekali lagi te-terima kasih, Senpai. Kuharap Senpai juga akan selalu bahagia, sekarang dan nanti. Sampai jumpa, Senpai. Ha-hati-hati!"
"Ah.."
Melody memandangi pungung Alvin yang berjalan jauh meninggalkannya. Punggung Alvin terlihat sangat tegap dan kokoh.
"Kurasa Alvin-senpai tidak apa-apa. Dia tersenyum padaku dan mengucapkan selamat. Bukan suatu hal yang berlebihan jika aku menganggapnya baik-baik saja, kan? Apa aku saja yang terlalu percaya diri jika dia masih menaruh perasaan padaku? Baguslah jika dia sudah melupakan perasaanya padaku. Aku bisa lega. Bukankah itu yang selama ini aku harapkan? Bodoh sekali, aku bahkan tidak mengabari Bebek dan Alvin-senpai jika aku akan bertunangan. Aku masih terlalu shock dengan semua kejutan ini. Tuhan, aku harap besok akan baik-baik saja." Batin Melody saat melihat Alvin berjalan meninggalkannya.
"Hei, apa kau mengenal saudaraku?" Tanya Yudha yang membangunkan lamunan Melody.
"Saudara?"
Eh?
.
.
.
Alvin berjalan meninggalkan kediaman Kazehaya dengan pilu. Ia ingin marah, ia sangat kesal, ia terluka, hatinya teriris, hatinya perih, hatinya menderita, hatinya hancur, dan segala hal yang buruk ia rasakan. Namun lebih menyakitkan lagi karena nyatanya ia tidak bisa apa-apa.
Ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk mencegah Melody dan Yudha bertunangan.
Ia tidak bisa menghentikannya.
Ia tidak bisa berbuat banyak.
Ia hanya bisa menerima.
Ia hanya bisa pasrah melihat orang yang sangat ia cintai itu bertunangan dengan orang lain selain dirinya.
Lebih sakitnya lagi, jika pertunangan itu lanjut, maka ia akan benar-benar kehilangan Melody. Ia tidak akan bisa lagi mengharapkan cinta Melody.
Apakah ini akan menjadi akhir dari penantiannya?
Apakah sudah tak ada lagi jalan untuknya bersama Melody?
Alvin menutup kasar pintu mobilnya. Ia masuk dan memukul stir mobilnya untuk melampiaskan rasa kesal yang sedari tadi ia tahan. Ia lalu menunduk dan menjadikan stir mobil sebagai sandaran jidatnya.
"Banyak hal yang membuatku sangat terkejut ketika Yudha menyuruhku menghadiri acara pertunangannya. Aku tak menyangkan jika ia akan bertunangan secepat ini. Di usia yang sangat muda. Ah, aku melupakan satu hal, aku dan Yudha sama sekali tak pernah membahas mengenai kehidupan asmara kami... Dan ketika aku datang di pesta pertunangannya, aku kaget tak terkira karena calon tunangannya adalah orang yang sangat aku kenal. Melody Hwang. Mantan kekasih yang masih sangat aku cintai. Perasaanku tak menentu seketika. Aku banyak meminum minuman untuk melegakan perasaan tak menentuku. Aku bimbang, aku gelisah. Kedua orang itu sama-sama sangat berarti. Aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan? Tuhan, haruskah aku menyerah?"
________________________________________
Bagaimana rasanya mantanmu tunangan dengan orang lain padahal masih cinta? Poor mas Alvin. 😢😢😢
Ada yang pernah mengalami hal seperti ini? Tong yang kuat ya. Bukan jodohnya. Ada orang yang lebih baik untukmu. Biarkan mereka bahagia dan Tuhan yang akan membuatmu bahagia. Semangat!
Dunia lebih indah dari yang kau bahagiakan.
Bru ngeh ternyata likenya masih dikit mungkit alurnya terlalu lambat dan di situ2 aja
pdhal berharap bnyak adegan romantis nya tp masih gtu2 aja udh berjalan stengah thun dan jg udh hubungan suami-istri terlalu aneh mungkin .
makasih thor untuk karyanya