Dua keluarga yang semula bermusuhan akhirnya memutuskan menjalin aliansi pernikahan.
Posisi kepala negara terancam dilengserkan karena isu menjual negara pada pihak asing disaat perbatasan terus bergejolak melawan pemberontakan. Demi menjaga kekuasaan, Sienna sebagai putri bungsu kepala negara terpaksa menerima perjodohan dengan Ethan, seorang tentara berpangkat letjen yang juga anak tunggal mantan menteri pertahanan.
Bahaya mengancam nyawa, Ethan dan Sienna hanya bisa mengandalkan satu sama lain meski cinta dari masa lalu menjerat. Namun, siapa sangka orang asing yang tiba-tiba menikah justru bisa menjadi tim yang kompak untuk memberantas para pemberontak.
Dua dunia yang berbeda terpaksa disatukan demi mendapatkan kedamaian. Dapatkah mereka menjadi sepasang suami-istri yang saling menyayangi atau justru berakhir saling menghancurkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrlyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 (Janji)
"Dan kamu masih tetap ingin terjun di dunia yang sama?"
Sienna terdiam. Selama ini yang menjadi panutannya adalah sang ayah. Sosok kepala negara yang bertanggung jawab dan menyayangi rakyatnya. Sejak awal merintis karir sebagai politikus, karir Jimmy sudah begitu mulus tanpa hambatan. Dia tidak pernah kalah dalam pemilihan apapun, mulai dari kepala daerah hingga kini menjabat sebagai kepala negara.
Namun, belakangan ini situasinya berubah. Semua hal hebat yang dilakukan oleh Jimmy membuahkan ancaman. Kehidupan mereka dilewati dalam kewaspadaan, takut serta tekanan. Kedamaian seolah menjadi hal mewah dalam keluarga Foster.
"Aku hanya ingin mengabdi pada negara," jawab Sienna pelan. Ia mengangkat pandangan dan menatap Ethan tanpa gentar, menunjukkan keberanian yang sejak tadi disembunyikan.
"Saat hukum menjadi tidak adil, saat keamanan negara dipertaruhkan, hanya segelintir orang-orang yang benar-benar peduli... meski harus bertaruh nyawa, aku akan tetap menghadapinya," lanjut Sienna. Tidak ada keraguan sedikitpun yang terpancar dari sorot matanya.
"Termasuk mengorbankan perasaanmu?"
Sienna menarik dasi Ethan tanpa ragu membuat laki-laki itu seketika tersentak, mempersempit jarak diantara mereka.
"Apa pun... aku mungkin tidak bisa membela negara di medan perang melawan para pemberontak, tapi aku bisa berjuang dengan cara lain."
Ethan cukup kagum dengan jawaban yang Sienna ucapkan. Tubuhnya mungkin mungil, nyalinya mungkin menciut, tapi dia memilih untuk bertahan menghadapi semua ancaman.
Hening.
Ethan menatap dalam-dalam wajah Sienna yang penuh keyakinan. Ia menyeringai. Sang tuan putri ternyata tidak seburuk yang dibayangkannya.
"Aku tidak peduli meski harus hidup dengan orang asing seumur hidupku asalkan negara ini baik-baik saja," tutur Sienna.
Ethan tersenyum tipis seraya melepaskan dasinya dari genggaman gadis mungil yang mendadak begitu berapi-api di hadapannya.
"Kalau begitu tunjukkan di mana kamarmu dengan begitu kita tidak perlu lagi menjadi orang asing."
Wajah Sienna merah padam menahan amarah. Tanpa ragu ia mendorong tubuh Ethan menjauh.
"Temukan sendiri jika kamu berani!" tantang Sienna menatap tajam.
Gadis berusia 22 tahun itu tidak tahan lagi berada di dalam ruangan yang sama dengan Ethan. Laki-laki itu kasar dan tidak tahu malu.
"Selain wajahnya yang tampan, dia tidak memiliki apapun yang bisa dibanggakan."
Sienna terus menggerutu, ia bahkan tidak ragu untuk membanting pintu dengan kasar. Ekspresi mengejek yang sebelumnya Ethan tunjukkan seketika berubah menjadi datar. Ia melepaskan dasinya dengan kasar lalu membuka satu kancing kemejanya.
Jauh lebih baik jika mereka saling membenci.
Ethan kemudian melangkah keluar dari dalam ruang keluarga, ia berhenti sejenak saat melihat Sienna melangkah cepat menaiki anak tangga menuju lantai tiga.
"Jadi lantai tiga, huh?" ucap Ethan mengejek. Ruangan yang kosong dan megah tanpa ada siapapun selain mereka berdua membuat suara Ethan menggema sampai ke telinga Sienna. Langkah gadis itu seketika terhenti.
"Pergi sana, dasar pria mesum!" teriak Sienna tanpa ragu menimpuk Ethan dengan sepatunya.
Namun bukannya menghindar, Ethan justru menangkap sepatu melayang itu. Sienna melotot kesal. Ia membuka sebelah sepatunya lagi lalu melemparkan ke arah Ethan sekali lagi.
Sayangnya, sepatu itu malah terjatuh tepat di bawah kaki Ethan. Kini kedua sepatu heels milik Sienna berada di tangan Ethan. Laki-laki itu tersenyum mengejek lalu pergi sambil membawa sepatu Sienna bersamanya.
"Hey.... kembalikan sepatuku!" teriak Sienna kesal namun Ethan tidak menghiraukannya. Sang kapten pergi begitu saja, menuruni anak tangga dengan begitu santai setelah mencuri sepatu calon istrinya.
Setibanya di kamar, Sienna kesal sampai ke ubun-ubun. Itu adalah salah satu koleksi sepatu kesayangannya dan Ethan membawa sepatu itu pergi tanpa rasa bersalah.
"Tunggu aku pasti akan membalas kamu nanti... dasar Kapten sialan!" umpat Sienna sambil membanting tubuhnya ke atas tempat tidur.
Napasnya naik turun tidak beraturan. Sejak kecil Sienna diajarkan tata Krama layaknya seorang putri, seberat apapun masalah yang dihadapinya, ia akan tetap menyelesaikannya dengan penuh keanggunan, tapi Ethan bahkan berhasil membuatnya berteriak di dalam rumah seperti gadis gila.
"Bagaimana aku harus menghadapinya seumur hidup nanti, Tuhan? Belum apa-apa aku sudah nyaris gila dibuatnya!" keluh Sienna kesal.
Sementara itu Ethan tiba di ruang kerja Jimmy untuk berpamitan. Ayahnya sudah lebih dulu pulang. Begitu menerima mandat, berbincang sebentar lalu dia segera bertugas.
"Kepala negara sudah menunggu Anda, Kapten," ucap Hugo seraya mempersilahkan Ethan masuk.
"Dimana Sienna?" tanya Jimmy begitu melihat Ethan datang sendirian.
"Nona Sienna sudah kembali ke kamarnya," jawab Ethan dengan sopan.
Jimmy mengangguk pelan. Namun, penampilan Ethan yang sedikit berantakan hingga sepatu Sienna yang berada di tangannya membuat Jimmy menelisik bingung.
"Kenapa sepatu Sienna ada padamu?"
"Sienna memberikannya padaku. Mungkin dia takut aku lupa ukuran sepatunya, jadi dia memberikan contoh."
Jimmy tertawa mendengar jawaban Ethan, sedikit lebih lega karena sepertinya hubungan Ethan dan Sienna berjalan lancar.
Melihat paras Ethan yang gagah dan tampan, Dave bukanlah tandingannya. Jimmy bersyukur bila Sienna bisa melepaskan kekasihnya dan menerima dengan lapang dada perjodohan yang telah diatur.
"Rencana pernikahan kalian sudah diumumkan. Aku tahu semua ini tidaklah mudah bagi kalian, tapi Sienna adalah gadis yang lemah lembut. Kelak dia pasti akan menjadi istri yang baik untukmu."
Lemah lembut? Sebelah alis Ethan terangkat naik. Sepertinya tidak begitu. Gadis itu bahkan berani menarik dasinya.
"Ya, dia memang lemah lembut," jawab Ethan sarkas.
"Aku percaya padamu sama seperti aku percaya pada ayahmu." Jimmy menepuk bahu Ethan pelan. Ia tersenyum, tapi sorot matanya terlihat sedih.
"Sienna tumbuh besar layaknya tuan putri. Tidak seharusnya aku memanjakannya, tapi aku terlalu menyayanginya. Dia adalah hidupku, kelak bila sikapnya merepotkan, katakan saja padaku. Aku yang akan memarahinya."
Ethan terdiam. Ia dapat merasakan kasih sayang Jimmy kepada Sienna begitu besar. Itulah kenapa disaat situasi begitu kacau, Sienna yang dijadikan target oleh para musuh. Jika terjadi sesuatu pada Sienna maka yang hancur adalah kepala negara.
"Ethan, berjanjilah padaku. Apa pun yang terjadi, lindungilah Sienna... sebagai seorang ayah, aku menyerahkan putri kesayanganku padamu."
Deg!
Perasaan ini, tanggungjawab ini, terasa lain. Ethan tidak mengerti mengapa hatinya tiba-tiba saja bergetar.
"Apa kamu bersedia?"
***