"Janji di Atas Bara" – Sebuah kisah tentang cinta yang membakar, janji yang teringkari, dan hati yang terjebak di antara cinta dan dendam.
Ketika Irvan bertemu Raisa, dunia serasa berhenti berputar. Cinta mereka lahir dari kehangatan, tapi berakhir di tengah bara yang menghanguskan. Di balik senyum Raisa tersimpan rahasia, di balik janji manis terselip pengkhianatan yang membuat segalanya runtuh.
Di antara debu kota kecil dan ambisi keluarga yang kejam, Irvan terperangkap dalam takdir yang pahit: mempertahankan cintanya atau membiarkannya terbakar menjadi abu.
"Janji di Atas Bara" adalah perjalanan seorang pria yang kehilangan segalanya, kecuali satu hal—cintanya yang tak pernah benar-benar padam.
Kita simak kisahnya yuk, dicerita Novel => Janji Di Atas Bara
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25
"Kau memikirkan dia, Raisa? Kau takut dia benar-benar akan membawamu pergi?" tanya Dharma datar.
Raisa menggeleng pelan dan menoleh pada sang Papah. "Tidak, Pah. Aku tidak memikirkannya.'
Dharma tersenyum miring. "Ya-- dan untuk apa kau memikirkannya. Benar begitu, Raisa?" katanya dengan nada sinis.
"Kau sudah berhasil membuat seorang pria berputus asa demi cintamu selama tiga tahun. Dia bahkan rela menghancurkan dirinya sendiri, dipukuli polisi berkali-kali, bahkan menumbangkan seluruh usahaku." Dharma menatap Raisa tajam. "Dan sekarang-- untuk apa kau memikirkannya lagi, iya kan Raisa?"
DEG!
Raisa menjawab dengan wajah gelisah, tak tahu harus berkata apa. Dia sadar dirinya juga bersalah dalam posisi ini.
"Apa salahku? Aku---"
"Diam!" pekik Dharma yang sudah muak dengan semua drama anaknya.
Mendengar sang papah membentak, Raisa sontak terdiam dan menunduk. Lalu Dharma kembali bicara.
"Jika Febri adalah pacarmu, lalu kenapa kau mempermainkan hati Irvana? Apakah kau pernah melihat kondisinya? Apa kau tahu dia berubah sampai sejauh itu?"
"Papah, aku tidak tahu dia akan menjadi seperti itu!" bantah Raisa dengan nada frustasi.
Dharma menggeleng pelan, memandang wajah Raisa dengan kecewa.
"Aku seorang politikus, sayang. Aku tidak menyangka anakku sendiri yang menyebarkan virus kebencian dariku untuk sahabat ayahnya. Aku membesarkanmu dengan kasih sayang. Inikah balasanmu padaku, Raisa?" ujar Dharma dengan nada berat.
Raisa menggeleng cepat, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Papah, tolong dengarkan aku---" katanya sedih. "Febri akan datang dua hari lagi. Jika Febri bertemu dengan Irvana, aku---"
Dharma mengangkat tangannya tinggi, nyaris menampar Raisa karena emosi.
"Kau seharusnya memikirkan ini sejak awal, Raisa!"
"Jika Papah tahu segalanya, kenapa Papah tak mengatakan apa pun padaku waktu itu?!" Raisa membalas dengan mata melotot, menahan amarah dan tangis yang menyesakkan.
"Karena aku seorang ayah!" seru Dharma.
Keduanya terdiam sesaat, sama-sama bernafas berat menahan emosi.
"Dan-- Papah akan melakukan apa pun demi kebahagiaanmu. Bahkan kali ini, demi kebahagiaanmu, aku sampai melakukan kesalahan pada Irvana," kata Dharma lirih.
Raisa terdiam, menunduk. Ia tak tahu lagi harus berbuat apa.
Dharma menggeleng pelan, lalu meninggalkan Raisa yang masih berdiri di balkon belakang rumah, ditengah langit yang menembus tebing dan pegunungan tinggi.
~~
Malam itu.
Dharma menemui seseorang. Ia duduk di ruang tamu dengan wajah gelisah, kedua jemarinya saling meremas tak tenang.
"Tolonglah aku--- Irvana bisa merusak kehidupan rumah tangga putriku," ujarnya cemas kepada seorang pria berwajah kejam, ahli dalam pengeroyokan, penculikan, bahkan pembunuhan. Dia dikenal dengan nama Tuan Raja.
Raja bersedekap dada dengan wajah sombong.
"Lalu apa yang harus aku lakukan untuk menyelesaikan masalah keluargamu, Tuan Dharma?" tanyanya dingin.
Di ruangan itu, tampak pula Maulana, Roy, dan beberapa anak buah Raja yang ikut mendengarkan.
"Maksud Tuan Dharma adalah, kita harus melakukan sesuatu agar Irvana tak bisa lagi berkutik," jelas Maulana.
"Oh, begitu--" Raja mengangguk pelan lalu menatap Dharma tajam.
"Lalu apa yang akan aku dapatkan jika berhasil membuat pria itu tak berdaya?"
Dharma tak menjawab. Ia hanya melirik Maulana, memberi isyarat agar dia yang bicara.
"Tuan Raja, Tuan Dharma ini sangat dermawan. Apa pun yang kau minta, dia pasti akan memberikannya," kata Maulana meyakinkan.
Raja menatap Dharma tajam, seolah menuntut janji.
"Aku akan mengangkatmu menjadi wali kota tahun depan," kata Dharma akhirnya.
"Lalu apa lagi?" tanya Raja dengan nada menantang.
Dharma terdiam sejenak, keningnya berkerut.
"Aku juga akan memberikan bayaran berapa pun yang kau minta," jawabnya kemudian.
Raja tersenyum puas dan mengangguk.
"Baiklah, itu keputusan yang aku inginkan," katanya.
Maulana yang bersandar santai di sofa bertanya,
"Apa kau tak ingin tahu apa rencana Tuan Dharma pada Irvana?"
Raja mengangkat alis.
"Kau tidak ingin membunuh pria itu? Lalu apa yang harus aku lakukan padanya?"
Dharma menghela napas panjang.
"Cukup singkirkan saja dia--.sampai besanku kembali pulang ke London membawa Raisa. Kau lihat sendiri kondisinya. Dia memang masih hidup, tapi jiwanya sudah mati. Aku hanya tidak ingin dia mengganggu keluargaku selama besanku ada di sini. Itu saja," ucapnya dingin.
Raja mengangguk, lalu memanggil anak buahnya.
"Roni, ambilkan kunci gudang. Sembunyikan Irvana di sana," perintahnya.
~~
Di rumah Darwis.
Pria paruh baya itu menatap foto dirinya bersama Irvana yang dulu tampan dan bersih tak seperti sekarang. Ingin bicara dari hati ke hati, Darwis akhirnya membuka kamar putranya yang sejak tadi dikunci dari luar. Tapi saat pintu terbuka---
Irvana tak ada.
Jendela kamar terbuka lebar. Dari sana, ia kabur_ meski tingginya hampir tiga meter dari tanah.
Panik, Darwis segera keluar rumah. Hujan turun sangat lebat malam itu. Ia menyalakan mobil jeep tuanya dan melaju menembus badai, mencari anaknya yang hilang.
Sementara itu, Irvana berjalan di tengah hujan dengan langkah lebar dan wajah penuh amarah. Air hujan membasahi seluruh tubuhnya, tapi ia tak peduli. Matanya tajam, penuh dendam dan luka yang menuntun langkahnya.
Darwis terus berteriak di tengah hujan deras.
"Irvanaaa!"
Namun suara itu tenggelam oleh deru petir dan hujan.
Irvana terus melangkah tanpa arah, sampai cahaya lampu mobil menyoroti punggungnya dari belakang. Mobil itu berhenti. Dari dalam, keluar Maulana, Roy, dan beberapa anak buah Raja.
Maulana melangkah mendekat. Saat ia hendak memecut rantai motor ke arah Irvana---
Sraaang!
Dengan sigap, Irvana menangkap rantai itu hanya dengan satu tangan. Seketika, tubuh Maulana terseret mendekat ke arahnya. Dalam gerakan cepat, Irvana memutar tubuh Maulana dan menjerat lehernya menggunakan rantai itu.
Maulana menjerit.
"Aaarrgh!"
Irvana terus mencekik dengan kekuatan penuh, matanya berkilat gila, penuh dendam dan amarah yang menumpuk bertahun-tahun.
"Heeey!" teriaknya lantang di tengah derasnya hujan.
"Demi cintaku malam ini! Siapa pun yang berani menghentikan langkahku_ dia akan mati!"
Air hujan terus mengguyur wajahnya yang penuh luka dan amarah. Nafasnya memburu, matanya merah menyala. Dalam gelap malam, kilatan petir memantul di bola matanya, memperlihatkan sosok pria yang kehilangan segalanya_ kecuali satu hal, keinginannya untuk mendapatkan Raisa kembali.
...----------------...
Next Episode...
tamat ternyata,y ampuun
hanya karena cinta semua jadi berantakan,persahabatan n juga ikatan hangat yg dulu pernah terjalin,hm
makasih Thor
d tunggu cerita selanjutnya.
kabar kabarin yaaa 😊
semangat
terus itu ciuman bentuknya apa Raisaaaaa,ikh nh ce
oh cintaaaa
kumaha ieu teh atuh nya
lanjut