"Hai Om, ganteng banget sih. mana lucu, gemesin lagi."
"Odel. a-ah, maaf tuan. teman saya tipsy."
Niccole Odelia jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang pria dewasa yang ditemuinya di bar. meski mabuk, dia masih menginggat dengan baik pria tampan itu.
Edgar Lysander, seorang pengusaha yang tampan dan kaya. dia tertarik pada Odelia yang terus menggodanya. namun dibalik sikap romantisnya, ada sesuatu yang dia sembunyikan dari Odelia.
Akankah cinta mereka semulus perkiraan Odelia? atau Odelia akan kecewa dan meninggalkan Edgar saat mengetahui fakta yang disembunyikan Edgar?
ikuti terus kisah cinta mereka. jangan lupa follow akun Atuhor.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 25
"Mau ke rumah sakit sekarang?"
Edgar berdiri dari duduknya, dia mengangguk pelan kemudian masuk ke dalam penthouse milik adiknya. Dia masuk ke kamar lalu berganti pakaian, setelah selesai Edgar dan Theodore keluar dari penthouse menuju rumah sakit tempat Samuel dirawat.
Mereka menempuh waktu sekitar dua puluh menit, sampai di rumah sakit mereka masuk ke dalam.
Ceklek.
Theodore membuka pintu kamar Samuel dirawat.
"Sam, gimana keadaan kamu?" tanya Theo.
"Yah, seperti ini lah kak."
"Mah." sapa Edgar pada Giovani.
Samuel membuang muka saat melihat wajah seram Edgar. Dia lebih takut pada kakaknya daripada orang tuanya sendiri.
"Apa yang kamu lakukan sampai kecelakaan seperti ini?" tanya Edgar dingin.
"Ed, jangan terlalu keras sama adik kamu." tegur Giovani.
Edgar memilih duduk disofa sambil menyilangkan kakinya, dia menatap tajam Samuel yang sama sekali belum membuka mulutnya.
"Theodore."
Theo yang dipanggil langsung mengangguk.
"Menurut keterangan polisi, kecelakaan Samuel Lysander disebabkan oleh-"
"Oke oke, stop." ucap Samuel memotong perkataan Theo.
"Jelaskan." perintah Edgar.
Giovani menggelengkan kepalanya melihat kelakuan dua putranya, jika mereka masih satu rumah sudah pasti dia akan kewalahan menghadapi tiga laki-laki dalam mansion Lysander.
"Mah, maafin Sam." rengek Samuel.
Edgar memutar bola matanya malas, sejak dulu Samuel selalu menggunakan jurus andalannya jika dalam situasi terpojok seperti ini.
"Sam." tekan Edgar.
"Iya Sam ngaku, Sam nyetir sambil mabuk." ucap Samuel pada akhirnya.
"Mah, mama nggak marah kan?" bujuk Samuel.
Edgar tersenyum miring, dia berdiri dari duduknya kemudian menghampiri adiknya.
"Kakak mengizinkan kamu kuliah disini bukan untuk mabuk-mabukan Sam."
"Jika sudah seperti ini siapa yang rugi, hem?"
"Iya, Sam minta maaf." ucap Samuel menyesal.
"Jangan diulangi lagi ya."
Samuel mengangguk.
"Kak Alysa nggak ikut?"
Seketika ketiga orang disana saling tatap saat Samuel menanyakan kakak iparnya.
"Kenapa?" tanya Samuel bingung saat semua orang terdiam dengan ekspresi wajah yang berbeda-beda.
"Kak Alysa di rumah, dia nggak ikut karena ada urusan pekerjaan." jawab Giovani.
"Kakak dan Alysa akan segera bercerai."
"Apa?" pekik Samuel terkejut.
"Ed."
"Sam anggota keluarga kita mah, dia berhak tahu."
"Tapi kenapa kak? Bukannya selama ini kalian baik-baik saja? Bahkan Sam sering bertukar kabar dengan kak Alysa."
"Ceritanya panjang, yang jelas diantara kami sudah tidak ada kecocokan lagi."
"Kak Alysa cantik, kurangnya apa coba?" gumam Samuel.
Edgar menghembuskan nafas pelan. "Kamu masih terlalu kecil untuk memahami apa itu pernikahan Sam."
Mendengar perkataan ucapan kakaknya membuat Samuel mencebikan bibirnya.
"Mah, besok kalau Sam sudah dewasa Sam nggak mau dijodohin kaya kak Ed. Sam mau mencari wanita yang Sam cintai."
Deg.
Giovani menatap putra pertamanya, seketika rasa bersalah menyeruak dalam hatinya. Hanya demi kepentingan bisnis dia dan suaminya harus mengorbankan kebahagiaan Edgar.
Kata-kata Samuel berusan menyadarkannya, harusnya sebagai orang tua mereka tidak boleh egois.
"Maafkan mama Ed."
Edgar memeluk mamanya yang duduk di kursi.
"Mama tidak perlu minta maaf, ini bukan salah mama."
Drrtt.
Drrtt.
Ponsel Edgar bergetar di saku celananya, dia segera melepaskan pelukan mamanya lalu mengambil ponselnya. Sudut bibirnya terangkat saat melihat ponselnya.
Giovani memperhatikan ekspresi wajah putranya, dia mengerutkan kening saat melihat senyum di wajah Edgar yang tak seperti biasanya.
Tanpa berucap sepatah katapun, Edgar menuju sofa lalu duduk dengan senyum yang tak pernah luntur.
"Kakak kenapa?" tanya Samuel lirih.
Giovani mengedikan bahunya, dia beralih menatap Theo yang berdiri disampingnya.
"Siap-siap saja nyonya mempersiapkan seserahan lagi." lirihnya.
Giovani terkekeh pelan. "Kami bisa saja Theo."
Edgar menatap panggilan dari gadis kecilnya, dia memilih membiarkannya saja sampai panggilan itu terputus sendiri. Dia kemudian mengirimkan pesan pada Odelia.
Me: ada apa Del? Maaf aku tidak bisa angkat telfon kamu.
Ting.
Odelia: oke om.
Edgar kembali terkekeh pelan, dia sedang membayangkan wajah Odelia ketika bilang 'oke om' dengan nada dan wajah imutnya. Rasanya Edgar sudah merindukan gadis itu, jika Samuel tak kecelakaan mungkin dia saat ini dia bisa bertemu dengan Odelia.
Me: kamu lagi apa?
Ting.
Odelia: (send pic) habis mandi, lagi lihat bibik masak.
Me: lagi belajar masak?
Ting.
Odelia: enggak sih, cuma lihat-lihat aja.
"Dasar gadis manja." gumam Edgar.
Samuel melambaikan tangannya pada Theodore membuat Theodore mengangguk lalu mendekat.
"Kak Edgar kenapa?"
"Sebentar lagi kamu bakal punya dua kakak ipar." jawab Theo.
"Kak Theo tahu?"
Theodore menganggu. "Tahu, dia gadis-"
"Apa kerjaan sampingan kamu sekarang jadi tukang gosip The?"
Theodore menegakkan tubuhnya.
"Kalian ini, selalu saja ribut."
Di belahan negara lain, sore ini Odelia tengah duduk dikursi sambil menatap asisten rumah yang tengah memasak untuk makan malam nanti. Odelia ingin dimasakkan tumis jamur, membuat gadis itu melihat proses pembuatannya.
"Masak susah nggak sih bik?" tanya Odelia.
"Kalau tahu bahan sama bumbunya ya nggak susah non." jawab bik Ratih.
"Non Odel mau belajar masak?" tanya bik Ratna.
Dengan tegas Odelia menggelengkan kepalanya. "Nggak ah bik, mama aja jarang masak kok."
"Kenapa non? Nanti kalo non Odel punya suami kan bisa dimasakin. Masakan rumah nggak bisa dibeli dimana-mana non."
Odelia menyangga dagunya menggunakan satu tangannya.
"Besok Odelia mau punya suami yang kaya tujuh turunan bik, kalo laper tinggal beli restaurant sekoki-kokinya."
Bik Ratna dan bik Ratih kompak tertawa.
"Non Odel ada-ada aja." ucap bik Ratih disela tawanya.
"Saya doain keinginan non Odel buat punya suami kaya terkabul."
"Amin." ucap mereka bertiga bersamaan.
"Ada apa nih, rame banget?"
Alan, papa Odelia masuk ke dapur untuk mengambil air putih. Tak menyangka dia akan melihat putrinya tengah berada di dapur.
"Odel mau bantuin bibik masak?" tanya Alan.
"Enggak, Odel lihat-lihat aja pah."
Alan mengusap pucuk kepala Odelia lembut. "Anak cewek kok nggak mau belajar masak sih?"
"Kata non Odel, nanti kalo punya suami kaya kalo laper mau beli restoran sekalian kokinya tuan." adu bik Ratna.
Alan tertawa kecil membuat Odelia mengerucutkan bibirnya.
"Mana ada cowok kaya yang mau sama cewek pemalas kaya kamu?" ledek Alan.
"Ih papa, ya ada aja lah. Buktinya om Ed-"
Odelia lekas membungkam mulutnya saat hendak keceplosan menagatakan pria yang tengah dekat dengannya.
"Om?" tanya Alan terkejut.
"E-enggak, ah Odel males ah sama papa."
Mencari aman, Odelia mengambil ponselnya kemudian kabur dari dapur.
"Odel, astaga. Mulut lo licin banget sih, hampir aja keceplosan." batin Odelia.
"Lebih baik gue jajan aja, duit direkening mau buat apa coba." gumam Odelia.