NovelToon NovelToon
180 Hari Menjalani Wasiat Perjodohan

180 Hari Menjalani Wasiat Perjodohan

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Ink

Irgi beralih menatap Humaira.

Wajah calon istrinya itu sangat polos tanpa make up sama sekali. Tubuhnya juga dibalut baju gamis panjang serta jilbab pink yang menutup bagian dadanya. Dia sungguh jauh berbeda dengan pacarnya yang bernama Aylin.

Selain memiliki wajah yang cantik, Aylin pandai berdandan serta modis dalam berpenampilan. Kepopulerannya sebagai influencer dan beauty vloger membuat Irgi sangat bangga menjadi kekasihnya.

Namun wasiat perjodohan mengacaukan semuanya. Dia malah harus menikahi gadis lain pilihan kakeknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Ink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kopi KW

Seiring musim hujan yang mulai datang, tanah kuburan yang biasanya gersang dan kering kini nampak basah dan subur. Beberapa jenis rumput bahkan tumbuh subur di sela-sela batu coral yang sengaja ditabur di atas tanah kubur Almarhum Bapak Maira.

Melihat kondisi area makam yang kotor, Humaira tidak segan untuk mencabuti tumbuhan liar itu dengan tangan kosong. Ia juga memanfaatkan sapu lidi yang tersedia di area pemakaman untuk menyapu daun-daun kering yang mengotori sekelilingnya.

Irgi hanya melongo melihat istrinya.

Ia melihat kedua tangan Humaira belepotan tanah basah. Sambil menyapu, sesekali gadis itu menyeka keringat yang mengucur di pelipisnya dengan lengan baju. Gerakan tubuh sang istri yang bertubuh mungil begitu gesit dan telaten membersihkan semuanya.

"Hey, kok bengong? Kamu gak mau bantuin aku?" Humaira menatap tajam suaminya dari jauh.

Dia tahu sang suami sedang memerhatikannya.

"Eeee, aku harus ngapain?" Irgi berjalan mendekati posisi istrinya yang masih memegang sapu lidi.

Irgi bingung harus melakukan apa, sementara ia tidak biasa melakukan pekerjaan kotor seperti itu.

"Kuburan di sini, gak ada petugas kebersihannya, cuma keluarga dan kerabat pemilik makam yang bisa bersihin." tutur Humaira.

"Oowh, gitu...Kirain ada petugasnya yang jaga makam."

"Maklum, ini kuburan di Desa. Yang jaga makam ada si, tapi ya beneran cuma jaga aja. Gak mungkin dia sukarela bersihin semua kuburan di sini."

"Itu, banyak yang sampe kotor begitu, ya ampun!" Irgi terperangah melihat tiga kuburan terdekat yang dijalari aneka semak belukar hingga makamnya tersembunyi dan dipenuhi lumut.

"Itu tandanya, keluarga udah gak pernah berkunjung lagi." Humaira mengikuti arah mata sang suami yang rupanya begitu penasaran.

"Kasihan ya..." Tatapan Irgi menyapu seluruh area pemakaman yang luas itu.

Kondisi itu sangat berbeda dengan Kuburan Almarhum kakeknya yang berada di tanah pemakaman elit. Setiap hari ada petugas yang menjaga dan mengurusnya dengan baik. Meskipun keluarganya jarang berziarah, kondisi makam tetap aman dan terawat.

"Itulah kenapa, aku langsung bersihin makam Bapak, kalo Bapak bisa lihat dari sana, dia gak sedih karena keluarganya sering berkunjung. " Mata Humaira nampak sendu, menyebut kata Bapak.

"Hemmm, ya udah sini aku bantuin. Itung-itung kenalan juga sama Bapak!" Irgi tertawa kecil.

Ia menerima sapu dan sekop dari tangan Humaira.

"Ini, sampahnya Kamu sekop, terus buang ke ujung sana ya!" titah Humaira sembari menunjuk tumpukan daun kering di area makam paling ujung.

"Oke, keciiiil ini mah!"

Srek sreek sreekk

Humaira tertawa kecil melihat gerakan tangan dan kaki suaminya yang kaku seperti robot.

Tapi dia mengapresiasi niat baik Irgi untuk membantunya.

"Ya udah, aku mau cuci tangan dulu di sungai. Air ini gak cukup, " ujar Humaira sambil menenteng botol air yang dibawa dari rumah.

Setelah area makam bersih, Humaira segera duduk di sisi kanan kuburan Bapaknya, matanya menatap sendu batu nisan di hadapannya itu.

Abdul Yusuf bin Zabidi.

Benda keras dengan sedikit ukiran itu, mengukir jelas sebuah nama yang begitu berarti dalam hidup Humaira. Jika masih hidup, usia Bapak sudah menginjak empat puluh sembilan tahun. Sayangnya, beliau begitu cepat pergi.

Ini tahun kelima, kepergian Bapak.

"Buku Yasinnya..." Humaira menengadahkan tangan, menatap sang suami yang duduk di sisi kanan makam.

Mata Humaira sedikit berembun saat itu. Ia tidak bisa menahan kerinduan pada orang yang telah berbeda alam dengannya itu.

Berziarah ke kuburan Bapak, rasanya seperti menyalurkan rindu. Setiap doa-doa yang ia panjatkan ibarat bahasa kasih sayang yang ditunggu-tunggu oleh pemilik kubur. Itu juga menjadi satu-satunya cara komunikasi dua arah yang tidak langsung.

Irgi menyerahkan satu buku Yasin pada Humaira.

Satu buku lagi, ia buka dan perhatikan isi di dalamnya. Foto Almarhum Bapak terpampang jelas di halaman ke dua.

Lantunan surat Yasin dan beberapa surat pendek yang dibacakan oleh Humaira terdengar merdu dan syahdu. Iramanya cepat tapi tartil dan berirama.

Irgi terlihat takjub melihat istrinya begitu pandai mengaji. Sementara dirinya, masih terbata-bata membaca ayat Alquran.

***

Pukul satu siang

"Lu masih di rumah mertua lu?" Zidan bertanya dari ujung telepon.

Suaranya terdengar kurang jelas seperti sedang mengunyah makanan.

"Iya, rencananya, gua mau nginep dua malem di sini. Mertua gua masih sakit, gak enak kalo cuma nengok doang terus balik lagi."

Terdengar helaan nafas cukup panjang dari sebrang.

"Mertua lu, moga2 lekas sembuh ya!" seru Zidan kemudian.

"Aamiin! Yang ikhlas dong doainnya, " Irgi terkekeh pelan sambil terus menggeser-geser mouse pada mouse pad di atas meja.

Matanya sedang menatap beberapa thumbnail video yang baru ia buat.

"Ikhlas gua, bro!.. Kerjaan gimana? Lu kerjain kan?" Zidan memberi tekanan lebih pada kalimatnya.

"Iya, ini gua juga lagi di depan laptop. Dua video udah beres, sisanya gua lanjut lagi sampe sore. Besok juga selesai. Mau video call? Barang kali lu gak percaya!"

"Gak usah, gua laki makan siang, bentar lagi harus balik kerja. Gua percaya sama lu!"

"Lagi makan? Pantesan dari tadi suara lu gak jelas!" gerutu Irgi.

"Semenjak lu punya bini, gua perhatiin lu jadi lebih rajin. Biasanya lu ngeluh mulu, mager lah, capek, pusing! Sekarang beda. Gak mesti gua suruh, lu inisiatif! Dua jempol dah buat lu!"

"Emang gua berubah ya?" Dahi Irgi berkerut. Ia memutar bola matanya dan mengalihkan pandangannya ke arah atap.

"Emang lu gak ngerasa?" Zidan balik bertanya.

"Mungkin juga...."

"Ya wajar, cowok kan punya sisi maskulin. Di sebelah pasangannya, pasti selalu pengen jadi provider, ingin diandalkan dan punya sesuatu yang bisa dibanggakan! Lu mulai menunjukkan tanda-tanda maskulinitas seorang cowok!"

"Ah, kaya konselor pernikahan aja lu bahas ginian!"

"Lah, gua mah belajar teori dulu sebelum kawin!"

"Heleeh!"

"Eh, tanyain bini lu dong, dia punya temen gak yang masih jomblo. Gua mau nyari bini yang soleha juga!"

"Pede banget lu! Cewek Soleha itu...." Kalimat Irgi terhenti karena Humaira berjalan menghampirinya.

Irgi reflek menurunkan kakinya yang sejak menelpon pindah ke atas kursi. Tanpa penutupan, ponselnya langsung ia matikan.

"Ngobrol sama siapa?" tanya sang istri sambil menaruh segelas minuman dingin di sebelah mouse.

"Zidan. Biasa, bahas kerjaan. Apa ni? Kopi?" Mata Irgi menatap bentuk gelasnya yang besar dengan logo brand kopi ternama.

"Ori gak ni?" Irgi mengaduk isi gelas dengan sedotan stainles di dalamnya.

"KW super. Cobain aja!"

"Emm, kok enak. Mirip lagi rasanya kaya beli di outletnya! Ini pasti beli! Ya kan?" Irgi mengerjapkan matanya.

"Gua bikin sendiri kok. Tengok aja bekasnya di dapur!" Humaira tersenyum bangga.

"Waah, ini enak Maira! Resepnya Kamu dapat dari mana?"

"Banyak kok di YouTube, tiktok. Coba kamu bikin juga buat konten Kamu!"

"Ahha, ide bagus tu! Bahan-bahannya masih ada kan, Maira?"

"Masih ada di dapur."

"Ya udah, aku beresin satu video lagi dulu. Nanti Kamu bantuin aku kan?" Irgi buru-buru melanjutkan pekerjaannya.

"Kamu nanya atau minta tolong?"

"Minta tolong. Pliiiis!" Irgi memandang sang istri sambil melempar senyum lebar.

"Iya, iyaaa..."

...****************...

1
Yoona
please temuin aku sama irgi pengen aku tendang kepalanya 😤😤
Nurika Hikmawati
Irgi... beliin AC dong di rumahnya Maira
Pandandut
nyebelin amat sih/Grievance/
Dewi Ink: ngeselin emang
total 1 replies
Rezqhi Amalia
duduk memantau🌝
Bulanbintang
Orang tua memang nggak pernah jujur soal perasaannya, tp sbg anak kita bisa ngerasain yg sebenarnya. 😌
Muffin
Nggak usah malu kan udh halal maira . Hadusnya yg malu anomali ituu
iqueena
Sana husss husss
Dewi Ink: kucing x ah🤣
total 1 replies
🌹Widianingsih,💐♥️
udah mulai saling ngobrol dan nggak cuek- cuekan lagi..... lanjut lah
drpiupou
wah Irgi Alhamdulillah yah sadar dikit dikit.

hmm covernya bagus kak
Dewi Ink: makasih kak
total 1 replies
Athena_25
zidan, kamu tungguin jandanya maira aja, biar segera punya istri wkwkwk biar gondokan itu si irgi nnt klo tau km yg nikahin mntan istrinya😂😂😂
Alyanceyoumee
haduuuh, puas banget da buat kamu Irgi.
Yoona
kalo ada diskon maju paling depan🤭🤭
Dewi Ink: cewek
total 1 replies
CumaHalu
lain kali kunci aja Humaira, jangan nunggu kang selingkuh.
Dewi Ink: 😂😂😂😂😂
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk
Dewi Ink: ditunggu ya kak, makasih udah mampir🤗
total 1 replies
kalea rizuky
zidan jd pebinor aja q mendukungmu ambil dia dr suami durjana/Curse//Curse/
kalea rizuky
uda cerai aja makan tuh jalang bekas orang pasti dikasih berlian milih sampah gi
Nurika Hikmawati
Irgi gak asik deh
Dewi Ink: begitulah kak
total 1 replies
Avalee
Alur ceritanya menarik, pemeran utama laki-lakinya bikin emosi naik turun 🫵🏻. Semangat berkarya ya thor, aku padamu 🥰
Dewi Ink: makasih ya kak
total 1 replies
Pandandut
sudah tertulis
Dewi Ink
kasian ibunya lagi sakit ka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!