NovelToon NovelToon
Cassanova - Dendam Gadis Buta

Cassanova - Dendam Gadis Buta

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Spiritual / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Dendam Kesumat
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Wida_Ast Jcy

Casanova seorang gadis cantik. Namun sayang sekali ia memiliki kekurangan. Kedua matanya buta. Meski ia buta ia merupakan kembang desa. Karena kecantikannya yang luar biasa. Dan ia pun memiliki keahlian pandai mengaji. Ia pun bercita cita ingin menjadi seorang Ustadzah. Namun sayang...cita cita itu hanya sebatas mimpi dimana malam itu semuanya telah menjadi neraka. Saat hujan turun lebat, Casanova pulang dari masjid, ditengah perjalanan ia dihadang beberapa pemuda. Dan hujan menjadi saksi. Ia digilir secara bergantian lalu ia dicampakan layaknya binatang. Karena ia buta, para pemuda ini berfikir, ia tak mungkin bisa mengenali mereka. Dan mereka pun membiarkan Casanova hidup. Namun disinilah awal dendam itu dimulai. Karena sifat bejad mereka, mereka telah membangkitkan sesuatu yang sangat menakutkan didesa itu.

"Mata dibayar mata. Nyawa dibayar nyawa. Karena kalian keluarga ku mati. Maka satu persatu keluarga kalian juga harus mati.

Yuk... ikuti kelanjutan kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 SAKIT KIRIMAN

Namun sebelum Casanova sempat bangun, sebuah sensasi mengerikan mengalir di mulut Bu Rahmi hangat, lengket, dan bukan seperti muntah biasa. Ini berbeda. Cairan itu hitam pekat… darah. Bukan merah, tapi legam seperti terbakar, mengalir deras dari bibirnya dan berjatuhan ke lantai dengan suara yang membuat bulu kuduknya berdiri.

Matanya membelalak, jantungnya berdegup liar. Tubuhnya limbung dalam kepanikan. Ia ingin bersuara, tapi hanya erangan lirih yang keluar dari tenggorokan. Tangannya mencoba meraih sisi tempat tidur, namun tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan.

Perutnya terus berdenyut, seakan ada sesuatu yang mencengkeram dari dalam perut dan merobek-robek dagingnya.

“Aaakhh…!

"Aaakhh...!

"Aaakhh...!

Jeritan kesakitan akhirnya meluncur keluar, memilukan dan menghentak malam yang sunyi. Suara itu membangunkan Casanova dan Ustadzah Laila sekaligus.

“Ibu? Ibu, kenapa?! Ada apa bu?!” Tanya Casanova dengan panik.

Tangan Casanova meraba-raba tempat tidur mencari asal suara, napasnya memburu dalam gelap. Bu Rahmi mencoba menahan jeritannya, tapi rasa sakit itu terlalu kuat, terlalu dalam, seperti ada pisau yang mencabik-cabik perutnya dari dalam.

“Sakit… nak… badan ibu sakiiit…” jawab bu Rahmi, suaranya melemah, tubuhnya menggigil hebat.

Casanova kalut. Ia meraba-raba sisi ranjang, mencari tongkatnya sambil berusaha berdiri. Suasana mendadak berubah menjadi lautan kepanikan yang pekat bau darah, napas tersengal, dan suara rintihan Bu Rahmi yang semakin pelan namun mengoyak hati.

Ustadzah Laila bangkit dari tempat tidurnya menuju tempat tidur Bu Rahmi. Dengan langkah tergesa-gesa namun hati-hati, Casanova dan Ustadzah Laila bergegas ke kamar sebelah. Pekikan Ustadzah Laila,

"Astaghfirullah!!!" ucap Ustadzah Laila membuat Casanova yakin ada sesuatu yang buruk terjadi pada ibunya.

Casanova cemas dan bertanya, "Ada apa, Ustadzah? apa yang terjadi pada ibu saya. " tanyanya.

Ustadzah Laila tak mampu melanjutkan kata-katanya, ia bergegas keluar rumah. Tanpa peduli masih pagi buta, ia segera meminta bantuan tetangga, berteriak,

"Tolong!

"Tolong!

"Tolong!

Tetangga yang mendengar teriakan itu segera keluar rumah. Beberapa hanya mengintip dari jendela, namun tak lama kemudian banyak yang berdatangan. Jeritan minta tolong Casanova bercampur dengan teriakan kesakitan Bu Rahmi menggema, membuat orang-orang terkejut.

Pak Budi, yang pertama kali datang, bertanya, "Ada apa, Bu Ustadzah?" tanyanya.

Ustadzah Laila menjawab dengan panik, "Bu Rahmi muntah darah! Dia terlihat kesakitan Pak!" jawabnya.

Di dalam kamar, Casanova berada di samping ibunya. Meskipun matanya buta dan tak mampu melihat kekacauan di sekitarnya, ia menyadari banyak orang mulai berkumpul. Mendengar penjelasan Ustadzah Laila, tetangga yang tadinya hanya berdiri jauh, segera mendekat dan masuk ke rumah untuk melihat Bu Rahmi.

Bu Rahmi tergolek lemah di lantai. Darah masih mengalir dari mulutnya, wajahnya pucat pasi. Selain itu, bentol-bentol bernanah muncul secara tiba-tiba di tubuhnya. Kejadian ini membuat semua orang yang melihatnya gemetar.

"Sepertinya ini santet! Kita harus membawanya ke dukun!" teriak seorang warga.

Casanova sangat terkejut mendengarnya. Benarkah ibunya terkena santet? Dan mengapa? Apa kesalahan ibunya? Siapa yang tega mengirimkan santet itu? "batinnya.

Semua orang tampak bingung, tetapi Ustadzah Laila segera menengahi. Ia mengarahkan mereka untuk membawa Bu Rahmi ke puskesmas.

"Jangan percaya pada dukun. Itu perbuatan musyrik. Kita bawa Bu Rahmi berobat ke puskesmas dulu saja. Agar ia segera mendapat pertolongan pertama!" tegas Ustadzah Laila.

"Ya Allah... Bu Rahmi! Ayoo...Cepat! Kita harus membawanya ke puskesmas!" seru Bu Yati sambil menggoyang-goyangkan tubuh suaminya yang masih tertegun melihat kondisi Bu Rahmi.

Mereka mengikuti perintah Ustadzah Laila, meskipun dalam hati mereka yakin bahwa penyakit Bu Rahmi bukanlah penyakit biasa. Mereka menduga ini adalah kiriman dari seseorang.

Tapi, siapa yang tega melakukan hal ini? Bu Rahmi adalah seorang janda miskin yang baru saja kehilangan anaknya. Putri sulungnya juga baru saja dilecehkan. Mengapa masih ada orang yang tega mau mencelakainya?

"Angkat Bu Rahmi! Cepat!" perintah Pak Budi. Beberapa pria sigap mengangkat tubuh Bu Rahmi yang lemas.

Bu Rahmi dibawa keluar rumah. Casanova, yang panik dan tak tahu harus berbuat apa, hanya bisa berdiri di depan pintu.

"Casanova, kamu di rumah saja ya! Nanti Ustadzah jemput lagi. Masih gelap, tunggu di rumah saja dulu!" titah Ustadzah Laila.

Meskipun ia ingin mengantar ibunya ke puskesmas, Casanova pun memutuskan untuk menunggu di rumah. Jaraknya cukup jauh, jalannya berbatu, dan ia tak ingin merepotkan banyak orang. Ia sepenuhnya mempercayakan ibunya pada Ustadzah Laila.

Di luar, udara subuh masih dingin. Langit gelap mulai memudar dengan cahaya fajar yang muncul di cakrawala. Namun, bagi Bu Rahmi, waktu terasa melambat. Rasa sakit di perutnya seakan tak kunjung berkurang, ditambah rasa gatal yang tak tertahankan. Tubuhnya terasa sangat panas. Bahkan ketika ia mencoba menyebut asma Allah, tenggorokannya terasa tercekat dan seperti terbakar.

Air mata kesakitan mengiringi setiap langkah Bu Rahmi yang digotong oleh para tetangga menggunakan tandu. Rasa ngilu itu semakin bertambah.

Tepat pukul lima subuh, mereka tiba di puskesmas. Suasana masih sunyi. Pak Budi langsung mengetuk pintu rumah dinas yang berada di samping puskesmas desa itu.

"Assalamualaikum... Permisi!" teriak Pak Budi sambil terus mengetuk pintu.

Tak lama, pintu terbuka. Seorang wanita muda keluar, masih mengenakan mukena, sepertinya baru selesai melaksanakan sholat subuh. Dua orang lainnya menyusul di belakangnya.

"Waalaikumsalam, ada apa ya, Pak?" tanya Salwa, mahasiswi KKN yang dikenal sholehah dan selalu berpenampilan rapi.

"Ada yang sakit bu! Darurat!" seru Pak Budi panik.

"Oh, ya sudah. Sebentar, saya siap-siap dan membangunkan teman-teman saya dulu, Pak!" jawab Salwa.

Salwa bergegas membangunkan kedua temannya. Ia juga membangunkan empat mahasiswa KKN lain yang tinggal di rumah sebelah.

"Aarrgghhh, merepotkan sekali sih, Sal! Pagi pagi buta begini mengganggu saja. "gerutu Dion kesal.

"Hush, jangan begitu. Cepat ganti baju, cuci muka, dan sikat gigi. Ingat tugas kita melayani warga. Jangan mengeluh seperti itu. Lagipula ini sudah subuh," tegur Salwa.

"Huhh, dasar bawel kamu!" jawab Dion lagi.

Para mahasiswa KKN yang bertugas tampak masih mengantuk, mereka pun mengenakan pakaian seadanya karena baru bangun tidur.

"Ada pasien darurat!" seru seorang warga saat memasuki puskesmas.

Andi, seorang mahasiswa KKN, mencoba memaksakan senyumnya.

"Pagi-pagi begini? Kenapa tidak datang lebih siang?" gumamnya pelan, suaranya terdengar seperti orang yang masih mengantuk.

Beberapa mahasiswa lain mulai bergerak dengan enggan. Ratih, seorang perempuan muda, tampak kesal sambil membereskan alat medisnya.

"Aduh, pagi-pagi buta sudah ada pasien. Bukannya bisa disuruh menunggu saja dulu?" katanya dengan nada tak sabar.

Hanya Salwa yang bekerja dengan tekun. Ia menggelengkan kepala sambil menepuk pundak teman-temannya, meminta mereka untuk tidak mengeluh karena ini semua sudah bagian dari tugas mereka.

"Ini tidak bisa dibiarkan. Segera siapkan infus dan panggil dokter," perintah Salwa pada teman-temannya ketika Bu Rahmi dibaringkan di ranjang pasien.

Keempat mahasiswa itu saling menyikut ketika menyadari siapa pasien mereka ini.

"Ini kan ibunya si buta," bisik Riko.

"Hush, jangan keras-keras," ucap Dion mengingatkan.

"Sabar ya, Bu. Saya suntikkan pereda nyeri dulu ya. Sebentar lagi Dokter Erlina akan tiba. Teman saya lagi menjemputnya. Ibu pasti baik-baik saja," ucap Salwa tanpa merasa jijik sama sekali dengan sakit yang diderita bu Rahmi.

BERSAMBUNG...

1
Susi Santi
bgus
Wida_Ast Jcy: tq untuk 5star nya ya😘😘😘
total 1 replies
Susi Santi
up yg bnyak dong thor
Wida_Ast Jcy: ok... say. tq sudah mampir.
total 1 replies
Anyelir
hai kak aku mampir
mampir juga yuk kak ke karyaku
Wida_Ast Jcy: ok say. baiklah...tq ya sudah mampir dikaryaku. 🥰
total 1 replies
Susi Santi
plis lanjut thor
Wida_Ast Jcy: Hi... say. tq ya sudah mampir. Ok kita lanjuti ya harap sabar menunggu 🥰
total 1 replies
Wida_Ast Jcy
jangan lupa tinggal kan jejak nya yah cintaQ. TQ
Wida_Ast Jcy
Jangan lupa tinggal kan jejak nya disini ya cintaq. coment dan like
Wida_Ast Jcy: tq say.... atas komentar nya. yuk ikuti terus cerita nya. jgn lupa subscribe dan like yah. tq 😘
Nalira🌻: Aku suka gaya bahasanya... ❤
total 2 replies
Wida_Ast Jcy
Hi.... cintaQ mampir yuk dikarya terbaruku. Jangan lupa tinggal kan jejak kalian disini yah. tq
Wida_Ast Jcy
😘😘😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!