NovelToon NovelToon
Anak Haram Kaisar

Anak Haram Kaisar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kutukan / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Rahael

Elena hanya seorang gadis biasa di sebuah desa yang terletak di pelosok. Namun, siapa sangka identitasnya lebih dari pada itu.

Berbekal pada ingatannya tentang masa depan dunia ini dan juga kekuatan bawaannya, ia berjuang keras mengubah nasibnya dan orang di sekitarnya.

Dapatkah Elena mengubah nasibnya dan orang tercintanya? Ataukah semuanya hanya akan berakhir lebih buruk dari yang seharusnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25: Rasa Bersalah (2)

Ketika Permaisuri menyantap sup itu dengan tenang, hatiku justru berkecamuk hebat. Setiap sendok yang ia angkat membuat jantungku berdetak semakin keras. Tanganku mencengkeram celana dengan erat, tubuhku menunduk dalam diam.

Maaf. Maaf. Maaf.

Tiba-tiba, Permaisuri memberi perintah pada pelayan pribadiku.

"Kamu di sana, bisakah kau ambilkan makanan penutup untuk Pangeran, juga secangkir teh?" Suaranya lembut, jauh dari kesan bangsawan yang biasa memerintah.

"Baik, Nyonya."

Pelayan itu membungkuk, lalu meninggalkan kamar. Kini hanya aku dan Permaisuri yang tersisa di ruangan, dan itu membuatku semakin gelisah.

"Pangeran," panggilnya pelan.

"Ellios," lanjutnya, meski aku masih enggan mengangkat kepala.

"Sayang," panggilnya lagi, kali ini diiringi sentuhan lembut di pipiku. Usapan itu begitu halus, membuat mataku membulat.

"Sayang, ada apa? Kau terlihat pucat sejak tadi."

Akhirnya aku mengangkat wajah, menatap manik biru yang masih bersinar penuh kehidupan. Rasa bersalah mencabik-cabik perasaanku.

Pada akhirnya, aku menyerah. Aku ceritakan segalanya pada Permaisuri. Namun yang kudapat hanya senyum lemah. Senyum yang seolah sudah mengetahui semuanya sejak awal.

"Tak apa. Itu bukan salah Ellios. Ellios kita yang manis. Jangan menangis." Ia mengusap air mataku yang tanpa sadar telah membasahi pipi.

"Ta-tapi... Ibuku... Ibuku meracu—"

Sebuah jari halus menempel di bibirku.

"Jangan katakan. Ibu tidak apa-apa, sayang. Tapi ingat, jangan katakan pada siapa pun. Mengerti?"

Saat itu aku tak mengerti. Mengapa Permaisuri tak ingin kebenaran diketahui? Apa ia takut ibuku akan diadili?

Meskipun Permaisuri berkata semuanya baik-baik saja, aku tetap bertekad menghentikan pemberian racun itu.

"Ibu, aku ingin berhenti memberikan sup pada Permaisuri!" seruku, melupakan ketakutanku sesaat.

Namun reaksi ibu tak seperti yang kuduga. Ia hanya diam, lalu mengangguk.

Kupikir semuanya selesai. Ternyata tidak.

Pelayan pribadiku yang kini mengambil alih tugas memberinya sup. Aku panik. Bingung. Aku coba menukar sup itu, tapi pelayanku melapor pada ibu. Akibatnya, aku dihukum dan dikurung ke ruangan gelap dan sempit semalaman.

Sejak hari itu, satu-satunya yang bisa kulakukan hanyalah membiarkan para pelayan berhenti dengan keinginan mereka sendiri. Tapi selalu datang pelayan baru, dan siklus terus terulang. Aku lelah.

"Ellios, kamu anak yang baik. Tolong jaga kakakmu, ya..." Suara Permaisuri terdengar makin lemah dari hari ke hari. Janjiku pada Kak Theon… sudah lama hancur.

Beberapa bulan terakhir, kupikir ibu berhenti mengirim pelayan untukku. Tapi aku salah. Kali ini, ia mengirim anak laki-laki seusiaku.

Aku tak tahu apa yang ia incar. Tapi yang jelas, aku tahu satu hal

Ibuku mengirim mimpi buruk itu lagi.

"Sebenarnya, apa yang kau mau dariku?" tanyaku dingin.

Manik matanya membesar, tampak kaget. Aku hanya bisa menertawakannya dalam hati. Aktingmu menjijikkan!

"Saya tak menginginkan apa pun dari Anda, Yang Mu—maksud saya, Tuan Muda."

Bohong.

Kau kira aku akan tertipu lagi? Aku bisa melihatnya.

Aura ungu pekat menyelubungi tubuhnya memancarkan kebohongan nyata.

"Keluar dari pekerjaan ini. Aku akan memberimu uang untuk pergi."

Aku muak. Muak dengan sandiwara ini. Muak dengan obsesi ibu terhadap kekuasaan. Dan terutama muak dengan diriku sendiri yang tak bisa berbuat apa-apa.

"...."

Ia terdiam. Menimbang-nimbang.

"Maaf, Tuan Muda. Saya tidak bisa." Nada suaranya terdengar sedih. Sorot matanya menyimpan banyak rahasia, membuatku tertegun.

"Kenapa?"

Kenapa dia tetap bertahan? Apa yang dijanjikan ibuku padanya? Kenapa auranya berubah... Jadi biru lagi?

Aura itu bercampur. Warna-warna baru bermunculan. Kekuatan ini... kekuatan yang belum sepenuhnya kupahami.

Aku menyerah. Tak bertanya lagi. Bangkit dan pergi tanpa menoleh.

Tak perlu dipikirkan. Ingatlah, semuanya hanya kepalsuan.

Ellios end POV

...★----------------★...

Di sebuah kediaman terpencil, seorang ksatria pengantar surat datang tergesa-gesa. Ia membawa sepucuk surat dari Kaisar.

Surat pertama yang dikirimkan untuk Pangeran Pertama sejak ia tinggal di kediaman Count Larrens.

Jordan Larrens, kepala keluarga, menerima surat itu terlebih dahulu, lalu memanggil sang pangeran ke ruang kerjanya.

"Ada apa Anda memanggil saya?" tanya Altheon. Ini pertama kalinya ia bertatap muka lagi dengan Count Larrens sejak kesepakatan mereka dibuat.

"Ada surat dari Baginda." Jordan menyerahkan surat itu. Altheon membukanya dengan pisau surat dan membaca tiap baris dengan seksama.

Wajahnya berubah. Ia menutup surat itu dan menyerahkannya kembali.

"Sampaikan balasan bahwa Pangeran Pertama menerima perintah. Aku akan berangkat dalam waktu satu minggu."

Jordan terdiam, lalu membaca surat itu. Isinya tentang perintah pengiriman Pangeran Pertama ke medan perang di perbatasan.

"Gila... Dia benar-benar melakukannya."

Senyumnya tak tertahan. Ada gairah dalam hatinya. Adrenalin dari sesuatu yang belum ia ketahui.

Siapa sangka hal ini benar-benar terjadi?

Apakah sang Pangeran bisa melihat masa depan?

Semua orang mengira, setelah kematian Permaisuri, pengiriman ini adalah cara halus untuk menyingkirkan sang Pangeran. Pelatihan? Tidak ada yang percaya.

Mereka yakin Pangeran Lemah itu akan mati di medan perang. Maka Pangeran Kedua akan naik tahta tanpa hambatan.

Namun, hanya Jordan yang tahu. Pangeran Pertama telah berubah.

Bahkan Kaisar tak menyadarinya.

Dan Jordan...

...baru saja memasang taruhannya.

To Be Continued:

1
Tachibana Daisuke
Terus menulis, jangan kapok ya thor!
Rahael: makasih semangatnya🤗
total 1 replies
khun :3
Ceritanya bikin penasaran thor, lanjutkan!
Rahael: tunggu kelanjutannya ya🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!