menceritakan tentang kisah dyah suhita, yang ketika neneknya meninggal tidak ada satupun warga yang mau membantu memakamkannya.
hingga akhirnya dyah rela memakamkan jasad neneknya itu sendirian, menggendong, mengkafani, hingga menguburkan neneknya dyah melakukan itu semua seorang diri.
tidak lama setelah kematian neneknya dyah yaitu nenek saroh, kematian satu persatu warga desa dengan teror nenek minta gendong pun terjadi!
semua warga menuduh dyah pelakunya, namun dyah sendiri tidak pernah mengakui perbuatannya.
"sudah berapa kali aku bilang, bukan aku yang membunuh mereka!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mencintaimu dengan tulus
"Um, iya mbah. Maaf.."
Rumah yang tampak begitu usang, dengan beberapa daun yang ikut berserakan di dalamnya.
Dinding bagian dalamnya, tampak banyak noda hitam. Mata rizky tak lepas melihat ke seluruh sudut ruangan.
"Jadi, apa yang membuat kalian datang kemari?" Tanya mbah rasimah.
"Jadi begini, anak saya ini katanya pernah melihat dyah ada dua. Tetapi yang satunya itu.. katanya hantu.." jelas pak ustad.
Nenek tua itu tampak mengangguk anggukan kepalanya mendengar dengan seksama penjelasan pak ustad.
"Nak, tak bilangin kalau bangsa ghaib itu keluar karena ada sesuatu yang ingin di sampaikan kepada kamu. Tapi kalua dia datang dengan mengganggu, berarti ada sesuatu yang membuatnya seperti itu. Jadi kamu harus tahu apa yang di inginkan mereka (bangsa halus)"
"Masalahnya mbah, saya sama sekali tidak tahu apa yang di inginkan sosok itu. Dia hanya datang dengan menampakan wujud mengerikan, setelah itu pergi.."
Rizky juga menjelaskan tentang apa yang di ucapkan oleh nenek saroh ketika dirinya berada di hutan dengan pemakaman.
"Baiklah, sekarang saya tanya dan saya harap kamu jawab dengan jujur. Apakah kamu mencintai dyah?" Tanya mbah rasimah dengan tatapan tajam ke netra rizky.
Rizky tak langsung menjawab ia menatap ke arah bapaknya terlebih dahulu. Mata pak ustad tampak tenang dengan anggukan lirih meyakinkan anaknya.
Tangan rizky sedikit gemetar. Memilih ujung bajunya tak tenang.
"Um, iy-- iya mbah. Say-- saya masih sangat mencintai dyah.." jawab rizky gugup. Dia tak berani menatap ke arah bapaknya apalagi ke arah mbah rasimah.
"Tidak apa-apa, justru itu yang saya ingin dengar, agar saya bisa meceritakan semuanya kepada kalian.." ucapan mbah rasimah mampu membuat rizky kembali mendongak.
"Menceritakan tentang apa mbah?" Tanya rizky penasaran.
"Jadi begini. Dulu.... kedua orang tua dyah adalah orang kaya yang sangat berbakti kepada desa. Karena kejayaan dia di desa inilah, membuat banyak warga yang akhirnya pindah kemari. Tetapi sepuluh tahun mereka menikah, tidak di karuniai seorang anak, Hingga keajaiban itu datang. Ibunya dyah akhirnya mengandung. Dari mulai situ desas desus kalau mereka bersekutu dengan jin mulai terdengar.
Terlebih saat dyah lahir dalam kondisi kembar siam. Saat itu warga merasa kalau desa wanara di kutuk. Saat itu warga masih belum sebanyak sekarang. Mungkin... untuk orang orang lawas seperti yanto, dayat dan yang lainnya, sudah tahu dengan kisah ini..."
Mbah rasimah bangkit dari duduknya. Berjalan tertatih ke arah lemari kayu, setinggi dengkul orang dewasa itu.
Tangan keriput dan kecilnya terulur, meraih sesuatu di dalam lemari itu. Terlihat sebuah album keluar dari tangannya.
Dia kembali berjalan ke arah rizky dan pak ustad yang sedang duduk di sana.
"Ini adalah album keluarga dyah. Dulu.... mereka sangat bahagia dengan kehamilan itu, sehingga mereka mengabadikan ini semua. Saroh yang memberikannya kepadaku.
Dyah terlahir kembar siam. Nama kembaranya adalah sedayu mardi wanggirah. Tetapi dayu tak hidup lama, dia hanya bertahan sekitar 3 bulan saja. Hingga akhirnya dyah di bawa ke kota, untuk melepaskan tubuh dayu dari dalam dirinya..." mbah rasimah menjelaskan sambil menunjuk album yang menunjukan bayi kembar siam, bersama dengan kedua orang tuanya.
"Lalu.... apa hubungannya dengan semua ini?" Tanya rizky yang masih belum paham.
"Sejak kecil arwah dayu masih menempel dengan dyah. Dia menjadi perwujudan dari amarah dan kebencian untuk dyah. Apabila dyah membenci atau menyimpan amarah kepada seseorang, arwah dayu akan mengendalikan tubuh dyah. Sehingga dia bisa melakukan apapun. Bahkan sampai saat ini, aku masih sering melihat dayu berjalan di belakang dyah...
Dan tentang apa hubunganya dengan semua ini aku rasa kamu sudah paham..." jelas nyai rasimah yang mampu membuat rizky dan pak ustad terkejut.
"Lalu bagaimana cara menghentikan dyah agar tidak melakukan ini semua?" Tanya rizky.
"Hanya ada satu cara. Menghentikan kebencian yang ada di dalam diri dyah, dan menjauhkan dyah dari banyak orang. Semakin banyak orang, semakin banyak kemungkinan orang orang itu akan di benci dyah, dan tentu saja arwah dayu akan melakukan hal hal yang di luar dugaan."
Rizky menatap ke arah bapaknya yang juga memahami apa yang di rasakan oleh dirinya.
***
"Ngga mungkin mas! Mas rizky pasti bohong kan!" teriak dyah setelah rizky dan pak ustad kembali dari rumah mbah rasimah, mereka berdua menceritakan hal tersebut.
"Dyah, kamu tenang dulu. Biar mas jelaskan pelan pelan.." ucap rizky yang masih berusaha untuk menenangkan dyah yang masih syok, mendengar cerita darinya.
"Tapi, mas. Nenek sama sekali tidak pernah menceritakan tentang kembaranku itu, kenapa baru sekarang terungkap?!" Tanya dyah tak habis fikir.
"Kata mbah rasimah, nenekmu sengaja tidak memberi tahumu, karena merasa kalau kembaranmu itu bisa menjagamu suatu haru kelak. Dia tidak ingin banyak orang yang tahu, nantinya mereka akan berusaha mengusir saudara kembarmu itu. Tetapi tak di sangka, semua sampai seperti ini..." jelas rizky.
"Yang harus kamu ketahui yah, semua ini ada sebab. Ada orang yang sengaja ingin menjelekan nama keluargamu, tetapi siapa dan untuk apa tidak tahu. Yang penting saat ini kamu tidak membenci seseorang.
Bagaimana caranya agar semua ini tidak terulang lagi, sebab kalau warga sampai tahu kebenaran ini mereka tidak akan mendengarkan penjelasan dari kita!" Ucap rizky.
Dyah tidak menjawab, dia masih mencoba untuk mencerna apa yang di ucapkan oleh rizky.
Sejak kecil dia tidak mengetahui tentang semua ini. Bahkan orang orang terdekatnya saja yang pindah ke kota tidak pernah bercerita.
"Lalu, apa yang harus aku lakukan mas? Supaya saudara kembarku tidak melakukan hal hal seperti itu lagi.." tanya dyah, ia mulai mengerti dengan apa yang di ucapkan oleh rizky.
"Hanya ada satu cara, menjauhkanmu dari semua warga. Pergi yang jauh..."
"Apa aku harus pergi ke kota? Kalau begitu sekarang saja mas..."
"Nggak bisa yah, kamu gak boleh pergi ke kota. Kamu harus menghindari keramaian dan jauh dari warga yang paling penting kamu nggak boleh sendirian. Untuk bisa mengendalikan amarahmu itu, kamu butuh orang yang tulus mencintaimu yah.."
Dyah yang tadi tampak bersemangat sekarang tampak terdiam. Wajahnya kembali terlihat sendu antara bingung dan takut.
"Bagaimana caranya? Sedangkan dyah tidak memiliki kekasih, apakah itu artinya dyah tidak bisa keluar dari masalah ini?"
"Jangan berpikir seperti itu yah, kamu memang tidak memiliki kekasih, tetapi bukan berarti tidak ada yang mencintaimu dengan tulus."
"Maksud mas?"
"Memangnya kamu tidak merasa?"
Dyah menggeleng lirih tak paham dengan apa yang di maksud rizky.
Rizky memegangi tangan dyah dengan keuda tangannya, serta tatapan mata yabg dalam ke manik mata dyah.
"Ak-- aku adalah orang yang sangat tulus mencintai kamu dyah. Aku adalah orang yang mencintaimu dengan tulus.."