Istri Simpanan Sang Casanova

Lisa semakin merasa sakit hati yang teramat dalam. Arsen begitu teganya menuduh dirinya sebagai wanita penggoda banyak pria. Manjajakan tubuhnya pada pria hidung belang.

Lisa memejamkan matanya. Ingin sekali menghilang kan pikiran mengenai perkataan Arsen. Namun sangat sulit. Darimana asal semua tuduhan dari Arsen? Pria itu benar-benar keterlaluan! Menuduhnya tanpa bukti.

" Sialan! " Makinya. Meski sudah beberapa hari berlalu, Lisa masih saja teringat akan hinaan itu.

" Lisa.. " Panggil seseorang menyadarkan Lisa dari lamunannya.

" Hah? " Lisa menoleh. Ternyata Rido yang memanggilnya. " Iya dong, ada apa? "

" Lu kok bengong, si Sofie udah beres tuh syuting nya. " Ujar Rido mengingatkan Lisa bahwa Sofie telah selesai melakukan pekerjaan nya.

" Eh.. Iya.. Gue gak ngeh. " Lisa berdiri, berniat menghampiri Sofie dan membantu nya.

" Iyalah gak ngeh.. Lu ngelamun aja. " Rido terkekeh.

" Yaudah gue cabut ya. Thanks. " Ucap Lisa.

" Oya Lis. Malem minggu besok jalan yuk. " Ajak Rido yang memang mempunyai ketertarikan pada Lisa sudah lama. Pria itu ingin mengajak Lisa berkencan sabtu besok.

" Heh? Apa? "

" Malem minggu besok lu ada acara gak? Jalan yuk ama gue? "

" Emm.. " Lisa terlihat ragu untuk menerima ajakan Rido.

" Yah.. Lu pasti gak mau jalan ama gue. " Belum Lisa menjawab, Rido sudah kecewa terlebih dahulu. Sangat jelas Lisa begitu enggan menerima ajakan nya.

" Eh bukan gitu. " Lisa tak enak. " Liat besok ya, kalo Sofie ada jadwal syuting gue gak bisa. Tapi kalo kosong, baru gue bisa pergi. "

Rido tersenyum, " Oke. Gue tunggu kabar dari lu. Lu tau kan, nomer gue? "

Lisa mengangguk.

" Sip! " Rido mengacungkan jempolnya. Sangat senang bisa berjalan berdua bersama Lisa. Meski belum pasti. Semua tergantung schedule Sofie. Pria itu berharap, malam minggu besok Sofie tidak memiliki kegiatan, dan Lisa bisa free.

***

Sofie sangat bahagia, ketika mendengar kabar dari Arsen. Bahwa dirinya akan di perkenalkan pada keluarga besar kekasihnya itu. Peluang untuk menjadi anggota keluarga Haidar semakin bertambah besar.

Arsen tidak punya pilihan lagi selain memberitahu Sofie mengenai orang tuanya yang ingin bertemu dengannya. Elsa selalu menagih janjinya. Untuk membawa Sofie dan di perkenalkan pada Elsa dan Adrian.

" Beneran beb? " Sofie seakan mendapat durian runtuh saat mendengar kabar bahagia itu.

Arsen hanya mengangguk.

" Aku jadi gak sabar menanti makan malam itu. "

" Datang dengan pakaian yang sopan. Mama gak suka liat perempuan berpakaian minim seperti ini. " Arsen menunjuk pakaian yang dikenakan Sofie saat ini, melalui sorot matanya.

" Iya dong beb, aku mau beli gaun baru di butik langganan ku. Aku harus tampil sempurna di depan keluarga mu.. "

Arsen memutar bola matanya. " Terserah! "

" Kamu bisa kan temenin aku ke butik? " Ajak Sofie. Berharap Arsen mau menemaninya membeli gaun.

" Aku sibuk! " Sudah pasti Arsen akan menolak.

" Ayolah.. Masa aku di temenin Lisa. Gak lucu kan? Aku mau kamu yang milihin gaunnya. " Sofie tak berhenti membujuk pria itu agar mau menemaninya.

Mendengar nama Lisa, Arsen jadi teringat kembali pertemuan terakhir dengan gadis itu saat di apartemen Sofie. Lisa pergi begitu saja saat Arsen bertanya, tanpa menyangkal atau mengiyakan pertanyaannya. Hal itu membuat Arsen semakin yakin, jika Lisa memanglah demikian.

Sedangkan Lisa tak menjawab karena hati nya sudah terlalu hancur. Membela diri pun ia rasa percuma. Arsen tetap dalam prasangka buruknya.

" Beb, ayok.. " Sofie menarik lengan Arsen agar mau mengikuti nya. " Sekalian kita makan siang di luar. "

Arsen dengan malas beranjak dari duduknya. Menuruti kemauan Sofie.

***

Rido sudah mempersiapkan diri dengan begitu rapih. Rambutnya di tata sedemikian biar terlihat apik. Parfum nya sudah membanjiri kulit serta pakaiannya. Pria itu begitu antusias menantikan momen ini.

" Hai.. " Sapa Rido saat melihat Lisa keluar dari rumah kontrakannya.

Lisa membalasnya dengan tersenyum. " Kita mau kemana? "

" Emm.. Gimana kalo nonton dulu. Abis itu baru makan malam. " Usul Rido mengingat hari masih sore.

" Boleh. " Lisa.

Rido dan Lisa berjalan beriringan menuju tempat dimana mobil Rido terparkir. Karena akses menuju rumah kontrakan Lisa begitu sempit, tidak muat untuk berlalu lalang sebuah mobil. Hanya kendaraan roda dua yang bisa melewati jalan itu.

" Becek ya? " Ucap Lisa saat melihat Rido beberapa kali menghindar dari genangan air keruh. " Aturan tadi nunggu di depan gang aja. Gak usah masuk. "

" Gak papa kok. " Rido.

" Sorry ya.. "

" Ih. Apaan sih.. Biasa aja kali. Gue mah nyante aja. Gue seneng kok jemput lu, seneng banget malah. "

Lisa tersenyum menanggapinya. Gadis itu begitu canggung untuk terlalu akrab dengan Rido. Pasalnya selama ini Lisa hanya sekedar kenal dan saling sapa saja. Tidak terlalu akrab.

Rido membukakan pintu untuk Lisa. " Gue bisa sendiri Do. " Protes Lisa yang tidak mau di perhatikan lebih.

" Gak papa. " Rido.

Bukannya Lisa tidak peka dengan Rido yang berharap lebih padanya. Namun Lisa belum siap membuka hati kembali. Takut jika hubungan itu akan melukainya lagi.