Kisah seorang Janda Kaya masih muda yang di tinggal suaminya meningal karena Serangan Jantung bernama Moza Arisha Yasmeen, tapi sebelum suaminya meninggal memberi amanat supaya Ginjalnya untuk di donorkan kepada seorang mantan sopir setia keluarga besar suaminya. Moza terpaksa harus kuliah lagi demi menjalankan sebuah misi. Pertemuan Moza dan Arzan Adama Avi yang tak disengaja membuat Moza jatuh cinta untuk yang ke dua kalinya.
Perhatian dilarang keras plagiat karya orang lain, ini merupakan asli karya Chevia sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chevia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Jam 7 pagi cuaca begitu mendung. Moza sedang sarapan dengan sanwich dan susu khusus ibu hamil. Dirinya senyum-senyum sendiri mengingat kejadian tadi malam. Luna yang memperhatikan sejak tadi bertanya-tanya di dalam hatinya "Nyonya, hari ini kenapa terlihat bahagia? bukannya nanti akan berpisah dari Arzan? "
Kemudian Luna melangkah menghampiri Moza dan duduk di depan Moza.
"Ka Moza kenapa dari tadi senyam senyum terus? bukannya nanti..." belum selesai Luna berbicara Moza menjawab dengan senyumannya.
"Ini tentang tadi malam, Luna. Aku akan melakukan yang terbaik buat Arzan. Walaupun kita berpisah, tapi ini semua hanya sementara, aku ingin dia fokus untuk belajar. Awalnya aku ragu, tapi sekarang aku yakin dengan Arzan." Ucap Moza sambil melahap suapan terahir sisa roti sanwich di tangannya.
"Semalam apa Arzan membicarakan hal penting? karena sedari tadi saya perhatikan anda begitu terlihat bahagia."
"Banyak, Lun. Tapi ini rahasia antara aku dan Arzan saja."
"Tapi, itu apa tadi malam hehe" jiwa kepo Luna mulai muncul.
"Apa? iya semalam kita berpelukan dan..." Moza tidak melanjutkan omongannya "Apa kamu mau saya jodohkan dengan Farid?" ledek Moza sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Ngga mau, Luna ga mau sama kutub utara itu! berpelukan dan apa, Nyonya? lanjutin dong jangan bikin Luna penasaran" seru Luna yang benar-benar di bikin penasaran.
"Tok...tok...tok"
Mendengar suara ketukan pintu, Luna segera beranjak dari tempat duduknya dan melangkah membukakan pintu. Deeeg!
"Baru aja diomongin! kenapa ni orang muncul ya! panjang umur bener!" batin Luna sambil terdiam sejenak menatap sosok pria yang berdiri di hadapannya.
"Apa nyonya Moza sudah bangun?" tanya pria itu yang tak lain adalah Farid.
"Su dah kok, mari silahkan masuk"
Kemudian Luna mempersilahkan Farid duduk di ruang tamu. Moza yang mengetahui kedatangan Farid langsung menghampirinya.
"Bagaimana, Farid? semua sudah kamu atur kan? Saya bersama Luna akan di kota M sampai Arzan sudah berangkat ke Amerika."
"Sudah, Nyonya. Sudah saya siapkan semuanya. Dan apartemen anda yang di kota M sudah saya persiapkan untuk anda tinggal bersama Luna. Dan untuk tiketnya, saya sudah booking online, jam 10 nanti anda harus sudah berada di bandara." jawab Farid sambil membuka ponselnya, memastikan kembali keberangkatan Moza dan Luna ke kota M.
"Bagus! terimakasih, Farid. Saya percaya kinerja kamu selama ini tak pernah saya ragukan sedikit pun"
"Nyonya terlalu memuji saya. Ini memang sudah menjadi tugas saya selaku bawahan nyonya." jawab Farid.
"Stop! jangan pernah katakan lagi kalau kamu itu bawahan saya, kamu rekan kerja dan kita semua keluarga." seru Moza sambil menatap Farid dengan sorotan mata tajam.
Farid tersenyum merasa terharu dengan apa yang di katakan Moza barusan. Karena sikap Moza sama seperti Tuan Irsyad yang selalu mengatakan bahwa dirinya adalah keluarga, bukan bawahan. Luna yang memperhatikan Farid bergumam dalam hati.
"Ternyata si Tuan Datar bisa tersenyum juga rupanya"
Farid yang menyadari sedang di perhatikan oleh Luna segera dia mengarahkan pandangannya ke arah Luna. Mereka saling bertemu pandang, dan Luna segera membuang muka pura-pura tidak melihat Farid.
Moza yang menyadari gelagat aneh mereka berdua segera memecahkan suasana keheningan.
"Kalau di liat kalian serasi ya!" ledek Moza
"Tidak mungkin!" sahut Farid dan Luna.
"Hahaha... benar-benar pasangan serasi, kenapa kalian tidak mencoba pacaran saja?!"
Luna hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sementara Farid berdehem pelan.
"Maaf nyonya, kalau begitu saya ijin pamit"
"Okey baiklah, kalian masih malu-malu rupanya. Jangan saling membenci. Benci dan cinta beda tipis"
"Bukan begitu, Nyonya. Saya tidak akan memikirkan masalah percintaan, sebelum nyonya mendapat kebahagiaan bersama pasangan nyonya nanti" ucap Farid dengan wajah serius.
"Pasti karena Mas Irsyad... Ya sudah cepat lah kamu segera ke kantor" ucap Moza pelan, kemudian berlalu menuju kamarnya.
Hujan lebat di sertai kilat petir dan angin. Sementara jam menunjukan jam 9 pagi, Farid pun menghubungi Moza. Keberangkatan jam 10 pagi di tunda.
"Harusnya bentar lagi kita berangkat ya, Lun" ucap Melda sambil memanyunkan bibirnya.
"Sebaiknya, Nyonya segera menghubungi Arzan kalau keberangkatan di tunda" kata Luna memberikan saran.
"Udah aku chat tadi, dia juga lagi ada kelas sampe siang"
"Lebih baik nyonya tidur istirahat dulu"
"Iya, aku istirahat dulu.
Moza pun menuju kamarnya, sementara Luna menuju dapur mempersiapkan makanan untuk makan siang nanti.
***
Pukul 7 malam Moza dan Luna sudah siap berkemas menuju bandra. Disisi lain Arzan juga bersiap menuju ke bandara dengan di Antar mobil Akhsan.
Moza dan Luna tiba di bandara terlebih dahulu, selang waktu 20 menit Arzan datang dengan Akhsan. Arzan berlari menghampiri Moza.
"Kita belum terlambat kan?!" seru Akhsan menghampiri Moza dan Luna.
"Belum kok" jawab Moza.
"Mo, kenalin dong! ini pasti yang namanya Luna" ucap Akhsan sambil melirik ke arah Luna. Sementara Luna masih sibuk dengan ponselnya.
"Ooh iya, ini Luna. Lun kenalin ini Akhsan" ucap Moza sambil menyikut pinggang Luna. Kemudian Luna bersalaman dengan Akhsan.
"Gue Akhsan"
"Luna" jawab Luna dengan mimik B aja.
"Kamu serius mau berangkat hari ini?" tanya Arzan sambil menatap Moza dengan ekspresi wajah sedih.
"Kalau begitu Luna mau ambil air dulu ya, ayo Akhsan temenin Luna ambil air!" seru Luna sambil menyeret Akhsan, sementara Akhsan bengong karena tiba-tiba aja tangannya di gandeng oleh Luna.
"Iya aku harus berangkat hari ini, sebenernya aku harus berangkat sejak kemarin pas waktu kamu masih di RS. Tapi aku ijin satu minggu lagi menunda keberangkatan." jawab Moza lirih.
"Aku minta maaf, karena aku belum bisa membahagiakanmu. Tapi aku berjanji sama kamu, setelah aku di Amerika, aku akan belajar dengan sungguh-sungguh. Aku hanya ingin menjalani kehidupanku bersamamu. Dan Maaf sementara aku baru bisa berjanji, belum bisa membuktikannya" ucap Akhsan sambil memeluk Moza.
"Aku percaya sama kamu, aku mau menunggu kamu. Kita sama-sama berjuang ya. Kita sama-sama jaga hati kita. Aku titipkan hatiku dan aku di sini akan menjaga selalu hatimu" ucap Moza sambil menempelkan tangannya ke arah dada Arsan sementara tangan satunya memegang ke arah dimana jantungnya berada. Kemudian Arzan mencium kening Moza dengan lembut.
Moza pun tersenyum, merasa bahagia. Dirinya begitu mempercayai Arzan. Bukan lagi sekedar terpaksa karena amanat dari almarhum suaminya untuk menikah dengan Arzan. Semua sandiwara tentang dirinya yang berpura-pura menjadi wanita sederhana. Berhasil membuat Arzan jatuh cinta dengan dirinya, dan menerima segala kekurangan dirinya dengan tulus. Dari yang sebelumnya hanya ingin mengetes seberapa sederhana kehidupan Arzan dan seberapa baiknya Arzan dengan waktu 2 bulan saja Moza sudah mengetahui semua sifat dan karakter Arzan. Dengan waktu sesingkat itu, dirinya bisa merasakan jatuh cinta kembali, walaupun usia Arzan lebih muda darinya. Tapi sifat dan sikap Arzan begitu dewasa, terlebih dalam pola berfikir.
"Baik-baik di sana, jaga kesehatan. Jangan kebanyakan makan mie instan ya" ucap Arzan sambil membelai rambut Moza.
Moza memeluk Arzan dengan erat, tanpa di sadari dirinya menitikan air mata. Pelan Arzan melepaskan pelukan Moza, kemudian mengusap lembut air mata Moza dengan ibu jarinya. Moza pun menitikan air matanya kembali.
Mereka berdua saling memandangi satu sama lain. Kemudian Arzan memegang wajah Moza dengan kedua tangannya. Menempelkan bibirnya tepat di bibir Moza. Mereka saling berciuman dan saling memejamkan mata.
"Aku percaya kalau kamu nanti akan menepati semua janji kamu. Aku Mencintaimu Arzan, tunggu sampai aku kembali dan sampai kamu sudah lulus nanti" ucap Moza sambil menahan isak tangisnya.
"Aku janji sama kamu, setelah kita bersama kembali kita akan memulai semua dari awal. Aku akan bekerja dengan sungguh-sungguh." Arzan pun kembali memeluk Moza dengan erat.
***
Di dalam pesawat
Moza menatap jendela pesawat dengan tatapan kosong dengan sesenggukan pelan. Kalau boleh jujur dirinya ingin tetap di kota ini bersama Arzan.
Bersambung....
.
.
.
.
.
.
.
**Author Menyapa
Hai, Hallo..
Chevia belum bisa crazy up ya, mohon pengertiannya 🥺 jujur chevia lagi sakit euy. Migrain lumayan parah si kalau kata mama chevia kebanjur alias terlanjur gitu.
Jangan lupa like dan komen ya**...