NovelToon NovelToon
The Secret Of Fernshine Lighthouse

The Secret Of Fernshine Lighthouse

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Keluarga / Persahabatan / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Floricia Li

Cosetta Elwood tak pernah tahu rasanya memiliki tetangga seumur hidupnya. Ia bersama keluarganya tinggal di kompleks mercusuar di tepi pantai hutan Fernglove yang jauh dari pemukiman penduduk. Suatu hari, sebuah perahu datang terombang-ambing dari laut, yang membawa seorang anak laki-laki bernama Cairo Argoyle.

Awalnya, Cosetta merasa skeptis dengan anak laki-laki yang lusuh dan bau itu. Cairo mengaku bahwa ia tak ingat tentang masa lalunya. Namun, lambat laun Cairo menjadi teman baru yang menyenangkan baginya.

Hanya saja, kenapa ya, kadang-kadang seperti ada yang aneh dari diri bocah laki-laki itu? Semoga saja, sih, apa yang ia takutkan tidak terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Floricia Li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tupai Dalam Kotak Surat

Memang benar Mr. Elwood telah memberikan sepeda untuk Cairo. Cahaya matahari yang terpantul dari jari-jari rodanya menyilaukan mata Cosetta. Sepeda itu masih mengilap dan warnanya pekat sempurna. Sepeda itu pasti baru.

Rasa cemburu muncul di dada Cosetta. Suaranya sampai tercekat ketika Cairo mengajaknya bicara.

“Hei, kamu dengar aku?” tanyanya.

“Dengar.”

“Kurasa kamu tidak dengar. Aku sore ini berjanji dengan Mabel untuk menemuinya. Aku harus pergi ke desa hari ini supaya acaramu dan teman-teman sekelasmu besok lancar,” kata Cairo. “Aku akan mengingatkannya lagi. Kudengar di desa dekat sini ada pertunjukan sirkus keliling. Bukankah itu ide bagus untuk mengajaknya?”

Cosetta tak membutuhkan waktu banyak untuk menimbang-nimbang. Matanya melebar dan penuh semangat seraya berkata, “Tentu saja. Kita bisa belajar mulai besok? Atau nanti malam? Kamu boleh pergi ke desa dan bujuklah, ah, rayulah Mabel sampai kamu yakin besok ia akan tetap di rumah.”

“Merayu? Ugh, kamu membuatku terdengar seperti penggoda ulung.”

“Well, bukankah itu yang kau lakukan?”

Cairo tersenyum puas. “Nah, masuklah. Aku akan mencuci ikan dulu.”

Cosetta mengangguk. Ia dan teman-temannya telah berbagi tugas untuk membawa bingkisan. Keantusiasan teman-temannya tidak boleh sampai padam karena Mabel yang tidak ada di rumah.

Cairo bersiul melaluinya. Ia membawa embernya menuju pintu dapur. Cosetta mematung. Ia memutar tumitnya sehingga menghadap ke arah Cairo. “Tunggu. Aku akan ikut denganmu ke desa.”

“Oh?” ucap Cairo setengah terkejut. Meskipun senyumnya kembali terulas. “Boleh.”

Cosetta mengerutkan dahi melihat senyum Cairo. “Aku harus memastikannya secara langsung. Apakah kamu perlu bantuanku membersihkan ikannya? Supaya ... kita bisa lebih kembali ke rumah juga nantinya.”

“Tentu saja,” kata Cairo yang senang karena mendapatkan bantuan.

Setelah membersihkan ikan dan menempatkan mereka dalam wadah yang rapi, keduanya berangkat ke desa. Mr. Elwood mengantarkan mereka pergi dari halaman rumah. Ia berpesan supaya mereka tak terlalu malam pulangnya.

Kios ikan Mr. Sawyer letaknya berada di kaki pegunungan yang membatasi penduduk Hartlefirth dengan pantai. Meskipun letaknya lumayan pelosok, tetapi rupanya bisnisnya tetap ramai. Itu karena ia selalu mengangkut stok ikan dari Corsair setiap dini hari.

“Hei, Cosetta. Apakah sekarang tugasmu untuk membeli ikan?” tanya Mr. Sawyer ketika melihat Cosetta datang.

“Hehehe, tidak, Mr. Sawyer. Aku hanya mengantarkan ... er—“ jawab Cosetta, tak mampu menemukan kata yang tepat untuk mendeskripsikan pemuda yang masuk ke dalam kios setelahnya.

Mata Mr. Sawyer melebar begitu melihat Cairo. “Oh, ya, ya. Aku sudah mendengar tentangmu. Sebenarnya semua penduduk desa penasaran untuk melihatmu. Cairo Argoyle, ya? Aku bahkan mengingat namamu. Nama yang sangat bagus,” katanya.

“Halo, Mr. Sawyer. Terima kasih sudah mengingat namaku. Sebenarnya aku sudah ingin melihat desa ini, tapi ...”

“Oh, jangan khawatir, Anak Muda. Kudengar dari ayah Cosetta kalau kamu sangat sangat sakit. Kamu harus memulihkan diri. Ikan yang sangat segar? Apakah kamu baru memancingnya? Matanya bahkan masih cerah dan bening! Sisiknya masih berkilau,” kata Mr. Sawyer yang secepat kilat mengalihkan pembicaraan begitu melihat ikan yang dibawa oleh Cairo.

“Aku memang baru memancingnya,” kata Cairo.

Selama kedua orang itu bernegosiasi harga, Cosetta memperhatikan betapa mudahnya Cairo diterima oleh warga seperti Mr. Sawyer. Ketika Cairo sudah mengantongi uangnya dan bersiap pergi, Mr. Sawyer bahkan menepuk bahunya dan berkata dengan ramah, “Kamu harus semangat, ya. Kalau kamu memancing lagi, jual saja hasilnya padaku. Nelayan di Corsair kebanyakan sangat culas. Aku akan memberimu harga yang bagus. Dan selamat datang di Hartlefirth, semoga kamu menyukai desa kecil kami, ya!”

Cosetta menggeleng-gelengkan kepala ketika mereka telah sampai di halaman. Cairo yang melihatnya bertanya, “Kenapa?”

“Tiba-tiba, kamu jadi sangat populer, ya?” katanya.

Mereka menaiki sepeda lagi. Cairo berkata kalau ia dan Mabel berjanji bertemu di sebuah taman yang terletak tak jauh dari rumah Mabel. Mencapai pertengahan bulan April, bunga-bunga telah mekar di sepanjang jalan. Meskipun sudah sore hari, tetapi orang-orang yang mereka temui di sepanjang jalan memiliki rona ceria di wajah mereka.

Mereka melalui anak-anak yang bermain bola di sebuah padang rumput. Ketika itu, sebuah bola melayang di atas mereka dan masuk ke sungai. Cosetta mendengar anak-anak itu saling menyalahkan. Ketika ia melihat ke arah Cairo, pemuda itu sudah menepikan sepedanya.

“Kamu sangat bodoh, Leo! Kenapa kamu menendang ke arah sungai!”

“Ya. Apa yang akan kita mainkan setelah ini?”

“Itulah mengapa aku tidak suka kamu ikut bermain!”

Cosetta ikut menghentikan sepedanya. Ia menasehati anak-anak yang mendekat menuju sungai itu. “Sudah jangan bertengkar. Lihat, ada seseorang yang akan mengambilkan bola kalian.”

Anak-anak itu melongok ke arah sungai. “Oh, waaaah! Ayo kita lihat!” seru seorang anak laki-laki yang tertarik melihat penyelamatan bola mereka. Beberapa anak mengikutinya, sementara sebagian tetap tinggal di dekat Cosetta.

Seorang anak laki-laki memasang seringai. “Oh, dia siapa, Cosy? Kenapa kamu bersamanya?” tanyanya.

“Kenalan saja dengannya. Dia pekerjanya ayahku,” kata Cosetta kesal.

Tak butuh waktu lama hingga anak-anak itu mendekati Cairo. Berkomentar macam-macam, seperti cuitan burung berbagai rupa yang berkumpul di tepi sungai.

“Ah, sayang sekali! Hampir bisa, tapi bolanya menjauh. Jarimu kurang panjang!”

“Aku bisa mengambilnya sebenarnya. Tapi ibu akan memarahiku kalau aku pulang basah-basah.”

“Hahaha. Ibuku juga akan menjewer telingaku.”

Arus sungai itu lumayan deras. Pemandangan Cairo dan para bocah kecil yang berlarian mengikutinya sungguh lucu. Karena sendirian, Cosetta memutuskan untuk mengikuti dari seberang sungai. Ketika ia berjalan, ia menemukan sepotong kayu yang ukurannya lumayan panjang.

Ia berlari hingga melihat bahwa anak-anak itu juga disuruh untuk mencari kayu, tetapi ukuran yang mereka bawa selalu salah. Cosetta berteriak, “Cairo, tangkap ini,” kemudian melemparkan kayunya.

Cairo menangkapnya dengan sigap, lalu memberikan jempolnya seraya tersenyum. Akhirnya, penyelamatan bola itu berhasil. Anak-anak itu berlari meninggalkan mereka menuju padang rumput lagi. Permainan mereka adalah yang paling penting di dunia sekarang. Hanya Leo yang mengucapkan terima kasih dengan manis pada mereka sebelum pergi.

Cairo mengelapkan tangannya pada celananya. Ia memandang Cosetta dan berkata, “Sini, Elwood.”

“Huh?” tanya Cosetta heran. Habisnya, seberang sungai itu merupakan kawasan Berryrow, hutan sekaligus semak belukar yang amat rimbun. Tak ada apa pun yang bisa dilakukan di sana. Lagipula, Cairo harus segera bertemu dengan Mabel.

“Kenapa ada kotak pos di dalam hutan?” tanya Cairo. Ketika melihat Cosetta sudah menyeberang jembatan untuk menemuinya, ia berkata lagi, “Lihat deh, bukankah itu kotak pos, ya?”

Cosetta melihat ke sela-sela pepohonan. Memang benar, tersembunyi di balik rimbunnya sulur ivy terdapat sebuah kotak pos yang sangat usang. Pergerakan aneh terlihat dari dalam lubangnya, kemudian muncul kepala kecil seekor tupai. Sebuah ingatan mengampiri benaknya. “Memang kotak pos. Rumah itu kalau kata temanku milik leluhur Hartlefirth,” katanya, mengingat perkataan Eula. Ia mengerutkan hidung. “Katanya, ada hantu yang tinggal di sana. Itulah kenapa tidak ada yang peduli dengan rumah itu. Sepertinya warga desa saja sudah melupakannya. Ayo pergi, kita harus menemui Mabel.”

“Dari perkataanmu, bukankah kita malah harus melihatnya? Kamu bilang Mabel mencuri peta dari sekolah. Katamu ia tak mungkin menyembunyikannya di rumahnya. Ia juga tak berteman baik di desa ini. Apakah menurutmu, kemungkinan rumah leluhur ini ...”

Mata Cosetta melebar. Ah, benar juga. Kenapa hal itu sama sekali tak terpikirkan?

1
ᏋℓƑ⃝⛁̸᮫☤𝙰υяαᘛ⁠⁐̤⁠ᕐ⁠ᐷẸˢ𝐭
ya Tuhan, sopo kelinci 🐰😭🤣🤣
ᏋℓƑ⃝⛁̸᮫☤𝙰υяαᘛ⁠⁐̤⁠ᕐ⁠ᐷẸˢ𝐭: kasian kelincinya 😔
Floricia Li: enak kan sop kelinci? 😂
total 3 replies
Alexander
Suka dengan gaya penulisnya
Maria Fernanda Gutierrez Zafra
Gak pernah kepikiran plot twist-nya seunik ini! 🤯
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!