Senja Anjani, seorang gadis muda yang harus menjalani kehidupan penuh luka, air mata, serta cobaan hidup tidak ada habisnya.
di umurnya yang belum genap 22 tahun, ia kehilangan kesuciannya, di renggut secara paksa oleh Sagara Rahardian, yang tidak lain adalah kekasihnya.
Akibat kejadian satu malam, banyak kesalahpahaman terjadi pada perjalanan hidup mereka.
Benci dan cinta saling berebut untuk menguasai mereka.
"Sampai ragaku tak lagi bernyawa,
kebencian ku kepada mu akan tetap membara" (Senja)
Ayo...ikuti kisahnya 😍
*** hai Semuanya, mohon dukungannya ya, mohon kritik, serta sarannya 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nay'ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Flamingo
*** Selamat datang 🤗
Happy reading 😍
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sagara berjalan cepat memasuki minimarket, kabut amarah tampak jelas di matanya. emosinya kian memuncak tatkala melihat bagaimana penampilan sang pujaan hati yang begitu berantakan.
Baju gamis berwarna maroon yang di kenakan oleh Senja, sudah bercampur dengan warna putih tepung serta kuning telur, di pandanginya para tersangka yang telah menganiaya sang istri, dengan tatapan yang berhasil menghantarkan getar ketakutan di hati mereka.
Bugh...satu bogeman berhasil membuat sang lawan jatuh tersungkur, Sagara meninju karyawan laki-laki minimarket tersebut, ia sangat geram melihat istri laki-laki Pecundang itu memaki Senja.
Dalam perjalanan dari kantornya menuju tempat kejadian, Sagara melihat semua perbuatan biadab mereka, melalui cctv yang ada di minimarket.
Pekik terkejut dari pengunjung saling bersahutan, ketika melihat pria dengan nametag Irwan itu terbatuk mengeluarkan darah.
"Mulai detik ini, Saya tutup minimarket sialan ini! dan kalian yg yang berada di sini, bersiaplah menghadapi hukuman setimpal!"
Segera petugas polisi dan belasan bodyguard Sagara, menangkap mereka yang terjebak di dalam minimarket, guna mempertanggung jawabkan perbuatan kriminal mereka.
"Bukan saya, Pak, dari awal saya tidak ikutan , hanya menjadi penontonnya saja!" kilah salah satu dari para penghujat itu.
"Tolong kasihani saya, Pak, saya benar-benar khilaf!" seru wanita yang tadi memaksa ingin menarik hijab milik Senja, sangat tidak sepadan dengan suara lantangnya yang telah mencaci maki Istri Sagara tersebut.
"Saya, di adu domba oleh Dia, Pak, saya sama sekali tidak bersalah!" ujar seorang wanita yang tadi sangat semangat melempari tubuh senja dengan tepung, kini mencari alibi agar terbebas dari jeratan hukum.
Keributan serta kericuhan saling tuduh menuduh, tak dapat terelakkan. Suara- suara ketakutan akan nasib yang akan mendekam di dinginnya dinding penjara memenuhi ruangan minimarket.
Para karyawan minimarket itu gemetaran, mereka tahu betul siapa seorang Sagara Rahardian, seharusnya tadi mereka melerai keributan besar itu, bukannya menjadi penonton sembari merekam melalui ponsel.
Ke empat orang bodyguard wanita yang melindungi Senja, membuka lingkaran formasi mereka, ketika Sagara menghampiri sang istri, penampilan mereka juga tak kalah berantakannya, rambut serta pakaian mereka penuh cairan telur, sirup, serta tepung.
"Sayang, maaf, aku terlambat!" tanpa rasa jijik Sagara mengecup kening Senja, dan tanpa banyak kata ia menggendong wanitanya secara bridal. meninggalkan tempat yang masih penuh akan manusia munafik.
"Kembali ke Apartemen!" Sagara memberikan perintah kepada sang supir. iringan mobil mewah membelah jalanan Ibu Kota, Senja sendiri duduk tenang di pojok kursi penumpang, ia menjauh dari jangkauan Sagara. memilih diam mengunci rapat-rapat mulutnya
*
*
"Mandilah dulu, di dalam lemari pakaian itu, ada beberapa gaun yang cocok dirimu kenakan." di tatapnya wajah kekasih hatinya, Sagara mengusap lembut noda putih dan kuning yang menempel pada pipi dan kening Senja.
"Jangan menyentuh ku, Sagara, semua kesialan ini bersumber darimu! seandainya saja dirimu gak pernah datang dalam kehidupan ku, pasti hal memalukan serta menjijikan ini, gak pernah aku alami!" Senja menepis kasar tangan Sagara, ia meluapkan semua rasa sakit hatinya.
Heu-heums "Maaf, akan aku pastikan, mereka semua yang telah menghinamu, mendapatkan balasan menyakitkan!"
"Aku gak membutuhkan kata Maaf, gak juga butuh pembelaan mu, Sagara! pergi kamu!" tubuh Senja meluruh kelantai, air mata yang sedari tadi ia tahan, mengalir bebas. pertahanan dirinya roboh.
"Tidak, aku akan tetap berada di sini, menemani mu, menjadi garda terdepan mu!" ucap Sagara lembut, di rengkuhannya tubuh rapuh wanita kesayangannya, ia ikut duduk bersimpuh di hadapan Senja, memeluk erat tubuhnya.
"Kamu jahat, Sagara, karena kamu kehidupan ku menjadi berantakan, semua kesialan yang terjadi dalam hidup ku, kau lah penyebab utamanya!" dalam tangisnya Senja melampiaskan emosinya dengan memukul punggung Sagara.
Sedikitpun Sagara tidak mengelak apalagi melawan, ia biarkan Senja meluapkan kemarahan di dalam hatinya. setelah di rasa sang istri mulai tenang dan tangisannya sudah mereda.
Sagara berdiri dengan Senja dalam gendongannya, membawa ibu dari anaknya itu masuk kedalam kamar mandi, ia dudukkan Senja di atas wastafel, lalu Sagara mengisi bathtub dengan air hangat.
"Sayang, mandi ya, biar badannya gak terasa lengket lagi." pinta Sagara dengan sayang, sembari membuka hijab Senja yang sudah bau amis telur.
"Aku bisa Sendiri!" Senja mencegah tangan Sagara yang hendak menarik hijabnya.
"Ya sudah, aku keluar dulu, hmm!"
Sagara memilih keluar dari kamar mandi, membiarkan Senja mandi sendiri, ia membuka lemari baju, mengambil satu setel pakaian yang nyaman untuk di kenakan Senja nanti, menaruhnya di atas ranjang.
Lalu Sagara segera menuju dapur kecil di pojok ruangan apartemen, menggulung lengan kemejanya, membuka kulkas dan mencari bahan mentah yang bisa di olah menjadi makanan lezat.
Dengan lihai Sagara mulai memasak menu sederhana yang akan ia santap nanti bersama sang istri.
Setelah hampir dua jam berkutat di dapur serta ruang kerjanya, Sagara memilih menghampiri Senja di kamar utama, di bukanya pintu kamar, di atas ranjang terlihat wanita yang sangat ia cintai tengah tertidur pulas.
"Pasti kamu sangat lelah ya, sayang," di belainya wajah Senja dengan sayang, jejak air mata masih terlihat di sudut mata serta pipi Senja.
Sagara meraih handuk kecil, dengan sangat pelan ia mulai mengeringkan rambut panjang milik Senja yang masih lembab.
...****************...
"Ayo Hila, kamu di sebelah kanan, aku yang sebelah kili, cepat lali Hila, itu Soang melah nya sudah dekat,"
"Aduh, Soang jangan kencang-kencang larinya, nanti aku capek, jangan ngeyel seperti Ayahku, menurut lah!" Hira berlari kecil menghampiri kawanan burung Flamingo, yang sedang mencari makan di pinggiran danau, mereka sangat semangat mau menjadikan burung itu, sebagai menu makan malam.
"Nona Hira , Nona May, tolong jangan memburu mereka, nanti Tuan besar bisa murka, kalau kita menangkap burung cantik itu!" seru salah satu pengasuh si kembar.
"Kakak, mau masuk geng kami, kan? Hira bertanya sambil berkacak pinggang.
"Iya mau, nona kecil!" jawab serempak kedua suster pengasuh mereka.
"Kalau mau, ya halus mengikuti apa kata ketua geng nya, ndak boleh membantah, Oke?" terang May.
Kedua pengasuh si kembar hanya bisa mengangguk pasrah, mereka tidak berdaya.
Hap, "Kena Kau, bulung soang jelek!" Hu-wwa, hu-wwa ....Sak-kitt!! Bulung kulang ajal, bulung dulhaka, hu-wwa...bibil aku jontol!" bibir May di sosor burung flamingo.
Setelah burung Cantik itu ia jatuhkan begitu saja ke rumput, dengan gaya ala-ala seorang pemain sepak bola, May berusaha menendang si burung, namun tendangan kaki pendeknya meleset, menyebabkan May tersungkur mencium tanah basah bercampur lumpur.
Hu-wwa, "Pantat Aku sakit sekali, dasal bulung gak pelnah di sekolahin, gak punya akhlak!" hiks hiks hiks
Beberapa bodyguard dan pelayan yang memang menjaga si kembar dari jarak sedikit jauh itu, terlihat memegang perut mereka akibat menahan tawa, melihat May memarahi burung yang tak berdosa itu.
Belum selesai mereka tertawa dalam diam, kini kembali di buat cekikikan pelan, saat melihat Hira di kejar-kejar kawanan Flamingo yang tengah marah.
"Tolong, Tolong Aku, si Soang lagi kumat sarafnya!!" sekencang mungkin Hira melarikan diri dari kejaran beberapa ekor burung yang sedari tadi di ganggu ketenangannya oleh dirinya.
Hu-wwa, hu-wwa, Hira menangis histeris saat tubuhnya terpeleset dan berguling-guling di rerumputan. Drama siang hari itu di tutup dengan tangisan melengking dari anak kembar identik itu.
...----------------...
"Sayang, Bangun! Udah mau maghrib," Cup, Sagara mencium lembut pipi Senja yang tengah tertidur. di pandanginya wajah sembab wanita yang sampai kini masih menjadi ratu di hatinya.
"Sayang," kecupan sayang memenuhi seluruh wajah Senja, tanpa terkecuali bibirnya.
~ Bersambung ~
Mohon dukungannya ya kak, harap tinggalkan jejak like, subscribe & gift, terimakasih 🙏♥️
padahal ini udh aku tunggu2 up nya... 🥰🥰 kngn sm si kembar . kangn bngt sm kakek agam..🤣🥰🥰🥰😘😘😘