"Apa tidak ada cara lain Pak?, mungkin jika cacat di salah satu kaki dan tangan saya masih bisa menerimanya tapi ini tuli dan bisu, bagai mana saya bisa berkomunikasi dengannya?" ucap Frayogha yang tidak bisa mengerti dengan permintaan seorang pimpinan sebuah pondok pesantren yang memintanya menikahi putrinya yang tuli dan bisu, hanya karena dia ingin menghalalkan makanan yang telah dia makan.
Di paksa untuk menikahi seorang yang tidak dia kenal, dan katanya tuli juga bisu, rasanya jika menikahpun pernikahan mereka tidak akan lama atau mungkin sebaliknya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Itung-itung hukuman
Yogha yang sedang dalam perjalanan untuk menemui Bagus, teringat dengan anggukan Nurr yang entah mengapa selalu mengingatkannya pada sang istri, yang entah bagai mana kabarnya karena memang Yogha tidak pernah mencari tahu kabar istrinya itu.
Bukan karena tidak perduli tapi karena dia tidak ingin memberikan harapan pada Ainur nantinya.
Yogha sampai di depan pintu apartemen milik Bagus, dan setelah menunggu lumayan lama barulah pintu terbuka, dengan menampilkan wajah Bagus yang masih datar, karena belum memaafkan perilaku dirinya yang menurut Bagus kejam.
"Ada apa?" ucap Bagus singkat.
"Kamu masih belum memaafkanku?" ucap Yogha yang malah balik bertanya.
"Menurutmu?" ucap Bagus dan dia langsung masuk kedalam tanpa mengajak Yogha masuk karena tanpa disuruh pun Yogha pasti akan masuk mengikutinya.
Yogha masuk kedalam dan langsung duduk di tempat yang menurutnya nyaman dan baru setelah itu dia berkata lagi "Apa kau belum memaafkanku? kau tahu bukan jika apa yang aku lakukan pada Ainur karena tidak ingin menyakitinya."
Bagus tersenyum lalu berkata "Kau bilang tidak ingin menyakitinya? jika seperti itu seharusnya dari awal kau menolak pernikahan itu."
"Itu lagi, bukankah kau tahu apa yang di katakan pak Kiai waktu itu?" ucap Yogja mengingatkan Bagus tentang ancaman kiai.
"Itu cuman sebuah ancaman, jika kau menolak dan pergi, pak Kiai juga pasti menghalalkan makanan yang sudah kau telan!" ucap Bagus yang mungkin benar akan di lakukan Kiai, mengingat dia seorang Kiai jadi rasanya tidak mungkin dia membiarkan orang lain hidup dalam ketidak berkahan.
Yogha terdiam karena memang ada kemungkinan yang di katakan Bagus benar.
"Kenapa diam? apa kau baru sadar?" ucap Bagus dengan rasa kesalnya
Yogha tidak menjawab pertanyaan Bagus tapi sekarang dia malah berkata "Terus sekarang aku harus apa?"
"Temui Ainur minta maaf padanya dan ajukan pembatalan pernikahan kalian, setidaknya jika setatus Ainur bukan janda akan membuatnya lebih baik."
"Baiklah, tapi kau harus menemaniku kesana!" ucap Yogha karena rasanya dia tidak punya nyali jika harus pergi sendiri.
"Hem" jawab Bagus dan mereka langsung pergi ke Desa dimana Ainur tinggal.
Setelah sampai Yogha dan Bagus tidak langsung masuk kearea pondok karena tiba-tiba rasa takut menyelimuti keduanya, dan pada akhirnya mereka hanya diam di dalam mobil dengan alasan mengumpulkan keberanian.
Satu jam, dua jam dan baru setelah tiga jam mereka keluar dari dalam Mobil, tapi bukan untuk pergi menemui pak Kiai melainkan untuk mencari makan karena perut mereka sudah berteriak minta di isi, dan kebetulan ada tukang bakso yang lewat.
Sambil memakan bakso, samar-samar mereka mendengar orang-orang yang kebetulan membeli bakso mengatakan, jika sampai saat ini putri pemilik pesantren belum pernah kembali, setelah dibawa suaminya, dan ucapan tersebut sukses membuat Yogha dan Bagus saling tatap, mempertanyakan hal yang sama yaitu kemana Ainur pergi? jika dia tidak pulang kepesantren.
Bagus yang ingin mendengar lebih jelas tidak asal tebak langsung bertanya pada orang yang mengatakan jika Ainur belum pernah pulang dan hasilnya benar jika anak pemimpin pondok tersebut adalah Ainur.
Setelah mendengar kabar tersebut cepat-cepat mereka masuk kedalam mobil takut jika ada yang mengenali mereka.
"Gus, jika dia belum kembali, lalu selama ini dia tinggal dimana?" tanya Yogha kawatir pasalnya Ainur tuli dan bisu.
"Apa dia baik-baik saja? atau dia di jahati orang saat mau pulang" ucap Yogha lagi dengan seribu pikiran buruknya.
"Gus, bagai mana jika dia di jamret kehilangan uang, terus luntang lantung di jalan dan ada orang jahat lagi yang memaksanya untuk menjual diri" ucap Yogja yang ingat dengan wajah Ainur yang sangat cantik dengan warna kulit wajah seputih umbut kelapa.
"Baru sadar? kemarin kemana saja?" ucap Bagus ketus.
"Ia maaf" ucap Yogha merasa bersalah
"Minta maaf bukan padaku, tapi pada Ainur!" ucap Bagus masih dengan nada ketusnya.
"Ya, aku minta maaf pada kalian" ucap Yogha lagi
"Aku maafkan, tapi untuk Ainur kau harus menemuinya dulu dan meminta maaf secara langsung!"
"Aku tahu, tapi kita harus mencari Ainur kemana?" tanya Yogha dengan rasa bingung dan rasa bersalahnya yang kini bersatu membuat kepalanya berdenyut.
"Tidak tahu, dan untuk yang ini maaf aku tidak mau membantu, cari sendiri itung-itung hukuman untukmu."