Alexander melipat kedua tangannya di dada, memperhatikan secara detail calon sekretaris barunya.
"Lumayan cantik, tinggi dan kulitnya putih bersih. sepertinya dia tidak membosankan dan enak dipandang." gumam Alex, seraya memperhatikan penampilan Cika yang masuk kategori sekertaris yang diinginkannya.
"Sudah pernah bekerja sebelumnya?"
"Belum tuan, saya baru saja menyelesaikan pendidikan dengan nilai terbaik." Jawab Cika percaya diri.
"Apa pernah tidur dengan pria sebelumnya?"
"Bussyaet, pertanyaan macam apa ini. sabarr....aku harus mengikuti saja perkataan orang aneh ini, demi gaji besar yang ditawarkannya." umpat Cika dalam hatinya, karena pertanyaan ini tidak sesuai dengan profesionalisme pekerjaan.
"Jawab!"
"I...iya belum tuan, saya masih perawan."
"Uuuh lantas bagaimana caramu menyenangkan ku, angkat rok dan baju yang kamu kenakan!"
"Tidak! saya malu tuan."
"Kalau begitu silahkan keluar, kamu saya tolak."
Mendengar hal itu refleks Cika mengangkat rok dan bajunya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ritasilvia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesepakatan
"Rambo, lepaskan tanganku sakiiit tau."
"Please, sebentar saja Lisa."
"Kamu mau apa sih, mengajakku ketempat beginian?"
Lisa meronta-ronta, ketika Rambo menarik paksa tangannya menuju sebuah lorong, dimana sekeliling terlihat gelap tanpa adanya camera pengintai.
"Ingat Lisa, kamu sudah sangat keterlaluan pada Cika. bagaimana jika tuan Alexander mengetahui jika dalang dibalik semua ini adalah dirimu." tunjuk Rambo.
"Apa maksudmu, menuduhku tanpa bukti seperti ini, Rambo?"
"Apa? kamu ingin bukti? lihatlah!" Rambo memperlihatkan sebuah rekaman, dimana Lisa telah membayar seseorang pelayan untuk mencelakai Cika.
"Bagaimana, apa bukti ini belum cukup?" Rambo tertawa sinis melihat perubahan wajah Cika yang pucat pasi.
"Apa maumu Rambo, kenapa kamu selalu ingin mencampuri urusanku?"
"Aku tidak menginginkan apapun Cika, sebagai sahabat aku hanya memperingati mu. tolong hentikan sikap cemburu butamu pada Cika, karena hal itu justru sebaliknya akan menjadi bumerang bagi dirimu sendiri."
"Cukup Rambo, aku tidak butuh nasehat darimu."
Lisa mengeluarkan pisau, mengambil ancang-ancang untuk menghadapi Rambo. pria itu selalu berhasil mengelak. sehingga perkelahian diantara mereka selalu seri. layaknya sebuah latihan untuk melatih ilmu beladiri mereka saja.
"Sudahlah, aku tidak mau buang-buang tenaga lagi. bisakah kita bicara baik-baik." bisik Rambo ketika dia berhasil mengunci pergerakan Lisa. gadis itu mengangguk lalu mengikuti langkah Rambo menuju kursi taman.
"Lisa, kenapa kamu begitu membenci Cika. bukankah gadis itu tidak mempunyai salah apapun padamu?"
"Kalian semua sama saja, mudah tergoda pada kecantikan Cika. semua itu cuma kedoknya untuk mencari kelemahan kak Alex. percayalah Cika itu mata-mata yang dikirimkan oleh geng Naga." Lisa tetap bersikukuh pada pendiriannya.
"Tidak mungkin, lagian tuan Alex lebih jeli dari pada kita berdua. aku yakin kamu punya tujuan pribadi?" sindir Rambo yang ampuh membuat dada Lisa kembang kempis karena emosi.
"Jujurlah, kamu cemburu pada Cika kan?" Rambo tertawa mengejek Lisa, dimana wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus.
"Aku tidak cemburu, tapi melindungi kak Alex dari musuh-musuhnya, ingat kami pernah melewati masa-masa sulit bersama, tentu aku sangat menyayanginya." jawab Lisa tidak terima dengan tuduhan Rambo barusan.
"Tapi aku melihatnya tidak seperti itu, melainkan rasa takut kehilangan ya kan?" Rambo semakin gemas melihat Lisa yang serba salah bercampur marah padanya.
"Lisa, ingat dia sudah menjadi kakak angkatmu, sebaiknya belajarlah menerima Cika sebagai calon iparmu."
"Jangan mimpi Rambo, aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi."
"Aku juga tidak akan pernah membiarkanmu merusak hubungan mereka." Rambo balik mengancam Lisa.
"Apa pedulimu pada perempuan itu, Rambo."
"Aku adalah pengawal khusus yang diperintahkan tuan Alex untuk melindungi Cika, jika kamu ingin menyakitinya maka kamu juga akan berurusan denganku Lisa, ingat itu."
"Aku tidak takut padamu, Rambo."
"Tapi aku punya senjata ampuh, yang bisa membuat tuan muda Alex sangat membencimu, yaitu Vidio ini." ancaman Rambo kembali membuat Lisa yang semula ingin menyerangnya mundur.
"Rambo, aku tidak akan benar-benar membunuh Cika. aku hanya ingin dia pergi sejauh mungkin dari kehidupan kak Alex, sudah cukup membuatku bahagia, karena aku merasa Cika bukan perempuan yang tepat untuk kak Alex." Lisa mulai mengeluarkan bujuk rayunya, dia tahu jika Rambo sudah lama menyukainya.
"Rambo, apa kamu mau bekerjasama denganku?" Lisa melunak, dia mulai berani menyentuh wajah Rambo dan membelainya penuh kelembutan.
"Bekerjasama seperti apa?"
"Bantu aku untuk menyingkirkan Cika, setelah itu aku akan menyerahkan diriku seutuhnya padamu Rambo." menatap sayu kerah Rambo.
"Tapi aku tidak tega, Cika perempuan baik-baik."
"Cukup singkirkan dan pisahkan saja mereka, jadi kamu tidak perlu mengotori tanganmu, Rambo."
"Tidak semudah itu Lisa, tuan Alex pasti akan lebih menggila dan akan terus mencari tahu, aku tidak ingin kita berdua mati sia-sia ditangannya."
"Kita harus bermain cantik, buat Cika seolah-olah sudah meninggal dunia dengan kejadian yang tidak biasa. sehingga kak Alex tidak akan pernah mencari-cari lagi perempuan itu."
"Aku setuju, tapi malam ini kamu harus menjadi milikku."
"Baiklah Rambo sayang." Lisa membelai lembut wajah Rambo, yang menurutnya tidak terlalu buruk.
"Jika aku tidak bisa memiliki kak Alex, maka aku tidak akan pernah membiarkan wanita lain memiliki cintanya." bathin Lisa tertawa puas dengan rencana yang akan disusunnya bersama Rambo.