Kakak laki-lakinya disandera oleh bos gangster karena tidak bisa membayar hutang setelah kalah dalam pemainan judi. Adik perempuannya dijual untuk dinikahkan dengan pria yang sedang koma.
Seperti sebuah kutukan, dia menyebrang dan menjadi adik perempuan itu.
Dan di dalam kisah ini dia bukan protagonisnya. Setelah terbangun dari koma, suaminya mengajukan cerai.
Ketika dia melihat nominal tiga ratus juta yang menjadi harta gono-gini bagiannya. Tanpa nostalgia, dia menandatangani surat perceraian itu dalam satu tarikan nafas.
Saat dia hendak berbalik badan, suaminya yang akan segera menjadi mantan suami itu merobek surat cerai yang baru dia tandatangani dan berkata. "Tiga ratus juta setiap bulan selama kau masih menjadi istriku."
Dengan spontan dia berbalik badan, senyum ribuan watt di wajahnya. "Suamiku~~"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chu Seldom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Singa dan Burung Kenari
Tidak ada yang berkesan pada acara makan malam dengan keluarga besar, selain makanan mewah dan wine mahal yang disajikan.
Lun Li duduk diantara sepupu-sepupu keluarga Jiang yang ternyata jumlahnya banyak, mereka membicarakan tentang perhiasan, fashion dan salon. Pembicaraan itu membosankan, tapi karena wanita-wanita cantik yang membicarakannya Lun Li masih bertahan di sana.
Dia melirik Jiang Yi yang dikelilingi oleh para paman dan sepupu laki-laki, sedang membahas sebuah proyek besar bernilai milyaran. Pria itu meskipun duduk di kursi roda, auranya masih yang paling tinggi. Setiap kali gilirannya berbicara tidak ada orang berani menyela, meskipun mereka terlihat tidak setuju dengan apa yang dia katakan, para paman itu tetap mendengarkan dengan patuh. Seperti para mentri yang sedang mendengarkan kaisar berbicara.
Kalau tidak tahu aslinya, keluarga Jiang ini terlihat akur. Mereka tampak menghormati Jiang Yi yang duduk pada posisi pemimpin keluarga meskipun usianya jauh di bawah mereka. Karena di keluarga Jiang orang yang memiliki kemampuan lebih diutamakan. Tapi semuanya hanya terlihat tenang di permukaan, tidak ada yang bisa mengukur kedalam hati seseorang sebegitu juga tidak ada yang bisa menghentikan keserakahan setiap individu.
"Lili?"
Salah satu sepupu yang memakai gaun kuning yang memperlihatkan banyak kulit memanggilnya, Lun Li menoleh. "Maaf barusan aku sedikit melamun, apa yang sedang kalian bicarakan?"
"Ah tidak, kami hanya ingin mendengar pendapatmu tentang putri angkat paman ketiga."
Putri angkat paman ketiga, Lun Li kembali melihat ke arah Jiang Yi karena orang yang sedang mereka bicarakan ada di sana, secara kebetulan orang yang dia lihat juga sedang melihat ke arahnya, mereka bertukar senyum. "Aku pernah bertemu dengannya sekali, sepertinya dia cukup normal." ucap Lun Li. Setidaknya pada waktu itu dia merasa begitu, namun setelah melihatnya berada di sini sebagai putri angkat paman ketiga, sepertinya 'cukup normal' sudah tidak lagi bisa dikaitkan dengannya.
Paman ketiga adalah penjahat besar dalam kisah ini, orang yang cukup normal tidak mungkin memiliki hubungan dekat dengannya, apalagi sampai menjadi putri angkat. Sembilan dari sepuluh, dipastikan orang itu memiliki agenda tertentu.
Tapi Lun Li tidak mengatakannya, karena diantara para sepupu yang terlihat ramah dan bersahabat itu dia tidak tahu ada berapa banyak yang berada di pihak paman ketiga.
Sekalipun mereka menganggapnya sebagai orang yang tidak berbahaya, tapi karena saat ini dia dan Jiang Yi berada di dalam satu perahu, jika Jiang Yi mendapatkan masalah dia juga akan terseret ke dalamnya. Maka dari itu untuk mempertahankan diri sebagai 'orang yang tidak berbahaya' sebaiknya dia tidak usah banyak berbicara.
"Dia bersahabat dengan Yu Jin, bagaimana kalau pertemanan mereka sangat dekat dan dia bersedia membantu Yu Jin untuk mendekati Jiang Yi kembali, Yu Jin dan Jiang Yi dulu juga sangat dekat, ada kemungkinan yang cukup besar untuk menghidupkan kembali api cinta yang telah padam. Apa kamu tidak merasa terancam? " ucap sepupu baju kuning.
"Aku percaya pada Yiyi." Lun Li memasang wajah polos dan mengatakannya.
Tatapan semua orang mengatakan jika dia bodoh, tapi Lun Li tidak peduli.
"Bagaimana bisa begitu, semua pria tidak bisa di percaya."
Kemudian usaha Lun Li untuk menjauhkan topik pembicaraan darinya berhasil. Setelah sepupu yang baru saja bercerai dengan mantan suami yang merupakan pria phoenix, pria yang mengincar wanita kaya untuk menaikkan status, angkat bicara. Topik pembicaraan berganti menjadi membicarakan tabiat buruk kaum pria.
Lun Li mendengarkan dengan setengah hati sambil sesekali memakan ceri.
Setelah sesi basa-basi berakhir, acara inti dimulai.
Semua orang pindak ke meja makan dan acara makan bersama dimulai setelah kakek Jiang menggerakkan sumpitnya. Walupun posisi kepala keluarga telah diturunkan kepada Jiang Yi tapi posisi tetua masih dipegang oleh kakek Jiang.
Lun Li duduk di samping Jiang Yi, di ayang berperan sebagi istri kecil bos besar, dengan tekun memastikan selalu ada makan pada piring pria itu. Tiga dari sepuluh makanan yang dijepit oleh sumpit di tangannya dia berikan kepada Jiang Yi. "Yiyi makan ini." dia mengambil sepotong iga tumis saus pedas manis dan meletakkannya pada piring Jiang Yi.
"Tidak kusangka kakak ipar ternyata sangat perhatian." Tidak tahu sepupu Jiang mana yang berbicara, tapi gara-gara itu semua orang jadi memperhatikannya.
Lun Li menahan diri untuk tidak memutar bola matanya, "Sudah seharusnya, sudah seharusnya." memasang senyum kemudian kembali menunduk dan fokus melayani Jiang Yi.
Tapi seseorang masih belum menyerah. "Sungguh keberuntungan seorang pria untuk memiliki istri yang berbudi luhur dan melayani suaminya dengan setulus hati, tapi jaman terus berubah, dibandingkan istri yang menjaga rumah, istri yang bisa membantu karir suaminya lebih dibutuhkan."
Jiang Qun tersenyum miring. Boleh saja Jiang Yi lebih unggul darinya, tapi tidak peduli seberapa pun tingginya pencapaian yang dia dapatkan, orang-orang akan mengingat jika istrinya adalah seorang wanita yang tidak berpendidikan dan bodoh. Itu akan menjadi noda hitam disepanjang karir dan hidupnya.
Orang bodoh mana yang tidak tahu jika kalimat itu ditunjukkan secara khusus kepada orang tertentu. Lun Li mengangkat kepalanya dan menatap Jiang Qun, putra pertama paman ketiga yang kebetulan duduk di seberangnya, kemudian tangannya kirinya yang berada di bawah meja menarik ujung pakaian Jiang Yi dan menggoyangkannya.
"Yiyi dia menargetkan ku." ucapnya lirih, mengeluh dengan penuh kesedihan.
Jiang Yi meliriknya, dia tahu jika wanita itu sedang berpura-pura. Sebelum dia bangun, berapa kali saja dia menjadi saksi bisu akan keganasannya. Pada waktu itu dia percaya wanita itu mampu menumbangkan seekor macan sendirian. Akan tetapi dia juga tidak melupakan jika wanita itu juga suka memainkan babi yang memakan macan, dia suka berpura-pura lemah dihadapan lawan yang kuat. Selain itu dia juga suka memanfaatkan orang lain sebagai tameng.
Pada waktu itu dia mengagumi strateginya dan berpikir jika wanita yang bersanding dengannya harus wanita seperti itu.
Melihat Jiang Yi yang tidak mau membantunya membuat Lun Li dengan kesal menggerakkan sumpitnya untuk menjepit cabai merah yang dipotong menyerupai bunga.
"Orang-orang mengikuti tren untuk memelihara seekor macan atau singa. Mengira binatang buas itu sudah jinak dan membawanya ke dalam rumah, tanpa tahu singa itu melihat majikannya seperti sepotong daging berjalan." Jiang Yi membuka mulutnya dan dia melihat ujung sumpit menjauhi cabai. "Dari pada seekor singa, burung kenari lebih aman untuk dipelihara. Penurut dan bisa menghibur saat jenuh." dia melanjutkan kalimatnya sambil menatap Lun Li dan bertanya dengan matanya, apakah jawabannya memuaskan.
"Kenari? Jadi Yiyi suka dengan kenari?" Lun Li memutar kepalanya menghadap kepada Jiang Yi dan berkata dengan ceria seolah-olah dia adalah fan wanita yang bertemu dengan idolanya, sebuah kesenangan yang tidak dapat diukur.
Jiang Yi merasakan kulitnya membeku mendengarnya, dan dia melihat sumpit Lun Li telah memindahkan kepiting utuh ke piringnya. "Atau berteman dengan singa?" dia ingin meralat jawabannya tapi langsung bungkam ketika melihat Lun Li melirik lobster. Lebih baik dia diam.
"Tapi aku lebih menyukai monyet Yiyi, mereka seperti manusia padahal bukan. Kalau Yiyi mau memeliharanya aku akan setuju." Lun Li berkata dan mengambil tumis rebung dan daging sapi yang kebetulan berada tepat di depan Jiang Qun, pada saat itu dia mengangkat matanya dan menatap pria itu untuk dua detik sebelum kembali menunduk dan mengurangi kehadirannya
"Kalau kakak ipar menyukai monyet, aku akan menyuruh orangku untuk menangkap satu dan menghadiahkannya untuk kakak ipar." ucap Jiang Qun dengan sombong. Dia memberikan tatapan menghina kepada Jiang Yi sambil tersenyum sinis. Wanita dungu, begitu kira-kira jika tatapannya diterjemahkan.
Tapi orang lain yang menangkap makna sebenarnya dari perkataan Lun Li, memberikan tatapan prihatin ke arah paman ketiga. Bukankah wanita itu baru saja menyamakan Jiang Qun dengan monyet?
"Jiang Qun diam." ucap paman ketiga. Matanya menatap Lun Li seolah dia ingin meng-kanibal. Membenci kenapa dia diberikan seorang putra yang tidak berguna.
"Yiyi aku ingin ke toilet." Lun Li merasa dia kebanyakan minum dan kandung kemihnya penuh. Dia meninggalkan meja makan tanpa tahu jika seseorang ingin mencaploknya.