NovelToon NovelToon
TERGODA JANDA PIRANG

TERGODA JANDA PIRANG

Status: tamat
Genre:Tamat / Janda / Selingkuh / Aliansi Pernikahan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor / Teen Angst
Popularitas:40.9k
Nilai: 5
Nama Author: Napp

Asih Setiasih adalah Wanita yang memiliki paras cantik namun masih polos dan lugu, Diusia 20 tahun Ia menikah dengan seseorang Pria bernama Hardiansyah yang dijodohkan oleh orang tuanya. Karena kepolosan Asih rumah tangganya harus kandas, karena ternyata suaminya tergoda oleh wanita lain yaitu janda gatal berambut pirang yang tak lain adalah teman masa kecilnya sendiri. Tetapi setelah bercerai dan menjadi Janda, pesona Asih malah makin menjadi dan bersinar, karena ia sering merawat dirinya dengan pergi ke salon, ia merubah penampilannya terutama di rambut indahnya itu dengan mengikuti gaya trend masa kini yaitu rambut pirang, ia memperbaiki segala apa yang kurang dalam dirinya. Setiap pria yang bertemu dan memandang Asih pasti tergoda dan kelepek-kelepek akan kecantikan dan tubuhnya yang montok aduhai itu. Mau tau keseruan kisah cinta Asih seorang Janda berambut Pirang yang diperebutkan oleh banyak pria baik muda sampai yang tua, yuk baca ceritanya sampai selesai...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Napp, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perkara Air Pelet

Setelah itu Euis pun pergi dan kembali ke kamar untuk melakukan ritual mandi dan sebagainya. Sementara Teh Rini masih sibuk menyelesaikan pekerjaan rumah di kediaman milik Hardi tersebut.

Tak terasa sore pun tiba. Euis yang sudah cantik dan tampil seksi segera pergi ke dapur. Ia ingin membuat secangkir kopi khusus untuk Hardi yang sebentar lagi akan pulang. Euis meraih cangkir milik Hardi lalu mengisinya dengan gula. Teh Rini yang melihat hal itu, langsung menawarkan jasanya.

"Teh Euis sini, biar aku buatin kopinya." ucap Teh Rini.

"Tidak usah Teh, biar aku saja," tolak Euis sembari memasukkan satu sendok teh kopi ke dalam cangkir tersebut.

Teh Rini pun mengalah dan membiarkan Euis membuat kopi itu sendiri. Ia kembali memperhatikan majikannya itu dan tiba-tiba Teh Rini membelalakkan matanya ketika melihat Euis memasukkan sedikit air dari botol yang ia simpan tadi ke dalam cangkir yang sudah berisi campuran gula dan kopi tersebut.

Teh Rini tampak bergidik ngeri, karena secara air itu terlihat tampak kotor, warnanya keruh dan ada aroma yang cukup membuat indera penciuman terganggu karenanya.

"Air apa itu? apa jangan-jangan selama ini si Euis menggunakan pelet untuk meluluhkan hati Hardi?" gumam Teh Rini dalam hati.

Meskipun merasa aneh dengan perilaku Euis saat itu, tetapi Teh Rini tida berani untuk bertanya terhadap bos-nya itu. Ia takut Euis merasa tersinggung atau pun marah kepadanya. Setelah selesai membuat kopi yang berisi air pelet tersebut, Euis pun segera pergi ke depan untuk menyambut kedatangan Hardi yang sebentar lagi tiba di kediaman mereka.

Benar saja, tidak berselang lama Hardi pun tiba, Euis bergegas menyambut kedatangan suaminya itu sambil menyunggingkan sebuah senyuman manja. Ia memeluk Hardi lalu menuntunnya menuju dapur.

"Mari a, aku sudah persiapkan secangkir kopi khusus untukmu." ucap Euis manja.

"Kebetulan sekali aku sangat ingin ngopi. sejak beberapa jam yang lalu aku belum minum apa pun." sahut Hardi sembari tersenyum.

"Oh... kasihan sekali suamiku," ucap Euis kembali manja dan kemudian mendudukkan Hardi ke sebuah kursi yang ada di ruangan itu.

"Setelah Hardi duduk, Euis bergegas menyodorkan secangkir kopi yang sudah ia siapkan sebelumnya ke hadapan lelaki itu.

"Ini kopimu a, kopi kesukaanmu," ucap Euis dengan kecentilannya.

Sedangkan Teh Rini yang kebetulan masih berada di ruangan itu, kembali bergidik ngeri ketika melihat Euis menyodorkan kopi yang sudah di campur dengan air beraroma tidak sedap itu kepada suaminya sendiri. Karena sudah tercampur dengan aroma kopi, aroma tak sedap itu pun menjadi samar-samar.

"Wah, terima kasih ya." ucap Hardi yang kembali tersenyum.

"Oh ia, hampir saja aku lupa a, tunggu sebentar di sini ya!" ucap Euis lalu bergegas pergi dan kembali ke kamarnya untuk mengambil kejutan yang sudah ia persiapkan sebelumnya untuk Hardi.

Sepeninggal Euis, Hardi segera bangkit dari posisi duduknya. Ia ingin mencari makanan pelengkap untuk meminum kopi tersebut. Hardi berjalan menghampiri lemari penyimpanan yang ada di salah satu pojok ruangan. Ia membuka lemari tersebut lalu mencari cemilan yang menurutnya cocok untuk menemani minum kopinya.

Akhirnya hardi menemukan sebungkus kue kering di dalam lemari penyimpanan tersebut. Ia segera meraih kue itu dan bersiap membawanya kemeja makan. Namun, tiba-tiba mata Hardi tertuju pada sebotol air berwarna keruh yang terletak tepat di belakang bungkusan kue kering tersebut.

Ia menautkan kedua alisnya, karena penasaran akhirnya Hardi meraih botol tersebut lalu membawanya ke meja bersama kue kering yang sudah berada di tangannya itu.

"Air apa ini?" gumamnya dalam hati, masih dengan kerutan di alisnya.

Teh Rini memperhatikan hal itu, tetapi ia tidak berani mengatakan apapun kepada tuan Hardi. Ia memilih diam dan menyaksikannya dengan mulut terkunci rapat.

Perlahan Hardi membuka tutup botol tersebut dan seketika tercium aroma tak sedap yang keluar dari dalam botol. Hardi mengibas-ngibaskan tangannya dengan raut wajah yang masam.

"Ehm...air apa ini sih? bau sekali!" pekik Hardi, lalu ia berjalan menghampiri wastafel.

Tanpa berpikir panjang, Hardi pun menumpahkan seluruh isi botol tersebut ke dalam wastafel yang mengalir langsung ke pembuangan. Teh Rini yang melihatnya ingin melarang Hardi melakukan itu, tetapi sayangnya sudah terlambat, seluruh isi botol tersebut sudah habis di buang oleh Hardi.

Hardi memutarkan keran ke kanan lalu keluar air yang menyiram sisa-sisa tumpahan air pelet tersebut, hingga wastafel itu pun bersih kembali.

Setelah itu, Hardi berjalan menghampiri tempat sampah dan berniat membuang botol kosong yang masih ada di tangannya tersebut. Namu tiba-tiba terdengar suara pekikan Euis yang berhasil mengalihkan perhatiannya. Wanita itu tampak panik, dengan langkah cepat ia menghampiri Hardi dan merebut botol kosong itu dari tangan suaminya.

"Mana airnya a?" tanya Euis yang sudah tidak sanggup menahan emosinya.

"Sudah ku buang, memangnya air apa sih itu? bau sekali!" tanya Hardi balik tanpa merasa bersalah sedikit pun.

"Ya ampun a Hardi!" pekik Euis dengan setengah berteriak. Ia menghentakkan kakinya ke lantai ruangan berulang kali dengan cukup keras. Matanya melotot dan wajahnya pun seketika memerah.

"Itu air pe...." Euis menghentikan ucapannya lalu mendengus kesal.

"Itu jamu a, khusus untuk ibu hamil sepertiku dan sangat sulit untuk mendapatkannya kembali" jelas Euis beralasan.

"Hmmm....!" Hardi bergidik ngeri.

"Jamu? jamu apaan itu? seperti air comberan saja, lagian kamu mau-maunya aja di suruh minum air begituan! mending kamu minum Vitamin yang di kasihkan sama Bu Dokter dari pada mengkonsumsi air tidak jelas seperti itu. Memangnya dari mana kamu mendapatkan air itu hah?" tanya Hardi selidik.

Euis terdiam dan tidak tahu harus menjawab apa. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa saat itu ia benar-benar marah dan ingin sekali mencaci maki lelaki itu. Selain memakan waktu yang lama di perjalanan, untuk mendapatkan air pelet itu, Euis harus mengeluarkan sejumlah uang yang tidak sedikit baginya.

"Heh...Euis! apa kamu tidak mendengar aku katakan ya? kata ku dari mana kamu mendapatkan air itu?" tanya Hardi lagi yang terlanjur penasaran dengan air beraroma tak sedap itu.

"Dari seseorang a, yang pastinya itu baik untuk kesehatan aku dan bayi kita. Seharusnya tuh ya a, aku yang marah karena a Hardi sudah membuang minuman jamu ku, tapi kenapa sekarang kamu yang sewot a?!" balas Euis yang tidak mau kalah.

"Aku tidak sewot, hanya saja air itu terlalu menjijikkan untuk di konsumsi Euis! Aku seperti ini, karena mengkhawatirkan kondisimu dan juga bayi kita. Bagaimana jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepadamu atau juga bayi kita? memangnya kamu tahu campuran air itu apa hah? siapa tau ada zat yang berbahaya terkandung di dalamnya," jelas Hardi lagi.

Euis menekuk wajahnya, ia semakin kesal dibuatnya.

"Hhhh...baiklah-baiklah! lagi pula air itu sudah kamu buang juga kan a?" ucap Euis yang masih kesal namun mencoba mengalah.

Euis melemparkan botol kosong yang masih berada di genggamannya itu ke dalam tempat sampah. Ia kemudian kembali ke meja makan lalu duduk di sana dengan wajah yang masih menekuk. Teh Rini yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa tersenyum tanpa berani ikut nimbrung.

Hardi menyusul Euis ke meja makan lalu duduk di sampingnya. Ia membuka bungkus kue kering yang tergeletak di atas meja kemudian memakannya.

"Apa itu is?" tanya Hardi sembari melirik sebuah kado mungil yang berada di tangan Euis.

"Bukan apa-apa!" sahut Euis sambil mendengus kesal.

Hardi meraih cangkir kopinya lalu menyeruput kopi tersebut tanpa merasa ada yang aneh sedikit pun. Sementara Teh Rini lagi-lagi harus bergidik ngeri, membayangkan air keruh yang beraroma tak sedap itu, kini masuk ke kerongkongan Hardi bersama kopinya.

Hardi yang tadinya tampak suntuk, tiba-tiba menjadi ceria dalam sekejap mata. Lelaki itu segera memeluk Euis dan bermanja-manja di tubuh istrinya itu. Teh Rini menggelengkan kepalanya, sekarang ia tahu, kenapa Hardi selalu tunduk dan mengikuti keinginan wanita itu.

"Hmmm... ternyata firasatku benar, air itu ada jampi-jampinya, sampai-sampai Hardi saja langsung tunduk setelah meminum kopi itu," gumam Teh Rini dalam hati.

Euis meletakkan kado kecil yang sejak tadi ada di tangannya ke atas meja.

"Sebenarnya aku ingin memberikan kejutan untukmu a, tapi sayang kamu sudah membuat aku kecewa dan sekarang aku sudah tidak mood lagi," ucap Euis tiba-tiba bad mood.

"Apa ini sayang? tanya Hardi masih bermanja-manja di tubuh Euis

"Jam tangan, aku membelikannya khusus untukmu." Jawab Euis.

Mendengar hal itu, Hardi pun bergegas meraih kado tersebut, lalu membukanya. Ia begitu bahagia mendapatkan sebuah hadiah berupa jam tangan baru dari Hardi.

"Wah...keren sekali sayang, terima kasih ya sayang aku sungguh menyukainya!" serunya sembari mempererat pelukannya bersama Euis.

1
Ulufi Dewi
Luar biasa
arniya
bagus kak
Mr E
Mulai nyesel deh
Sinta Wati
Gile bener...
Sinta Wati
wow...
NAP 21
siiip
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!