Kondisi keluarga yang berantakan, membawa Freya menjadi sosok anak yang berandal.
Freya kerap menghabiskan waktunya di club dan menjerumuskan dirinya kedalam obat-obatan terlarang.
Sean Bagaskara hadir di saat Freya nyaris dilecehkan.
Setelah pertemuan itu, takdir seolah terus mengikat keduanya hingga perasaan cinta tumbuh dihati mereka.
Sayangnya, disaat cinta itu kian menggebu, Freya harus mengetahui kenyataan pahit bahwa Sean adalah seorang gigolo, lebih tepatnya Gigolo ibu tirinya sendiri.
Selanjutnya, apa yang akan dilakukan Freya?
Simak ceritanya hanya disini guys!!!!
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, VOTE, DAN SUBSCRIBE YA!!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Virzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terjebak Hasrat.
Sean menatap Freya yang makan sangat lahap, padahal ia hanya membuatkan mie instan ala kadarnya. Tadinya ia mengajak wanita itu pergi mencari makan, tapi Freya menolak dengan alasan malas keluar rumah. Jadinya Sean hanya membuatkan wanita itu mie instan dengan telur setengah matang.
"Kau darimana saja?" tanya Sean memperhatikan penampilan Freya yang cukup kusam, sepetinya wanita itu seharian berada di luar rumah.
"Biasa, kau sendiri akan kemana? Keluar sama gebetan?" Freya balik bertanya, ia menghabiskan dua porsi mie instan yang dibuatkan Sean lalu meraih rokok pria itu dan menyulutnya.
"Ya tadinya, tapi kau datang dan merusak segalanya," sahut Sean sekenanya, tidak mungkin ia mengatakan pada Freya kalau ia akan pergi bekerja menjadi gigolo.
"Ck, kalau pergi ya pergi saja. Jangan pikirkan aku, malam ini aku akan tidur disini," ucap Freya seperti biasa, memutuskan seenaknya saja tanpa menunggu persetujuan dari Sean.
"Kau ingin tidur disini atau ingin aku tiduri?" ujar Sean menarik sudut bibirnya, menggoda Freya dengan tatapannya yang indah.
"What the fuckk? Ya enggaklah, aku memang lagi nggak mood ada dirumah," sergah Freya melempar korek api kearah Sean untuk meluapkan kekesalannya.
Sean terkekeh-kekeh, hanya melihat wajah kesal Freya saja ia sudah begitu bahagia, seolah kegelisahannya beberapa hari ini langsung terobati.
"Kalau mau bilang saja, aku tidak akan pergi nanti," kata Sean.
"Enggak, aku cuma pengen menenangkan diri aja malam ini," ujar Freya menghisap rokoknya dalam-dalam lalu bangkit dan memilih berjalan menuju halaman samping rumah Sean.
Sean mengerutkan dahinya, ia ikut bangkit dan mengikuti Freya dibelakangnya. Terlihat dari sikapnya, Freya sepertinya sedang ada masalah.
"Kau kenapa?" tanya Sean memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana, menatap Freya yang tiba-tiba berubah murung.
"Memangnya aku kenapa? Aku baik-baik saja, hanya sedikit lelah," sahut Freya menghela nafas panjang.
"Nggak bisa minum obat lagi? Bukannya kemarin aku sudah memberikanmu uang? Itu sudah cukup untuk membeli obatmu 'kan?" ujar Sean.
"Boro-boro membeli obat, waktu itu aku ditangkap polisi. Benar-benar sial sekali, sekarang aku juga masih dalam pengawasan polisi, jadi harus hati-hati," jawab Freya begitu jengkel jika mengingat hari itu.
"Ha? Kau ditangkap polisi? Benarkah? Kenapa kau tidak bercerita padaku?" Sean begitu syok, ia mendekati Freya dan menatap wanita itu dari atas sampai bawah.
"Kau baik-baik saja 'kan? Apa polisi itu melakukan hal buruk padamu?" tanya Sean tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya.
Freya justru mematung, pasalnya batu pertama kali ini ada orang yang bertanya apakah dia baik-baik saja atau tidak kecuali Nanda, sahabatnya. Tanpa sadar pandangan Freya terpaku pada sosok pria tampan yang ada didepannya itu.
"Freya, jawab aku, kau baik-baik saja 'kan?" Sean mengulangi pertanyaannya, sebab Freya justru hanya diam saja.
"Ya, aku baik-baik saja. Kau lihat sendiri 'kan? Jangan lebay deh, memangnya polisi itu akan melakukan apa?" Freya menyahut ketus, sebenarnya tidak bermaksud seperti itu, ia hanya menutupi kegugupannya yang tiba-tiba mendera.
"Hah, aku pikir kau akan disiksa di penjara. Kau 'kan sudah kecanduan," celetuk Sean asal saja.
"Eh, kau menyumpahi ku ya? Dasar!" seru Freya melotot, dan tanpa ragu langsung memukul lengan Sean dengan begitu keras.
"Haduh, kau ini kasar sekali jadi wanita. Kau tahu, bekas gigitanmu itu baru saja sembuh," gerutu Sean memasang wajah pura-pura kesakitan.
"Oh benarkah? Sini coba aku lihat," kata Freya bangkit dari duduknya, lalu mendekati Sean dan bersiap membuka baju pria itu.
"Eh, kau mau apa? Jangan coba-coba," kata Sean berjalan mundur.
"Aku hanya ingin melihat saja, ayolah, aku tidak akan memperkosa mu," ucap Freya terkekeh-kekeh geli, ia melihat kolam renang yang ada dibelakang Sean, dan tiba-tiba saja muncul niat jahil diotaknya.
"Enggak, tidak sembarangan orang bisa melihat tubuhku," ujar Sean sekenanya saja, ia terus saja berjalan mundur sampai lupa jika dibelakangnya ada kolam renang.
"Aku bahkan sudah melihat semaunya, dasar tukang alasan," tukas Freya terus mendekati Sean, dan begitu pria itu dekat dengan kolam renang, ia tiba-tiba mengulurkan tangannya dan mendorong Sean dengan keras.
"Freya!" teriak Sean kaget, mencoba menjaga keseimbangannya agar tidak jatuh.
"Hahaha, rasakan ini, rasakan!" Freya tertawa begitu senang, ia terus saja mendorong Sean sampai pria itu terjatuh kedalam kolam renang. Akan tetapi, Sean ternyata menarik tangan Freya hingga mereka malah jatuh bersamaan.
"Arghhhhhhhh! Sean!" teriak Freya begitu kaget.
Byurrrr!!!!
Suara riak air terdengar saat tubuh keduanya terjatuh. Beberapa saat didalam air Sean dan Freya saling melempar tatapan penuh kekesalan lalu naik lagi ke permukaan.
"Ah sial, kenapa kau mengajakku jatuh bersamamu, jadi basah 'kan?" protes Freya mengusap wajahnya yang basah karena air.
"Hei, kau yang memulai dulu," sahut Sean membela dirinya.
"Itu semua juga gara-gara kau. Sekarang ... rasakan ini, rasakan ..." Freya tidak tinggal diam, ia mencipratkan air ke wajah Sean berkali-kali membuat pria itu gelagapan.
"Eh, beraninya kau ... aku akan membalasnya." Sean tidak mau kalah, ia ikut mencipratkan air ke wajah Freya hingga akhirnya mereka berdua saling melempar air itu dan tertawa bersama-sama.
"Hahaha sudah, cukup, ini dingin sekali. Aku mau naik," kata Freya berenang ke tepian.
"Tidak semudah itu Nona, kau yang sudah memulainya, jadi aku harus menyelesaikannya," ujar Sean segera menarik tangan Freya selama wanita itu menjauh, kini ia memeluk pinggang Freya agar wanita itu tidak kabur.
"Hahaha, sudah cukup Sean, aku kedinginan, ayo kita naik." Freya masih tertawa karena apa yang sudah terjadi barusan.
Sean ikut tertawa, melihat Freya tertawa begitu lepas seolah membuat ia ikut tertular akan tawa itu. "Aku akan melepaskanmu nanti, setelah ini," ucap Sean tiba-tiba menyelam dan membawa Freya ikut menyelam bersamanya.
Didalam air Freya menggelengkan kepalanya berkali-kali dan memukuli lengan Sean. Pria itu justru kesenangan dan ia menggelitik perut Freya membuat wanita itu kaget bukan kepalang. Freya tentu kegelian dan ia langsung muncul lagi dipermukaan.
"Hahaha, ini sangat geli, Sean, lepaskan aku!" Freya berteriak-teriak kegelian.
"Ayo minta maaf dulu, baru aku akan melepaskanmu," ujar Sean terus saja menggelitik perut Freya dan menahan wanita itu agar tidak baru.
"Hahaha, iya aku minta maaf, tolong lepaskan aku, aku sudah tidak tahan," kata Freya benar-benar kegelian, tubuhnya seperti lemas karena sejak tadi tertawa.
"Hahaha, akhirnya kau menyerah juga Nona. Setelah ini cobalah lagi mengerjaiku, aku akan membalasmu lagi," ucap Sean tertawa puas melihat wajah Freya.
"Ish." Freya hanya berdecih dan memukul pelan lengan pria itu, dan Sean sendiri langsung menangkap tangannya membuat keduanya langsung terdiam dengan mata yang saling memandang.
Beberapa saat saling memandang, Sean memberanikan diri menyentuh pipi Freya yang terasa dingin, perlahan jarinya menyentuh bibir Freya yang terlihat pucat karena kedinginan.
"Sean ..." lirih Freya menahan nafasnya saat Sean melakukan hal itu, kini ia merasakan Sean menarik pinggangnya agar mendekat dan menempel erat.
"Hmm ..." Sean hanya menyahut dengan gumamam rendah, ia menatap mata Freya yang begitu sendu. Perlahan-lahan Sean mendekatkan wajahnya kearah Freya dan menempelkan bibirnya diatas bibir wanita itu.
Freya hanya bisa mengigit bibirnya, sebagai wanita normal, saat ini ia merasakan getaran aneh ditubuhnya dan jantungnya berdetak tak karuan. Ia hanya bisa diam saat Sean mencium bibirnya, tangannya menggenggam erat kemeja Sean yang basah seraya meresapi ciuman penuh kelembutan itu.
Semakin lama ciuman itu semakin memanas, dan Freya sudah mulai berani membalas ciuman Sean seraya sesekali menjambak rambut pria itu. Kini pria itu menurunkan ciumannya dan menciumi tulang selangkanya dengan bibir basahnya.
"Sean ..." Freya memejamkan matanya, sesekali mengigit bibirnya saat Sean menciumi lehernya. Ia benar-benar sudah terjebak akan hasrat yang diciptakan oleh pria itu, hingga rasanya saat ini tubuh Freya seperti terbakar, padahal malam itu begitu dingin.
Puas saling bertukar saliva, Sean menyudahi aktivitasnya, ia mengusap pipi Freya yang memerah, entah karena sudah bernafsu atau bagaimana, tapi wanita itu terlihat sangat seksi dengan bibir yang setengah membengkak karena ulahnya.
"Udara semakin dingin, sebaiknya kita ke kamar saja," ucap Sean mencium kening Freya lalu mengajak wanita itu berenang ketepian dan masuk kedalam rumah.
Happy Reading.
TBC.
kaya dirinya paling benar aja...
anak zaen