Sama seperti namanya, Rindu Trihapsari gadis cantik yang merindukan kasih sayang dari keluarganya.
Rindu gadis cantik dan sangat pintar, namun semua yang dia miliki tidak pernah terlihat di mata keluarganya, gadis cantik itu tidak pernah mendapatkan kasih sayang seperti kembarannya, Rindu seolah ada dan tiada di dalam keluarganya
Bagaimanakah kisah Rindu? yukkk.... kepoin karya terbaru mamak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Sayang, setelah kamu pulang kuliah nanti mama jemput ya, kita akan ke butik cari baju nikah kamu." ucap nyonya Mayang di sela sela sarapan mereka.
"Baik ma." sahut Rindu menikmati makanan kesukaannya, nyonya Mayang sengaja meminta pelayan di rumahnya masak makanan kesukaan Rindu.
"Kamu berangkat sekolah bareng papa ya,, kebetulan papa melewati kampus kamu." ucap Tuan Dinata mengusap sayang puncak kepala calon menantunya itu.
Rindu mengangguk dengan mata yang berkaca kaca, karena baru kali ini ada seorang ayah yang menawarkan diri untuk mengantarkan dirinya ke sekolah, walau itu bukan dari orang tua kandungnya, Rindu tetap bahagia, apa lagi dia di rumah ini sangat di hargai, di tunggu saat sarapan, tidak seperti di rumahnya tidak pernah di anggap keberadaannya.
"Makan yang banyak sayang, mama sengaja Minta bibi untuk memasak makanan kesukaan kamu, agar suami mu tidak cerewet nyuruh mama merhatiin makan kamu." cerocos nyonya Mayang.
Terlihat semburat merah di pipi Rindu, segitu perhatiannya Karen kepadanya, sampai sampai meminta sang mama memperhatikan kebutuhannya.
"Terimakasih ma." ucap Rindu tulus.
"Mulai sekarang, apa yang kami inginkan, bilang ya sayang, jangan di pendam pendam lagi, di sini kamu ada lah anak kami, bukan orang lain." ucap nyonya Mayang menatap calon menantunya dengan lembut.
Rindu menganggukan kepala, sungguh hati Rindu menghangat mendapat perlakuan baik dari orang tua Karen itu.
"Aku berangkat dulu ya ma." ucap Rindu mengambil tangan calon ibu mertuanya, lalu menciumnya dengan takzim, dan di balas oleh nyonya Mayang dengan memeluk Rindu dan mengcup dahi Rindu penuh kasih sayang.
"Hati hati ya sayang." nyonya Mayang melambaikan tangannya.
Di seberang jalan, ada seorang gadis mengepalkan tangan melihat adengan itu dia tidak terima, melihat kembarannya di perlakukan dengan baik oleh orang lain.
"Sialan, kenapa anak itu mendapatkan kasih sayang dari tante Mayang, seharusnya aku yang berada di posisi itu, dia tidak pantas mendapatkan itu semua." geram Rinda kesal.
"Apa yang kamu lihat sayang? " tanya sang mama memperhatikan anak perempuannya berdiri tidak jauh dari rumah nyonya Mayang.
"Ma, bujuk dong tante Mayang membatalkan pernikahan Rindu sama bang Karen, mama tau sendiri kan, aku sangat menyukai bang Karen." rengek Rinda kepada sang mama.
Nyonya Karin hanya bisa membuang nafas berat, melihat sang anak dengan tatapan sendu, " kamu kan dengar semalam sayang, klau tante Mayang hanya mau Rindu yang jadi menantunya, dan juga dengar Karen juga sangat menyukai Rindu, mama nggak bisa berbuat apa apa." ucap nyonya Karin dengan lirih.
"Mama kenapa sih, nggak ngerti banget perasaan aku, mama tau kan bagaimana sedihnya aku, selalu nomor dua di banding Rindu, semua orang selalu memuji muji Rindu, dia lebih cantik dari aku, sekarang dia juga mengambil orang yang aku sukai." keluh Rinda dengan wajah di buat sesedih mungkin.
Melihat anaknya bersedih, nyonya Karin menjadi tidak tega, " baiklah, nanti mama akan coba membujuk tante Mayang. " putus Nyoan Karin.
"Gitu dong ma." ucap Rinda berbinar bahagia.
"Ya sudah, sekarang kamu berangkat kuliah gih, nanti terlambat." ucap nyonya Karin mengusap sayang rambut Rinda.
"Siap ma, klau gitu aku berangkat dulu." semangat Rinda menaiki mobil mewahnya, hadiah ulang tahun dari sang papa.
"Ck, tidak tau diri, selalu saja merasa tersakiti, padahal selama ini Rindu lah yang kamu sakiti, dasar sakit jiwa." gumam mang Jajang menatap kepergian Rinda itu.
"Saya nggak bisa mbak, mbak tau sendiri dari dulu aku sudah menyanyangi Rindu seperti anak sendiri, hanya bebarapa waktu lalu harus membuat jarak darinya, agar dia tidak di sakiti oleh Rinda, dan sekarang aku nggak bisa menahan nya lagi, apa lagi melihat Rinda yang terobsesi dengan Karen, dia bukan cinta sama Karen mbak, dia hanya tidak ingin melihat Rindu bahagia, begitu aja mbak nggak paham, lagian ya mbak kok mbak bisa bisanya membeda bedakan anak sih, padahal mereka sama sama lahir dari rahim mbak." ketus nyonya Mayang.
Nyonya Karin lansung terdiam mendengar ucapan nyonya Mayang itu.
"Kamu yang nggak tau dengan sifat Rindu dek, dia itu hanya butuh uang dan uang, dia sangat matre apa apa di hargai dengan uang. " sela nyonya Karin.
Nyonya Mayang terkekeh mendengar ucapannya nyonya Karin itu.
"Hahaha.... Kata siapa Rindu itu matre, mbak ada buktinya." cibir nyonya Mayang, "Lagian klau dia matre, sama orang tuanya, itu wajar saja, karena memang itu tanggung jawab kalian kepada Rindu" sentak nyonya Mayang.
"Klau dia nggak matre apa namanya, setiap kumpul hanya saat dia butuh uang, tanpa bertanya keadaan kami, atau mau bercanda sama kami." sela nyonya Karin.
"Apa kalian sudah memperlakukannya dengan baik, apa kalian pernah tanya dia butuh apa, apa kalian pernah mengajaknya pergi jalan jalan, atau mengajaknya di acara resmi yang membawa keluarga, bukan kah kalian yang selalu memberi dia uang sebelum dia meminta atau memulai bicara, kalian sendiri yang selalu merasa klau Rindu mendekat ke kalian karena dia butuh uang." cecar nyonya Karin.
"Rinda yang bilang, dia nggak butuh kami, dia hanya butuh uang kami." ucap nyonya Karin pada akhirnya, karena tidak sanggup terus di pojokin oleh Nyonya Mayang.
"Dan, kalian percaya begitu saja, bukan kah kalian sudah tau dari dulu Rinda tidak pernah suka sama kembarannya sendiri, dia merasa tersaingi oleh Rindu yang lebih segala galanya dari pada Rinda." sinis nyonya Mayang.
Nyonya Karin tidak dapat berkata kata lagi, setiap doa bicara akan salah di mata nyonya Mayang, terus saja membalikan ucapannya.
"Sudah lah mbak, kita akhir saja pembicaraan ini, dan ini saya anggap selesai, karena yang saya dan anak saya mau hanya Rindu, bukan yang lain, klau mbak dan mas Baskoro nggak mau menghadiri pernikahan Rindu, nggak apa apa, saya akan meminta wali hakim saja yang menikah kan mereka nantinya, dan maaf mbak bukan maksud mengusir mbak, saya mau menjemput calon menantu saya ke kampus, karena kami mau ke butik mencari baju akad nikah mereka, dan lanjut ingin mengajak calon menantu saya bermanja manja ria di salon, sepertinya dia belum pernah melakukan perawatan di salon bersama orang tuanya, tapi mulai hari ini saya pastikan apa yang tidak dia dapat di keluarganya, saya dan keluarganya saya akan mewujudkannya." ucap nyonya Mayang yang sudah males melihat nyonya Karin.
Panas rasanya hati nyonya Karin, tapi dia tidak bisa apa apa, karena apa yang di ucapkan oleh nyonya Mayang itu semuanya benar, apa yang sudah dia berikan kepada anaknya itu, tidak ada.
"Baiklah, klau gitu saya pulang dulu, maaf sudah mengganggu waktu dek Mayang." ucap nyonya Karin.
"Iya mbak nggak apa apa, maaf saya nggak bisa anter ke depan, saya mau siap siap dulu, takut Rindu menunggu saya terlalu lama." ujar nyonya Karin dagi.
Nyonya Karin hanya mengangguk lemah dan berjalan dengan tatapan kosong, seperti orang banyak pikiran.
Bersambung....
Haiii... Jangan lupa like komen dan vote ya.... 😘😘😘
syukurlah bu fatimah sm ayah jajangnya ikut rindu biar rindu ada temannya