Gadis dan Dara adalah sepasang gadis kembar yang tidak mengetahui keberadaan satu sama lain.
Hingga Dara mengetahui bahwa ia punya saudara kembar yang terbunuh. Gadis mengirimkan paket berisi video tentang dirinya dan permintaan tolong untuk menyelidiki kematiannya.
Akankah Dara menyelidiki kematian saudaranya? Bagaimana Dara masuk ke keluarga Gadis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Freya Alana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Untuk Pulang
Gadis mendengarkan penjelasan Irsad dengan mata sendu. Awalnya Irsad enggan menjelaskan karena takut Gadis terbebani dan berakibat pada kondisi kepalanya yang belum pulih benar. Belum lagi kaki kanan Gadis yang tidak bisa digerakkan. Irsad tidak mau Gadis menjadi depresi hingga memperlambat kesembuhannya.
Namun Gadis memaksa, menurutnya lebih baik tahu walau sepahit apapun.
Wanita tegar itu menitikkan air mata mendengar sekali lagi bahwa dirinyalah yang hadir di antara Jadden dan Mel. Walau Jadden sangat pengecut, tapi Gadis pernah sangat mencintainya.
Irsad juga menceritakan bahwa di malam kecelakaan, ada seseorang yang menginginkannya mati. Gadis ternganga, tak menyangka kehidupan begitu ruwet.
“Aku harus segera sembuh demi Ara.”
“Nggak Gadis, kamu harus sembuh dan kuat untuk dirimu sendiri baru orang lain,” ucap Irsad menguatkan.
“Ara, Sad. Siapa jaga anakku?”
“Ara tinggal sama Jadden tapi Dara dan Opa mengawasi ketat dan tidak akan membiarkan hal buruk terjadi padanya. Kembaranmu itu bagai lady warrior terhadap Jadden dan Mel. Bahkan kundengar, sepupumu Askara pun kepusingan sendiri menghadapinya. Gadis, aku bukannya tidak ingin kamu kembali ke keluargamu. Bahaya masih mengancam. Kondisimu masih sangat rentan. Aku sudah berjanji akan menjagamu. Ijinkan aku menjagamu, ya.”
Gadis tersenyum hingga membuat Irsad terbengong. Gestur yang tidak luput dari pengamatan Fauzan dan Arum. Kini mereka tahu siapa wanita yang telah mencuri hati pemuda itu.
“Heh, bengong aje.” Gadis mengejutkan laki-laki yang tidak bisa mengalihkan pandangan darinya .
Irsad terkesiap berdehem untuk menutupi kesaltingannya.
Seorang wanita paruh baya nan anggun dan cantik tiba-tiba menyeruak masuk ke kamar perawatan.
“Ibu …” Irsad berdiri dengan mata terbelalak menatap wanita yang telah melahirkannya.
“Sini, Nak.” Sarah menyodorkan tangan. Irsad mencium takzim dan mereka berdua langsung berpelukan.
“Bu …”
“Sssh, Pak Polisi jangan cengeng. Baru ketemu ibunya aja udah mewek,” ucap Sarah dengan air mata berlinang membanjiri pipinya. Sudah hampir lima tahun ia tidak bertemu Irsad.
Irsad hanya tersenyum lalu mengeratkan pelukannya.
“Kayaknya ibu deh yang cengeng. Maafin Irsad pergi dari ibu.”
“I know. I respected your decision back then.” Sarah mengurai pelukan lalu mendadak memukuli Irsad dengan tasnya.
“Tapi lima tahun nggak nengok Ibu, itu namanya keterlaluan Irsad Mumtaz! Sini kamu, Ibu mau hajar! ” Sarah terus mengayunkan tas ke tubuh anaknya yang menangkis sembari cengengesan.
Fauzan, Arum, dan Gadis menyaksikan pemandangan tak lazim. Bingung harus bereaksi apa.
“Bu, maaf. Aduh.” Irsad masih terkekeh tapi kemudian limbung karena kakinya yang cedera tidak kuat menopang akibat serangan dari Sarah.
“Irsad, kenapa kaki kamu?”
“Aaah, ndak apa ini. Bekas cedera ringan. Ayo pukul lagi, Bu,” selorohnya.
Sarah menatap tajam putra sulungnya. Tidak yakin anaknya baik-baik saja. Irsad memang tidak bercerita apapun tentang cedera parah yang dialaminya saat bertugas.
“Ikut Ibu, ke Amerika.”
“Irsad masih punya waktu dua minggu.”
Sarah menghela napas, seperti sudah menduga putranya akan menjawab seperti itu. Sambil mengendik dirinya berpaling ke Gadis.
“Aah, jadi ini, cucu Darius Anantara? Anaknya Riza. Kamu tau, dulu waktu tante masih SMA, papamu itu cowok paling ganteng se-Jakarta. Tante sih nggak kenal, ngefans aja,” cerocos Sarah tanpa tedeng aling-aling.
“Dis, ini Ibu gue, Sarah Adinegara.” Irsad mengenalkan.
Fauzan dan Arum pernah mendengar kiprah keluarga Adinegara, pengusaha Indonesia yang sukses berbisnis di negeri Paman Sam. Mereka berdua tidak menyangka Irsad datang dari keluarga terpandang.
Gadis menatap ibunda dari Irsad yang sama sekali bak bumi dan langit dengan putranya.
“Nggak ada mirip, kan? Saya rapi sementara anak saya awut-awutan. Adiknya apalagi ngikutin abangnya. Padahal mereka berdua kalau rapi itu ganteng. Maaf jadi ngelantur. Saya senang ketemu kamu, wanita yang berhasil membuat anak saya klepek-klepek.”
Gadis melotot.
“Bu … duh, sorry Dis, ibu gue seneng becanda.”
“Ck, Irsad Mumtaz nggak usah minta maaf untuk Ibu. Gadis, Tante sudah janji akan menolongmu. Tante harap kamu bisa menjaga diri dan hati dari Irsad. Dalam waktu sebulan dia akan menikah dengan Alexa. Dari bayi, Tante dan ibunya Alexa sudah berniat menjodohkan anak-anak kami.”
“Eh eh iya, Tante.” Gadis bingung disodori dengan berondongan rencana masa depan untuk Irsad.
“Bu!” Tegur Irsad.
“Kenapa? Biar clear. Lagi pula Gadis masih resmi istri orang. Dis, karena kamu sudah sadar dari koma, mulai sekarang Tante yang akan jagain. Tante ada dokter di Amerika yang mau merawat kaki kamu supaya bisa jalan lagi. Kamu mau kan ikut Tante ke Amerika?”
“Ehm, maaf Bu, saya Fauzan, paman dari Gadis.“ Fauzan mengatupkan tangannya. Sarah pun membalas dengan senyum ramah.
“Bu Sarah, Irsad, Gadis, walau ada bahaya mengancam, tapi apa nggak sebaiknya Gadis pulang ke Indonesia. Ada Ara yang saya yakin sangat merindukan ibunya. Pak Darius pasti tidak akan tinggal diam karena sekarang beliau pun ikut menyelidiki semua kejadian bersama Dara dan Irsad.”
Gadis memejamkan mata. Beberapa ingatan mulai kembali
“Aku ingat malam itu mobilku ditabrak dari belakang oleh mobil besar berwarna hitam. Hanya itu memori yang muncul saat ini.”
“Dara melihat siapa pengemudinya. Fero Bachtiar, bodyguard-mu dulu,” sahut Irsad serius.
Gadis sudah mendengar bagaimana Dara bisa tersambung dengannya di malam nahas itu.
“Bang Fero? Masak?”
“Sepak terjangnya menggila. Dia bahkan membunuh Davina sekretaris kakekmu. Entah karena alasan apa.”
“Ya Allah. Sad, Fero kenal dan ngerti banget gue. Apa lebih baik gue ikut ke Amerika? Gue takut kehadiran gue di Jakarta akan membahayakan semua orang termasuk Ara.”
“Tante rasa kamu lebih baik ikut ke Amerika. Bukan sekadar bersembunyi, yang utama adalah menyembuhkan kakimu. File kesehatan milikmu sudah dibaca oleh dokter di sana. Dan mereka menyanggupi.”
Gadis merenung sejenak.
“Ayah, Bunda … Gadis pikir lebih baik ikut ke Amerika. Tapi apakah Ayah dan Bunda bersedia merahasiakan ini dari semuanya?”
“In syaa Allah. Ayah dan Bunda ingin ikut dan menjagaimu, tapi bagaimana mengatakan ke Dara.”
“Jangan. Ayah dan Bunda pulang sesuai rencana. Jaga Dara. Gadis berharap bisa segera ketemu.”
Malam harinya Gadis terbang bersama Sara Adinegoro ke Amerika. Lagi-lagi wanita itu telah mengurus semua urusan imigrasi. Gadis tidak memakai nama Anantara di dokumen-dokumen.
Sebelum berpisah, Irsad berpamitan, karena ia harus kembali ke Indonesia.
“Sad, dua minggu.” Sarah mengingatkan putranya.
Irsad menghela napas dan mengangguk.
“Jaga Gadis, ya Bu.”
“Nak, Ibu akan menjaga semua orang jika itu bisa membuatmu pulang dan menikah.”
“Alexa pacar lu? Kok nggak ngomong? Gue pikir jomblo akut,” sela Gadis ingin tahu.
“Iya, Alexa cewek gue. Kita udah tunangan.”
Sarah mendelik, Irsad tidak menyukai Alexa, lain halnya dengan Alexa yang selalu mengidolakan Irsad. Salah satu alasan Irsad kabur adalah untuk menjauhi Alexa.
“Maaf, Sad. Ibu bisa liat betapa kamu mencintai Gadis. Kamu tidak ingin dia terbebani hingga mengatakan kalau kamu dan Alexa sudah bertunangan….” Sarah berkata dalam hati.
Irsad terus menatap Gadis.
“Heh, bengong lagi. Kesambit loh. Tante, nanti Gadis bantu buat persiapan pernikahan Irsad deh. Oh ya kalau Gadis udah sembuh, semua biaya akan diganti.”
“Nggak usah diganti, Sayang. Kamu bantu aja supaya Irsad jadi menikah dengan Alexa, ya?”
Gadis mengangguk sementara Irsad menghela napas panjang.
***
👍👍👍👍
❤❤❤❤
semoga mbak Authornya sehat selalu, sukses dan berkah, makasih mbak Author
❤❤❤❤
karyamu keren thor. good job
makasih yah kak
karyanya bagus
semoga nanti Makin banyak yang baca,Makin banyak yang suka
sukses selalu ❤️