"Aku kira pernikahan ini seperti kisah di novel romansa yang sering aku baca. Berawal dari perjodohan dan berkahir dengan cinta sungguhan. Ternyata, aku salah." -Elyna Prameswa-
Menjalani biduk rumah tangga tanpa adanya cinta sudah lumrah pada cerita fiksi novel romansa modern. Beda halnya dengan Elyna yang mengharapkan suaminya melihatnya sebentar saja. Jangan hanya menjadikannya bahan jinjingan ketika menghadiri acara penting perusahaan. Padahal, pada nyatanya dia terus diabaikan selama menikah dengan pria yang bernama Rifal Addhitama. Seorang suami yang mengharapkan wanita lain untuk kembali padanya. Bukankah itu sangat menyakitkan?
Akankah Elyna mampu mempertahankan rumah tangganya? Ataukah dia menyerah, memilih pasrah dan mengikhlaskan suaminya kembali ke pelukan wanita yang memang dia cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Maafkan Saya
"El, maafkan saya."
Sepanjang perjalan Rifal terus meminta maaf kepada Elyna. Namun, wanita itu hanya tersenyum tipis dan mengatakan tidak apa-apa.
"Sudah biasa 'kan, Mas," sahut Elyna. "Aku yang salah karena sudah terperdaya ucapan manis juga sikap lembutmu. Harusnya aku tidak terbuai, dan sekarang aku merasakan kesakitan untuk kesekian kalinya." Tatapan Elyna lurus ke depan, menatap jalanan.
"Aku bodoh ya, Mas." Elyna menoleh ke arah Rifal dengan sorot mata penuh kesedihan.
.
Elyna menyiapkan makan siang untuk mereka berdua. Namun, kali ini dia tidak ikut makan bersama sang suami.
"El." Rifal sudah mencekal tangan Elyna.
"Aku masih kenyang, Mas."
Tangan Rifal pun mengendurkan cekalannya. Dia membiarkan Elyna masuk ke dalam kamar. Dia benar-benar merasa bersalah sekarang ini. Kenapa dia harus keceplosan memanggil nama Keysha di depan Elyna.
Rasa cemas mulai menjalar di hati Rifal. Bagaimana tidak, sang istri belum keluar kamar juga. Sekarang sudah menunjukkan pukul tiga sore dan sebentar lagi memasuki waktu ashar.
Rifal mengetuk pintu kamar Elyna. Namun, tak ada jawaban dari dalam. Dia tahu kamar itu tidak dikunci, tapi dia tidak mau lancang. Rifal menyandarkan tubuhnya di daun pintu. Bagaimana meminta maaf kepada Elyna? Sudah pasti wanita itu tidak akan mudah memaafkannya.
Benar saja, sudah dua hari ini Elyna tidak berbicara kepada Rifal. Ada rasa kecewa pada diri Elyna sendiri. Ada rasa benci kepada dirinya sendiri. Kenapa dia bisa sebodoh ini? Kenapa dia tidak bisa menahan rasa ini? Selalu terbuai dengan apa yang dikatakan oleh Rifal.
"El, Papih menyuruh kita untuk pulang ke Jakarta. Ada acara keluarga besar yang tidak boleh kita lewatkan." Rifal mencoba membuka suara di meja makan.
"Aku masih betah di sini."
Rifal yang hendak menyuapkan nasi ke dalam mulutnya pun tidak jadi. Dia menatap ke arah Elyna dengan serius.
"Ini acara keluarga besar. Bukan hanya saya yang harus datang ke sana, tapi kamu juga," tekan Rifal. "Kamu istri saya."
"Istri yang tak terlihat atau istri yang tak dianggap," lirih Elyna.
"Cukup Elyna!" Kesabaran Rifal sudah habis sekarang. Semakin hari Elyna menjadi istri pembangkang. Selalu saja menimpali ucapannya.
"Saya sudah sabar menghadapi sikap kamu akhir-akhir ini. Saya sudah ingin berdamai dengan kamu, tapi hati kamu malah sekeras batu." Urat-urat kemarahan nampak di wajah Rifal.
Elyna hanya menyunggingkan senyum kecil. Pandangannya masih lurus ke depan.
"Saya capek! Banyak yang saya korbankan hanya untuk membawa kamu pulang ke Jakarta. Kenapa tidak kamu hargai pengorbanan saya?"
"Mas, capek ... bagaimana dengan aku, Mas?" Kini, Elyna menatap ke arah Rifal. Senyum pun mengembang.
"Selama ini aku mencoba untuk sabar, menjadi istri yang baik untuk suamiku, tapi selalu saja tak pernah dilihatnya. Apalagi dianggap olehnya. Apa aku tidak lelah melakukan itu semua? Aku lebih capek, Mas. Capek." Elyna mengusap dadanya. Matanya sudah berkaca-kaca.
Rifal membeku seketika. Dia menatap Elyna dengan tatapan tak terbaca. Namun, dia dapat melihat betapa terlukanya hati Elyna sekarang.
"Hati aku kamu katakan keras, bagaimana dengan hati kamu, Mas? Masih bersikukuh mencari wanita yang kamu cintai. Jelas-jelas kamu sudah punya istri." Elyna menghela napas kasar ketika mengatakan itu semua.
"Jika, kamu merasa lelah ... silahkan menyerah, Mas. Aku tidak pernah memaksa kamu. Aku juga tidak menyuruh kamu untuk memperjuangkanku. Aku hanya ingin kamu melihat keberadaan ku, itu saja."
Elyna menyeka air matanya dengan cepar. Menengadahkan kepalanya agar air mata yang lain tidak ikut menetes.
"Maaf, aku emang wanita cengeng," lirihnya dengan nada yang sangat lemah. Bibirnya pun dipaksa untuk tersenyum.
Pelukan hangat Rifal berikan dan di sanalah air mata Elyna mengalir dengan begitu derasnya.
"Maafkan , saya El. Maafkan saya."
...***To Be Continue***...
Komen dong ...
di sat orang2 yg kita sayang telah tiad
salam dari sang mantan /Smile//Smile/
dan menepati janji ny
tapi masalalujugamshbrersemayam i dah do hati kang Rifal.
dan sakit
jangan berhara kepada manusia klu tak ingin kecewa dan sakit../Sob//Sob//Sob/
melihat kaudan dia...