NovelToon NovelToon
LUKA BUNGA (AKIBAT HAMIL DI LUAR NIKAH)

LUKA BUNGA (AKIBAT HAMIL DI LUAR NIKAH)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Lari Saat Hamil / Single Mom
Popularitas:1.8M
Nilai: 5
Nama Author: D'wie

Masa putih abu-abu adalah masa paling indah setiap remaja begitu pula yang dialami Bunga. Cinta yang membara dan menggebu serta pengaruh darah muda yang bergejolak membuatnya dan sang kekasih terhanyut dalam pusaran dosa manis yang akhirnya membuat hidupnya penuh luka.

Bunga hamil. Kekasihnya pergi. Keluarga kecewa dan membenci lalu mengusirnya. Terlunta-lunta di jalanan. Kelaparan. Dicaci maki. Semua duka dan luka ia hadapi seorang diri. Ingin menyerah, tapi ia sadar, dosanya sudah terlampau banyak. Ia tak mungkin mengabaikan permata indah yang telah tumbuh di rahimnya. Tapi sampai kapankah ia sanggup bertahan sedangkan semesta sepertinya telah terlampaui jijik kepadanya?

Inilah kisah Bunga dan lukanya.

Jangan lupa tap love, like, komen, vote, dan hadiahnya ya biar othor makin semangat update!

Bacanya jangan skip, please! Jangan boom like juga! soalnya bisa menurunkan kualitas karya di NT! Terima kasih. 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. XXV Bertemu ?

"Put, kenapa wajah kamu cemberut gitu?" tanya Bunga saat melihat Putrinya sedang duduk sambil menempelkan sebelah wajahnya di atas tangannya yang terlipat di atas meja.

"Ma, Minggu nanti ada acara di sekolah dan kedua orang tua harus datang. Putri juga diminta bu guru untuk tampil baca puisi," adu Putri dengan bibir mengerucut imut.

Bunga menelan ludahnya kasar, mengapa pula harus ada undangan untuk kedua orang tua, pikirnya. Tak berpikirkah mereka bagaimana dengan anak yang tidak memiliki orang tua lengkap? Pasti anak-anak itu akan merasa sedih, seperti yang putrinya alami kini. Padahal sebenarnya tidak sepenuhnya salah pihak sekolah sebab mereka berharap dengan acara tersebut dapat membuat kedua orang tua lebih perhatian dan tahu perkembangan anak mereka di sekolah. Sebab tak jarang, hanya sosok seorang ibulah yang senantiasa ada untuk anaknya, sedangkan seorang ayah terkadang abai dengan alasan mereka sibuk bekerja, mencari nafkah. Jadi sudah tugas seorang ibu untuk mengurus, mengawasi, dan memperhatikan segala hal tentang anaknya.

Putri benar-benar bingung, apalagi setelah gurunya menyampaikan perihal acara tersebut, anak-anak yang tahu ia tidak memiliki ayah langsung datang menghampirinya.

"Put, kamu kan nggak punya ayah jadi ayah kamu nggak datang ya?"

"Iya ya, Put. Kasian bener kamu nggak punya ayah."

Putri hanya terdiam, malas menanggapi ucapan teman-temannya. Kenyataannya memang begitu kan, dia tidak memiliki seorang ayah.

'Ya Allah, bilang ke papa Putri supaya cepat pulang. Putri mau ayah datang biar teman-teman nggak ngomongin Putri nggak punya ayah lagi,' doa Putri dalam hatinya.

Melihat wajah murung sang putri setelah memberitahukan kegelisahannya, Bunga pun segera mengusap punggung Putri dengan sayang. Ia mengerti, Putri pasti ingin seperti teman-teman lainnya yang memiliki orang tua lengkap. Tapi apakah daya, ia tak mungkin tiba-tiba menemui Nathan dan mengatakan kalau anaknya butuh kehadirannya di sekolah saat acara.

'Maafkan keegoisan mama ya, sayang,' lirih Bunga dalam hatinya.

"Sayang, bagaimana kalau kita minta tolong Om Edgar aja? Kamu setuju?" tanya Bunga tiba-tiba. Entah mengapa ia tiba-tiba ingat nama Edgar. Bukankah Edgar mengatakan bersedia menerima Putri sebagai anaknya, artinya tidak masalah kan bila ia minta tolong Edgar datang sebagai ayahnya nanti? Hitung-hitung ia belajar menjadi seorang ayah.

"Emang Om Edgar mau, ma?" Ucap Putri sangsi.

"Insya Allah mau. Nanti mama tanya deh, semoga aja mau ya, sayang," ujar Bunga meyakinkan Putri.

Putri mengangguk patuh, walau merasa tak yakin.

Sore pun datang, tanpa diduga ternyata Edgar datang dengan senyum merekah di bibirnya.

"Hai! Lagi sibuk?" Sapa Edgar saat melihat Bunga sibuk dengan ponselnya.

"Eh, kak Edgar. Cuma lagi balesin komen pembaca aja nih," ujar Bunga sambil menyengir lebar.

"Wah, calon penulis terkenal nih!" puji Edgar yang kini sudah mendaratkan bokongnya di salah satu kursi di depan etalase.

"Aamiin, doain aja kak."

"Putri mana?" tanya Edgar sambil celingukan mencari keberadaan Putri.

"Oh, mungkin ada di samping kak. Tadi dia main sendiri di samping," ucap Bunga lirih. Melihat raut wajah Bunga yang berubah tiba-tiba membuat Edgar penasaran.

"Kamu kenapa? Ada masalah?"

"Itu kak, tadi Putri sedih soalnya ada acara di sekolah terus kedua orang tua anak di minta datang ke sekolah. Putri sedih, kakak tau kan apa alasannya," keluh Bunga membuat Edgar tersenyum tipis.

"Jadi bagaimana baiknya? Kamu mau aku temenin?" tawar Edgar.

"Emang kakak nggak keberatan? Nggak sibuk? Entar ngerepotin?"

"Enggak kok, sayang," ucap Edgar sambil mengulum senyum. Bunga hanya geleng-geleng kepala. Ia tidak tersipu apalagi terkesima. Ia merasa biasa saja. Karena memang begitulah adanya. Ia tak memiliki rasa apapun pada Edgar. Ah, atau lebih tepatnya belum, pikirnya.

"Terima kasih kak. Maaf ngerepotin," ucap Bunga tak enak hati.

"Nggak ngerepotin kok, Nga. Bagaimana pun, Putri kan calon anakku dan mungkin sudah saatnya aku tampil di depan umum untuk memperkenalkan diri sebagai ayahnya. Jadi tak ada lagi orang yang akan merendahkan Putri karena tidak memiliki ayah," tukas Edgar membuat Bunga tersenyum bahagia.

'Semoga Edgar memang calon ayah yang tepat untuk Putri.'

...***...

Hari yang dinanti-nantikan anak-anak TK Hasanah tiba. Anak-anak sudah tampak rapi dengan mengenakan pakaian adat agar anak-anak lebih mencintai budaya negeri sendiri. Mereka datang didampingi dengan kedua orang tua mereka. Bahkan ada juga yang mengajak kakek dan neneknya. Wajah mereka tampak begitu bahagia, sangat berbanding terbalik dengan perasaan Putri yang tengah murung.

"Putri sabar ya, mungkin Om Edgar sedang kena macet di jalan jadi datangnya agak terlambat," ujar Bunga mencoba menenangkan Putri yang wajahnya kian murung.

"Tapi ini sudah jam berapa, ma? Sebentar lagi giliran Putri tampil, tapi Om Edgar belum datang juga. Kalau Om Edgar nggak datang, gimana, Ma? Padahal Putri udah bilang sama temen-temen, ayah Putri pasti datang. Kalau Om Edgar nggak datang, entar temen-temen Putri bilang Putri pembohong dong? Putri nggak mau, Ma. Putri nggak mau dibilangin anak pembohong. Putri kan nggak bohong, Ma. Tapi Om Edgar nya yang nggak bisa datang," ucap Putri lirih. Matanya bahkan sudah berkaca-kaca. Hati Bunga terasa bagai diiris sembilu melihat wajah sendu Putri yang kini telah meneteskan air mata.

"Putri tunggu sebentar ya! Mama coba telepon Om Edgar dulu. Mungkin Om Edgar udah di jalan terus kena macet. Kan Om Edgar udah bilang pasti datang, Putri percaya kan sama Om Edgar?"

Putri mengangguk lesu. Pandangan matanya beralih ke arah panggung. Di sana teman-temannya tampak bergantian satu persatu naik ke atas panggung, ada yang mendeklamasikan puisi, ada yang bernyanyi, ada yang menari, dan ada juga yang berlenggak-lenggok layaknya seorang model cilik.

Beberapa menit telah berlalu, namun Bunga belum juga kembali ke tempat duduknya dengan Putri. Putri kian gelisah. Karena suasana di sana begitu ramai, Bunga sedikit menjauh untuk menelpon. Putri celingukan mencari kesana kemari tapi tak kunjung melihat keberadaan Bunga. Dengan kaki kecilnya, Putri mencari keberadaan Bunga. Belum sempat Putri menemukan Bunga, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil namanya membuat Putri langsung menoleh ke sumber suara kemudian senyumnya seketika merekah saat melihat sosok yang memanggilnya.

"Putri."

"Om baik," seru Putri dengan nada riang. Putri pun gegas berlari yang disambut Nathan dengan rentangan kedua tangannya. Dalam sekejap saja, Putri telah masuk ke dalam pelukan Nathan. Nathan pun membawa Putri ke dalam gendongannya sambil berputar-putar. Putri tertawa kegirangan merasakan rindunya yang terobati sebab sudah beberapa hari ini ia tidak berjumpa dengan Om baiknya itu.

Namun binar itu seketika redup saat melihat kedatangan dua orang yang tengah berjalan menghampirinya.

"Mama," cicit Putri saat melihat kedatangan Bunga ditemani Edgar.

"Putri," seru Bunga yang belum melihat wajah Nathan karena posisi membelakangi, sedangkan wajah Putri tepat menghadap ke belakang.

Nathan pun segera memutar tubuhnya untuk melihat sosok ibu dari gadis kecil yang ada dalam gendongannya itu.

Seketika Nathan membelalakkan matanya saat netranya bertemu netra Bunga. Keduanya terpaku di tempat dengan perasaan yang bercampur aduk.

"Bunga ... "

"Na-Nathan ... "

...***...

Gantung dulu ya kak! Masih migrain soalnya. Mana si bocil rewel Krn pilek. 😓

...Happy reading 🥰🥰🥰**...

1
Rasni Saldi
astaga malu benar gara.gara baca ini novel anak anak jdi ngetawain gue gara gara air mata ngalir terus .
Rasni Saldi
wkwkwk. beni sisa
Rasni Saldi
alama mundur aja Edgar Mma mu jga TDK kasi restu.
Rasni Saldi
tega banget si nathan.ini si ceritanya Nathan cuma mau enaknya aja kasihan si bunga.
Rita Sari
Luar biasa
martiana. tya
bagus. semangat kak
Naufal hanifah
Luar biasa
Atmita Gajiwi
/Determined//Rice//Rose//Good/
Soraya
yg sabar ya Bunga
Soraya
mampir thor
Eva Nietha✌🏻
Ampun deh banjir😭
Eva Nietha✌🏻
Sebel ihhh sama bayu 😔
Eva Nietha✌🏻
Nah ketemu deh smua
Ummu Faliha
Luar biasa
altanum
alurnya lain daripada yg lain
tapi yg bikin seneng tetep hepi ending.makasih thor ud kasih bacaan yg bagus.terus semangat berkarya...♥️♥️
Nur Halima
Luar biasa
Nur Aini
sy baca 2x novel ini,tetep aj mewek
Raja Rosnenty
Luar biasa
Sri Wahyuni
keren
Endah Setyati
Udah beberapa bab terakhir isinya bawang terus,,air mata ngalir aja sendiri padahal ga di undang thor 😭😭😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!