🔥🔥🔥 Harap bijak dalam membaca.
Airin, kembang desa yang merantau ke ibu kota dan bekerja sebagai pelayan di bar membutuhkan biaya untuk operasi sang ayah, ia terpaksa menjual keperawanannya kepada Gara Emanuel. Laki-laki kaya raya yang hampir setiap malam menghabiskan waktunya di bar dengan para wanita.
Sejak kejadian malam itu, Airin memutuskan untuk berhenti bekerja dan membuka usaha toko bunga yang tak jauh dari kantor milik Gara.
Dan tak lama setelah kejadian itu, Airin pun dinyatakan HAMIL, dan itu membuat Airin sangat shock dan terpukul.
Sejak Gara mengetahui jika Airin pemilik toko bunga tersebut, ia setiap hari memperhatikan gadis yang pernah ia tiduri itu semakin lama perutnya semakin membesar, dan disitulah Gara curiga jika Airin hamil darah dagingnya.
Gara memutuskan mencari tahu semua tentang Airin dan siapa suaminya saat ini.
Apakah Airin memang sudah menikah atau masih sendiri?
Apakah yang di kandung Airin itu anaknya Gara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyonya_Doremi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Selama ini Leon memang selalu menjadi pendengar dan penasehat yang baik untuk Gara. Maka dari itu, Gara selalu berbagi suka maupun duka dengan Leon. Begitu juga sebaliknya.
***
"Ya sudah, kalau begitu kau harus sungguh-sungguh untuk merubah semua sifat buruk mu itu. Aku yakin, jika kau telah jatuh cinta kepada si Airin. Kau harus memperjuangkannya sebelum di di perjuangkan oleh laki-laki lain. Termasuk aku," ucap Leon menyemangati dan juga membuat Gara kembali panas.
"Maksud kau apa haa?" tanya Gara membelalakkan matanya ke Leon yang sedang mengemudikan mobil.
"Ya maksud ku itu, kau harus memperjuangkan Airin sebelum ada laki-laki lain termasuk aku yang memperjuangkan Airin," jawab Leon mengulangi dan memperjelas kata-katanya.
"Kau mau menikung ku begitu? Sahabat macam apa kau ini?" protes Gara kembali berapi-api.
"Hai, kenapa kau ini sensitif sekali. Siapa yang akan menikung mu?" jawab Leon kesal.
"Awas saja ya kau berani mendekati Airin lagi," ancam Gara memperlihatkan kepalan tangannya.
"Hhhh.. Belum jadi suami Airin, sudah seperti ini. Apa lagi jika sudah jadi suami Airin. Pasti akan lebih parah dari ini,* gumam Leon pelan.
"Kau bilang apa?" tanya Gara yang kurang mendengar ucapan Leon.
"Bilang apa? Aku tidak bilang apa-apa," jawab Leon rolls eyes.
Baru saja akan memasuki pelataran apartemen nya, tiba-tiba Gara meminta sesuatu yang membuat Leon kembali merasa frustasi.
"Leon tunggu," ucap Gara memegang lengan Leon.
"Ada apa lagi sih Gara. Aku ini ngantuk sekali," jawab Leon memberhentikan mobilnya.
"Aku mau makan empek-empek asli Palembang. Kita putar lagi saja," perintah Gara membuat Leon tak habis pikir.
"Lagi? Aduh Gara, kau lihat ini sudah jam berapa? Besok saja okay," jawab Leon merengek.
"Leon, saya maunya sekarang. Buruan," ucap Gara tegas.
"Kau tau, besok kita ada meeting dari pagi sampai sore hari. Apa kau tak lelah. Lagian, Airin yang hamil, kenapa kau yang mengidam sih Gara," ujar Leon sangat-sangat keberatan.
"Kau ini jangan banyak bicara. Ayo buruan," perintah Gara sekali lagi.
"Aduh Gara. Tiba-tiba kepala ku kok berat ya.. Kau pergi sendiri saja ya," ucap Leon pura-pura.
"Ya sudah, kalau begitu besok tolong kau cari kan aku asisten pribadi pengganti dirimu. Jabatan mu di kantor akan aku turunkan menjadi OB," ancam Gara membuat Leon semakin kesal.
"Aaarrrggghhhh.. Iya-iya. Baiklah. Kita akan cari penjual empek-empeknya malam ini sampai ketemu. Kau puas Tuan Gara?" jawab Leon frustasi.
"Haha.. Gitu dong," jawab Gara senang.
Lelah berkeliling mencari penjual empek-empek Palembang, kedua sahabat itu tak kunjung juga menemukannya.
"Gara kita sudah putar-putar dua jam lebih, dan kau lihat hasilnya nol. Sekarang kita mau kemana lagi?" tanya Leon sangat kesal dengan Gara.
"Oh ya sudah. Kalau begitu kita beli saja yang di jalan dekat apartemen kita. Kan ada tuh penjual empek-empek asli Palembang yang buka dua puluh empat jam. Kenapa kita gak kesitu saja ya," ucap Gara tiba-tiba.
"Gara kau kenapa tak bilang dari tadi sih.. Aaarrrggghhh," jawab Leon benar-benar kesal dengan Gara.
Sudah jelas-jelas yang dekat ada, masih saja dia mencari yang jauh dari apartemennya.
"Ya aku cuma iseng saja mencari di tempat lain. Siapa tau ada. Tapi nyatanya gak ada. Maaf ya Leon," ucap Gara tanpa rasa bersalah.
"Kau ini benar-benar membuatku susah. Andai kau beli uang di dekat apartemen kita, pasti sekarang aku sudah tidur dengan nyenyak," protes Leon sepanjang jalan.
Bukannya merasa bersalah, Gara memilih untuk menutup dan telinga nya tanpa sepengetahuan Leon.
"Huh.. Dibilangin malah tidur. Untung saja kau sahabatku. Jika tidak, sudah aku kasih racun tikus kau.
Keesokan paginya, Airin yang baru saja mandi mendapat panggilan telpon dari Mama Lena, mamanya Gara.
"Selamat pagi Bu," jawab Airin.
"Pagi juga Airin. Kamu dimana?" tanya Mama Lena dengan ramah.
"Ini Airin di rumah. Sebentar lagi mau berangkat ke toko. Ada apa ya Bu?" tanya Airin lembut.
"Gak ada apa-apa. Nanti saya akan ke toko mu untuk mengambil mawar nya," jawab Mama Lena.
"Oh ya, kalau begitu sampai jumpa di toko ya Bu," jawab Airin.
"Leon, apa kau sudah menyuruh supir untuk menjemput Airin di rumahnya?" tanya Gara sesaat akan memulai meeting nya.
"Sudah. Kau tenang saja," jawab Leon memberikan satu jempolnya.
Saat jam istirahat, Gara dan Leon masih berada di ruangan meeting nya. Tiba-tiba ponsel milik Leon berbunyi dan ia memutuskan untuk mengangkatnya.
"Halo?" ucap Leon.
"Halo selamat siang. Apakah ini dengan Bapak Leon Wang?" tanya perempuan dari seberang telpon.
"Ya saya Leon Wang. Ini dari siapa ya?" Leon balik bertanya.
"Kami dari rumah sakit Bakti Husada mau memberi tahukan jika hasil tes DNA yang Bapak lakukan sudah keluar, dan hasilnya bisa di ambil hari ini," ucap petugas rumah sakit tersebut.
"Oh baik kalau begitu nanti saya akan ke sana secepatnya," jawab Leon semangat empat lima.
"Siapa Leon?" tanya Gara setelah panggilannya selesai.
"Rumah sakit tempat kita melakukan tes DNA kemaren. Mereka bilang hasilnya sudah keluar," jawab Leon sambil merapikan berkas-berkasnya.
"Ya sudah, kalau gitu ayo kita berangkat sekarang," ucap Gara tak kalah semangat.
"Semangat sekali kau? Nanti saja. Habis ini kita akan ada meeting lagi," jawab Leon.
"Meeting hari ini kita tunda saja besok. Kau tau, aku sangat penasaran sekali dengan hasilnya," jawab Gara tersenyum.
"Aku yang tes, kenapa kau yang penasaran? Aneh," jawab Leon rolls eyes.
"Bagaimana aku tidak penasaran coba, seorang Leon didatangi wanita dan mengatakan jika kau telah memiliki seorang putri berusia satu tahun. Wajar kan aku penasaran," ucap Gara menaik turunkan alisnya.
"Terserah kau," jawan Leon rolls eyes.
.
.
"Selamat siang dok. Bagaimana hasilnya?" tanya Leon tak sabaran. Begitu juga dengan Gara yang sudah penasaran dari tadi.
"Selamat siang. Hasilnya sudah keluar, ini silahkan di buka," jawab dokter tersebut memberikan sebuah amplop berwarna putih panjang.
Dengan cepat, Leon pun mengambil amplop tersebut dari tangan sang dokter lalu membukanya perlahan.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Gara penasaran.
"Sabar, kau ini kepo sekali," jawab Leon kesal.
"Ayo buruan. Aku sudah penasaran sejak waktu itu," balas Gara antusias.
"Ini maksudnya apaan ya dok? Saya tidak mengerti bahasa kedokteran," ucap Gara bertanya kepada dokter itu.
"Maaf boleh saya pinjam kertasnya. Biar saya yang menjelaskan apa isinya," jawab dokter tersebut.
"Oh iya.. Ini dok," ucap Leon memberikannya kepada sang dokter.
"Disini di katakan jika hasil tes DNA yang anda lakukan hasilnya......"