Lindsey harus menjalankan sebuah misi tetapi dia malah tidur dengan target misinya!
—————————————————————————————————
Lindsey bergabung ke dalam sebuah “geng”
kelompok kejahatan yang bekerja memenuhi keinginan kliennya. Karena keahliannya dalam berakting, dia bertugas sebagai pemeran utama dalam kelompoknya dan terjun langsung menghadapi targetnya.
Suatu hari, Lindsey dan kelompoknya mendapat sebuah misi yang dimana targetnya adalah Jarvis, sang Mafia kaya bergelimang harta namun kejam dan berdarah dingin. Saat Lindsey sedang dalam penyamarannya, dia terjebak ke dalam hubungan cinta terlarang dan malah tidur dengan Jarvis yang merupakan target misinya sendiri!
Akankah Lindsey sebagai pemeran utama berhasil menyelesaikan misinya? Ataukah kekuatan cinta malah menggagalkan misinya? Penuh ketegangan, saksikan perjalanan cinta Lindsey dan Jarvis di novel ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elvina Stephanie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu Milikku
Namun fokus Jarvis buyar yang kala itu mendapati Lindsey memasuki mobil yang disopiri oleh seorang pria. Matanya melirik kaca spion dalam mobil yang menampakkan mobil di belakangnya. Dengan jelas Jarvis melihat bahwa di dalamnya ada seorang pria yang duduk di kursi pengemudi. Lindsey masuk dan duduk di depan. Tentu saja pastinya pria itu bukan sopirnya Lindsey, kan? Kalau sopir, Lindsey pasti memilih duduk di belakang, bukan di samping pengemudi. Tapi siapa laki-laki itu? batin Jarvis.
Pastikan kamu tidak menyesal, Jarvis.
Kalimat itu kembali terngiang di kepala Jarvis. Bagaimana ini, Lindsey? Sepertinya aku sudah menyesal. batin Jarvis.
...****************...
Hati Jarvis menjadi risau. Sepanjang perjalanan dia tidak berhenti memikirkan siapa pria yang menjemput Lindsey. Ditambah lagi, tujuan mereka adalah ke hotel yang sama. Saat Carlos sudah menurunkan Jarvis di parkiran, mobil Kapten dan Lindsey pun sampai di parkiran. Lindsey dan Kapten turun dari mobilnya dan sama-sama berjalan menuju lift.
Ada satu lift yang sedang terbuka dan hanya berisikan Jarvis yang sedang bersandar di dalamnya. Kapten pun masuk ke dalam lift sementara Lindsey masih terdiam di depan lift.
“Kamu tidak masuk?” tanya Kapten.
Lindsey pun tersadar bahwa dia harus masuk ke dalam lift, meski ada Jarvis di dalamnya. Dia memasuki lift dan berdiri tepat di samping Kapten. Sedangkan mata Jarvis tidak berpaling dari 2 orang yang berada di depannya itu. Matanya seolah sedang meneliti, siapa pria itu, dan hubungan macam apa di antara mereka.
Apa jangan-jangan Lindsey sudah melupakanku dalam 3 hari dan mencari partner yang baru? batin Jarvis.
Lift sampai di lantai yang mereka tuju. Kapten dan Lindsey keluar terlebih dahulu dan disusul oleh Jarvis di belakang. Tujuan mereka berada di lantai yang sama namun hanya beda kamar. Jarvis dengan matanya yang masih jelas melihat Lindsey dan Jarvis masuk ke kamar yang sama yaitu kamar 3203.
Emosi Jarvis kian memuncak. Seolah darahnya sudah mendidih, Lindsey benar-benar tega terhadapnya. Bagaimana bisa dalam 3 hari semuanya berubah menjadi asing kembali? Bagaimana bisa Lindsey menemukan partnernya yang baru dan membawa ke hotel yang sama denganku? Apa dia sengaja ingin pamer kepadaku?
Jarvis melepas balutan jasnya dan membantingnya ke sofa. Dia menarik kasar dasi yang semakin lama merasa tercekik dan juga membantingnya ke atas sofa untuk melampiaskan amarahnya. Dia sudah merasa sangat gerah dan ingin cepat bertemu dengan air dingin. Jarvis berjalan menuju kamar mandi, melepas semua pakaiannya dan menyalakan air shower. Saat Jarvis memejamkan matanya sejenak, dia membayangkan dirinya yang sedang bercinta dengan Lindsey di bawah pancuran air. Bahkan kini semua sudut di kamar 3205 sudah dipenuhi oleh sosok Lindsey.
Itu tidak mungkin. Lindsey bukan wanita seperti itu. Tenang, Jarvis. batin Jarvis. Jarvis berusaha menenangkan dirinya sendiri yang kala itu merasa posisinya sudah tergantikan oleh pria itu. Namun lagi-lagi emosinya semakin membara ketika membayangkan tangan pria lain menjamaah tubuh Lindsey, menjadikan tubuh Lindsey sebagai pemuas nafsunya dan bersatu padu dalam kehangatan tubuh.
Jarvis pun dengan cepat menyelesaikan mandinya. Keluar dari kamar mandi dengan tubuhnya yang masih basah karena hanya asal mengeringkan dan langsung memakai kimono tidurnya. Jarvis meraih ponselnya dan mengetikkan sesuatu.
Jarvis
Datang ke kamarku sekarang.
Saat itu Lindsey juga baru keluar dari kamar mandi dengan gaun dan kimono tidurnya setelah selesai mengeringkan rambutnya sehabis mandi. Lindsey mendengar sebuah notifikasi dari ponselnya.
Lindsey
Ada apa?
Jarvis
Atau aku yang ke kamarmu?
Jarvis gila. batin Lindsey.
Ting..
Kalau aku ke kamarmu, aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan di sana.
Oh, tidak! Bagaimana ini? batin Lindsey
Ting..
Aku hitung satu sampai tiga.
Lindsey melihat Kapten dan Piter yang sedang asyik masing-masing.
Ting..
Satu..
Mampuslah aku. batin Lindsey.
Lindsey.
Aku yang ke sana.
Lindsey lalu melihat ke arah Piter yang sedang asyik dengan komputernya, dan Kapten yang sedang duduk membaca artikel.
“Aku mau keluar sebentar.” ucap Lindsey.
“Kemana?” tanya Kapten.
“Mencari angin.” jawab Lindsey.
Lindsey lalu keluar dengan membawa ponselnya di tangan. Dia menutup pintu rapat-rapat dan berjalan ke kamar Jarvis yang hanya berjarak 2 kamar. Lindsey membunyikan bel kamar Jarvis seraya matanya mengawasi keadaan sekitar. Jarvis membukakan pintu dan Lindsey masuk keb dalamnya.
“Ada apa, Jarvis?” tanya Lindsey.
Tanpa menjawab pertanyaan yang diberikan Lindsey, Jarvis mencium bibir wanita yang sudah 3 hari tidak ditemuinya itu. Dorongan Jarvis begitu kuat hingga menyandarkan Lindsey ke dinding.
“Jarvis.. emmh..”
“Apa kamu sudah melupakanku dalam 3 hari?” tanya Jarvis lalu kembali mencium bibir Lindsey dengan penuh nafsu.
Lindsey berusaha mendorong dan menyingkirkan Jarvis. Namun tetap saja, Jarvis bahkan tidak menjauh sedikitpun.
“Dimana pria itu menyentuhmu? Di sini?” tanya Jarvis lalu tangannya merangkum, meremaas, menghisaap kedua buah dada bulat yang dimiliki Lindsey.
“Aaahh! Jarvis.. jangan seperti ini..” ucap Lindsey dengan tubuhnya yang sering kali bergetar akibat perlakuan Jarvis. Tangannya masih berusaha mendorong Jarvis meski terkadang menjambak rambut Jarvis karena nikmatnya.
“Atau di sini?” tanya Jarvis yang kemudian menyelinapkan tangannya ke dalam gaun tidur yang digunakan Lindsey.
“Jangan.. Jarvis.. aah.. ahh.. ahh..”
Tubuh yang kurindukan.
Jarvis memutar tubuh Lindsey dan melepas kimono yang dipakainya. Tangannya menurunkan kedua tali gaun sehingga gaun itu turun merosot ke lantai. Jarvis mulai menciumi tubuh Lindsey dari belakang, menyusuri tulang punggungnya. Tubuh Lindsey menggeliat hingga membungkuk karena tak kuasa menahan rasa nikmat bercampur geli.
Tidak tahan lagi, Jarvis menyatukan kedua tubuh mereka dengan sekali hentakan. Tangannya memegang satu tangan Lindsey untuk menahannya agar Lindsey tidak terjatuh, satu tangannya yang lain berada di perut Lindsey agar memperdalam hujamannya.
“Aahh.. aahh.. Jangan seperti ini.. ahh..”
“Kenapa?! Apa kamu sudah tidak mau bercinta denganku lagi?” tanya Jarvis.
“Aah.. Jarvis.. ah.. kumohon..”
“Apa pria itu lebih hebat dariku?” tanya Jarvis.
“Pria siapa.. aah... uh.. aaahh.. Jarvis..!!”
Jarvis mencapai ******* pertamanya. Dia membawa Lindsey ke sofa dan bermain di sana. Jarvis mengikat kedua tangan Lindsey dengan dasi yang yang tadi dibantingnya ke sofa. Sesekali dia mencium bibir Lindsey sambil pinggulnya terus bergerak. Jarvis menatap wajah Lindsey yang sedang memejamkan matanya, menengadahkan kepalanya ke atas, menikmati, mendesah karena goyangan darinya.
“Enak sekali, kan?” tanya Jarvis.
“Jarvis.. aahh..”
“Katakan.”
“Siapa yang lebih hebat?”
“Aku, atau pria itu?”
“Kamu, Jarvis.. aah.. ahhh..”
Keduanya mengerang dan mendesaah berbarengan. Jarvis semakin mempercepat lajunya. “Aakhh.. Lindsey.. akhh.. Lindsey.. Kamu milikku, Lindsey.. aahh.. Tidak boleh ada yang menyentuh atau melihatmu tubuhmu selain diriku! Aarggghhh..!!!!”
Jarvis berhasil menyelesaikan kalimatnya sebelum akhirnya mencapai ******* juga bersamaan. Jarvis mencabut miliknya dan membuangnya di luar lalu jatuh ambruk di atas tubuh Lindsey. Lindsey mengalungkan tangannya yang terikat dasi di leher Jarvis.
Jarvis melepas ikatan dasi di pergelangan tangan Lindsey dengan satu tarikan seraya bibirnya menghisap leher Lindsey hingga menimbulkan bekas di sana. “Kamu milikku. Mulai sekarang dan seterusnya, kamu milikku!” ucap Jarvis dengan napasnya yang terengah-engah.
Bersambung...
Halo. Terima kasih sudah membaca novel ini. Jangan lupa berikan dukunganmu kepada Author dengan memberikan: like, tips, komentar, dan hadiah vote. Tambahkan novel ini ke favorite kamu agar mengetahui up episode terbaru. Episode terbaru akan segera diupdate hari ini.
Bantu novel ini masuk ke ranking dengan memberikan like dan komentar agar novel ini semakin dikenal banyak orang🤗❤️ Terima Kasih