Menceritakan tentang seorang gadis soleha bernama Aisyah yang mengajar di sebuah pondok pesantren yang jatuh hati dengan seorang pria yang merupakan anak angkat dari pemilik ponpes tersebut. Cintanya ternyata tidak bertepuk sebelah tangan, karena sang pria idaman itu juga mencintainya, akan tetapi ia harus merasakan kekecewaan ketika harapannya untuk menikah dengan pria idamannya itu kandas karena sang pemilik ponpes justru menginginkan ia untuk menikah dengan putra kandungnya yang lumpuh. Akankah Aisyah menerima perjodohannya dengan lelaki yang divonis lumpuh itu?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CA 25 # Back to Home
"Untuk transfusi darah langsung harus dicek dulu kesehatan donornya agar tidak terjadi sesuatu kepadanya, " jawab dokter Tomy
"Kami bersedia di cek dok?" ucap Rinjani
"Baiklah kalau begitu mari ikut saya menuju ke lab," ajak dokter Tomy
Latief dan Rinjani kemudian mengikuti dokter Tomy ke lab. Beberapa menit kemudian mereka melakukan serangkaian tes agar bisa mendonorkan darahnya untuk Aisyah.
"Setelah melihat hasil tes, seperti hanya ibu Rinjani yang bisa mendonorkan darahnya untuk Aisyah," ucap seorang petugas laboratorium
"Sekarang ibu Rinjani ayo ikut saya untuk segera melakukan transfusi darah!" ajak petugas itu
"Baik dok, saya siap," ucap Rinjani
Wanita itu kemudian mengikuti petugas laboratorium menuju ke ruang perawatan Aisyah.
"Semoga kamu bisa cepat sembuh ya nak, maaf mungkin hanya ini yang ibu bisa berikan padamu, setelah sekian lama ibu meninggalkan kamu. Mudah-mudahan ini bisa mengurangi dosa-dosa ibu yang dulu menelantarkan kamu!" batin Rinjani
Setelah selesai transfusi darah, Aisyah terlihat membuka matanya.
"Alhamdulillah!" ucap Banyu dan juga Latief bersamaan
"Akhirnya kamu sadar juga sayang, semoga kamu cepat sehat sayang, biar bisa cepat pulang," ucap Banyu
"Gimana nduk?, apa masih sakit?" tanya Latief
Aisyah hanya menggelengkan kepalanya.
"Syukurlah, ngomong-ngomong yang donorin darah buat kamu itu ibu kamu lho, semoga dengan melihat kondisi kamu akan merubah ibu kamu menjadi wanita yang lebih baik lagi!," ucap Latief
Aisyah hanya bisa tersenyum melihat abi dan juga ibu akur.
Seorang perawat dan juga dokter Tomy mengunjunginya.
" Alhamdulillah sudah sadar, apa kamu merasakan sesuatu seperti gatal-gatal atau bengkak setelah transfusi darah?" tanya dokter Tomy
"Tidak dok, " jawabnya lemah
"Ok, berarti darah ibu bagus sehingga tubuh kamu tidak beraksi atau alergi menerimanya, sekarang kamu sudah tidak usah puasa lagi dan sudah bisa makan dan minum, setelah itu minum obat ya, supaya cepat pulih," ujar dokter Tomy
"Baik dok," jawab Aisyah
"Tolong nanti Aisyah kasih teh manis dulu setelah itu makan dan minum obat ya!" pesan dokter pada Banyu
"Siap dok, terima kasih," ucap Banyu
Setelah dokter Tomy pergi, Banyu segera pergi ke kantin rumah sakit untuk membeli makanan dan juga minuman untuk istrinya. Setelah itu ia kemudian langsung menyuapinya.
Latief yang melihat Banyu begitu telaten menyuapi istrinya merasa bangga karena telah memilihkan suami yang terbaik untuk putrinya.
Pria itu kemudian menemui istrinya yang masih terkulai lemas di atas brankarnya.
***********
Seusai sholat subuh Bhumi sudah berada fi dapur untuk menyiapkan sarapan pagi, karena tidak ada Aisyah yang biasanya menyiapkan sarapan untuk mereka. Setelah selesai masak ia kemudian mandi dan bersiap-siap pergi ke Pondok Pesantren untuk menunaikan kewajibannya.
Syifa bangun ketika mencium aroma wangi masakan Bhumi yang sudah ia sajikan di meja makan.
"Mas masak?" tanya Syifa
"Iya, sekarang kamu mandi terus kita sarapan," ucap Bhumi
"Kenapa Mas gak bangunin aku tadi?" tanya Syifa lagi
"Memangnya kalau aku bangunin kamu, terus kamu mau masak buat sarapan gitu?" Bhumi balik bertanya
"Tidak juga, kan aku tidak bisa masak. Setidaknya aku bisa bantuin kamu Mas, atau aku bisa panggil mbok Dar untuk memasak di sini," jawab Syifa
"Tidak perlu, kamu tidak harus pinter masak untuk bisa jadi istri kesayangan aku, tapi cukup dengan menjaga tutur katamu dan juga berprilaku santun itu sudah cukup bagiku!" ucap Bhumi
"Jangan nyindir Mas!" jawab Syifa
"Aku tidak menyindir kamu, tapi aku hanya ingin kamu berubah!" sahut Bhumi
Syifa hanya memonyongkan bibirnya dan kemudian pergi meninggalkan Bhumi menuju ke kamar mandi.
"Astaghfirullah!, ya Allah berikan hidayah kepada istri hamba," ucap Bhumi lirih
*********
Setelah tiga hari dirawat dirumah sakit akhirnya Aisyah diperbolehkan pulang.
Banyu menuntun istrinya menuju ke kamarnya, dan membaringkannya di atas ranjangnya.
"Kamu istirahat saja ya sayang, jangan banyak gerak dulu, Insya Allah nanti siang ada orang yang akan membantu pekerjaan rumah kita, namanya Mbak Sri mudah-mudahan dia betah kerja di sini," ucap Banyu
"Oh, sudah pulang toh! Aisyah," ucap Syifa yang berdiri di depan pintu kamarnya
"Yang sabar ya... semoga kamu cepat hamil lagi ya!" ucap Syifa
"Memangnya aku kemarin sakit apa sih mas, kok Syifa ngomong kaya gitu?" tanya Aisyah penasaran
Banyu memang sengaja tidak memberitahukan kalau Aisyah sudah mengalami keguguran karena ia takut istrinya akan merasa sedih makanya ia sengaja merahasiakannya dan akan memberitahukannya setelah ia benar-benar sehat.
"Kemarin kamu itu hamil sayang, usia kandungannya baru tiga minggu tapi karena efek kecapean setelah kita berobat ke Situbondo membuat janinmu berpindah posisi di luar kandungan sehingga kamu merasa sesak nafas dan akhirnya diopersai karena sudah terjadi pendarahan, tapi sayangnya janin kamu yang masih berbentuk jaringan tidak dapat diselamatkan," jawab Banyu
Seketika tangisnya pecah ketika mengetahui perihal keguguran yang baru saja dialaminya, membuat Banyu terus memeluknya.
"Awww!! sakit!!" teriak Aisyah
"Kamu itu kalau ketawa sama nangis pasti sakit bekas jahitannya makanya aku gak mau bikin kamu sedih," jawab Banyu memeluknya erat
"Sudahlah jangan terlalu dipikirkan kita masih bisa punya anak lagi kan, yang penting kamu sehat dulu ya?" ucap Banyu menyemangati Aisyah
Aisyah hanya bisa mengangguk dan membenamkan wajahnya di pelukan Banyu.
"Diih cengeng!!, gitu aja nangis!" cibir Syifa
**plaak!!!
Sebuah tamparan mendarat di wajah cantik Syifa, Rinjani sengaja menamparnya karena sudah tidak tahan dengan ucapan Syifa yang berkesan menyindir putrinya itu. Ia merasa kata-katanya sudah keterlaluan hingga ia terpaksa menamparnya.
"Sakit tahu!!, kenapa si kamu nampar aku, emangnya apa salahku!" teriak Syifa
" Makanya jaga mulut kamu dan jangan sembarangan kalau ngomong, nanti kalau kamu merasakan seperti yang Aisyah rasakan kamu baru tahu, bagaimana rasanya kehilangan anak yang sudah dinanti-nantikan!" hardiknya
Syifa hanya menekuk wajahnya ia sangat marah dengan sikap Rinjani kali ini.
"Untung ada Mas Bhumi, awas aja kalau kamu sendiri aku akan membalas mu!, tunggu saja Rinjani!" batin Syifa
"Betul apa yang dikatakan Bu Dhe, kamu tidak boleh berkata seperti itu Syifa," ucap Bhumi
"Diam saja kamu Mas, udah tahu istrinya dianiaya bukannya dibelain malah diem saja!" gerutu Syifa
"Aku pasti akan membelamu jika kamu memang tidak bersalah dan diperlakukan tidak adil, tapi apa yang dilakukan ibu Rinjani tadi memang sudah benar, " jawab Bhumi
"Jadi kamu setuju kalau ibu Rinjani menampar ku!" tanya Syifa
Bhumi hanya mengangguk, Syifa yang marah setelah tahi jawaban dari suaminya segera berlari meninggalkan mereka dan membanting pintu kamarnya.
***Braaakkk!!!
"Kamu harus sabar le menghadapi istri seperti itu, sekali-kali kamu juga harus tegas padanya, kasih dia hukuman agar dia bisa berubah!" ucap Rinjani menasihati Bhumi
"Inggih Bu dhe!" jawab Bhumi