Serena Valerie Adiwijaya merupakan gadis dewasa yang sederhana. Serena bekerja ditengah kota untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dia juga harus membiayai kuliah adiknya.
Suatu hari takdir mempertemukan dia dengan seorang pria tampan yang terkenal sebagai CEO muda yang bernama Arkana Raditya Permana.
Status sosial yang sangat jauh berbeda, serta latar belakang keluarganya yang rumit membuat Serena harus memendam perasaannya. Namun apa jadinya jika Arkan juga mencintai Serena? Apakah mereka akan bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indahahaha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Siapa Dia?
Setelah beberapa jam perjalanan akhirnya Serena dan Arkan telah sampai di rumah Serena yang ada di kota B pada pukul 15.00.
Dapat di lihat, di luar rumahnya sudah ada seorang wanita paruh baya yang sedang menunggunya. Serena segera turun dari mobil, dan langsung menemui wanita itu.
"Serena akhirnya kamu pulang sayang" ucap Sinta
"Iya mah, aku sangat rindu kalian" ucap Serena sembari memeluk mamahnya.
"Kau pulang bersama siapa?" Sinta bingung karena Serena pulang menggunakan mobil yang sangat mewah.
Arkan keluar dari mobil dan mendekati Serena yang sedang berpelukan dengan wanita itu.
"Dia siapa sayang?" Tanya Sinta saat melihat laki-laki tinggi berwajah tampan itu.
"Ah aku pulang bersama temanku, dia kak Arkan" ucap Serena memperkenalkan Arkan pada sang mamah.
"Kak, ini mamahku" sekarang Serena mengenalkan mamahnya Pada Arkan.
Arkan mengangguk dan menyalami tangan Sinta, dan Sintapun menyambutnya dengan baik. "Terima kasih sudah mengantarkan anak saya sampai rumah, padahal perjalanannya sangat jauh, tapi anda mau mengantarkannya" ucap Sinta yang merasa tidak enak pada Arkan.
"Iya nyonya, saya tidak pernah merasa keberatan jika semua itu untuk Serena" jawaban Arkan membuat Serena melotot dan Sinta yang menatap bingung mereka berdua, dia merasa sepertinya mereka berdua ini memilki perasaan satu sama lain, bahkan hubungan?.
'apa maksudnya?' batinnya bertanya-tanya, Arkan ini selalu bisa membuat hatinya menjadi tidak karuan.
"Nak Arkan jangan panggil saya nyonya, panggil saja Tante ya" ucap Sinta pada Arkan.
"Baik Tante" jawab Arkan.
"Sebaiknya kita masuk terlebih dahulu" ajak Sinta pada Arkan dan Serena.
Sebenarnya Sinta merasa bahwa sedari tadi tetangga depan rumahnya ini selalu memperhatikannya, apa lagi saat Arkan keluar dari mobil, mereka mencoba mengintip dari balik jendela rumah mereka.
"Silahkan duduk dulu nak, biar tante buatkan minuman dulu ya" ucap Sinta.
"Tidak perlu Tante, itu sangat merepotkan" tolak Arkan.
"Tidak apa-apa, tunggu sebentar ya" Sintapun pergi ke dapur untuk membuat minuman.
"Kakak kau sudah sampai?" Tanya Laura kegirangan melihat kakaknya sudah ada di rumah.
"Hei kau sudah ada di rumah sejak kapan?" Tanya Serena bingung, dia kira adiknya itu masih ada di kota C.
"Kemarin aku baru sampai kak, karena hari ini tidak ada mata kuliah jadi kemarin aku memutuskan untuk pulang lebih cepat saja" jawab Laura.
Laura baru tersadar jika ada orang lain disini, tapi dia tidak tahu siapa itu, dia mencoba melihat orang tersebut dan bertanya pada Serena. "Kakak, siapa dia?" Tanya Laura berbisik.
"Ini teman kakak namanya kak Arkan" ucap serena mengenalkan Arkan pada Laura.
"Kak, ini adikku Laura" ucap Serena pada Arkan.
Lalu Sintapun datang dengan membawa secangkir teh untuk Arkan. "silahkan diminum nak Arkan" ucap Sinta.
"Terima kasih tante" ucap Arkan.
"Mah, aku tinggal sebentar untuk ke kamar ya?" Ucap Serena pada sang mamah, dan sintapun mengangguk.
"Aku ikut" Laura mengikuti kakaknya itu dengan membantu membawakan beberapa barang kakaknya.
Di dalam kamar Serena, Laura mulai bertanya mengenai hubungan Serena dan Arkan karena dia yakin mereka berdua bukan hanya sekedar berteman.
"Kakak siapa pria tadi?" Tanya Laura.
"Kan kakak sudah memperkenalkannya tadi" jawab Serena sembari menata bajunya dalam lemari.
"Bukan itu maksudku kak, apakah dia pacar kakak?" Pertanyaan Laura membuatnya melotot.
"Tidak, bukan, dia temanku Laura" jelas Serena.
"Ckk!! Aku tidak percaya dengan hal itu. Kalaupun kalian berpacaran itu tidak apa-apa kak, karena mamah sudah mengijinkan kakak untuk menjalin hubungan dengan seorang pria" kakaknya ini tidak pernah menceritakan atau mengenalkan pria manapun padanya dan sang mamah, maka dari itu mamahnya sangat ingin sekali melihat Serena memiliki teman dekat pria yang bisa di kenalkan padanya. Mamahnya sangat takut jika Serena trauma dengan sebuah hubungan karena melihat hubungan keluarganya ini, karena dia pernah mengatakannya pada sang mamah waktu itu. Walaupun dia bilang itu hanya sebuah candaan, tetapi sekarang Sinta mulai memikirkan apakah ucapan itu memang benar dari perasaan Serena sesungguhnya.
Dulu, mamah dan papahnya memang melarangnya untuk tidak menjalin hubungan dengan seorang pria karena masih sekolah, dan Serena menuruti permintaan orang tuanya itu, tetapi hal itu malah berlanjut hingga sekarang.
"Tidak Laura, kami memang hanya berteman saja. Aku mengenalnya karena dia salah satu pembeli di toko tempat kakak bekerja, dia orang yang baik" ucap Serena.
"Serena kau sudah pulang nak?" Tanya neneknya yang baru saja datang dari sawah bersama kakeknya juga.
"Iya nenek, aku sangat merindukanmu" ucap Serena sembari memeluk neneknya. Sejak kecil Serena memang lebih dekat dengan neneknya itu, karena sejak Laura lahir, mamahnya lebih sering mengurus Laura.
"Nenek, kak Serena pulang membawa calon cucu menantu mu" ucap Laura sambil terkikik geli.
"Sungguh? Kau memiliki kekasih sekarang Serena?" Tanya neneknya itu.
"Ti-" belum sempat Serena menjawab, adiknya itu sudah lebih dulu bicara dan mengarahkan neneknya untuk bertemu dengan Arkan.
"Iya nek, ayok kita lihat ke depan" ucap Laura.
"Hei kalian mau kemana?" Tanya Serena sambil mencoba menghentikan langkah mereka berdua.
"Jadi kau kekasih Serena?" Tanya nenek Imah pada Arkan yang sedang berbincang dengan Sinta.
Arkan sempat bingung dengan ucapan nenek di depannya ini, tapi setelahnya langsung menyalimi tangan nenek Imah.
"Saya Arkan nek" jawab Arkan
"Saya neneknya Serena. Jadi kamu benar kekasih cucuku Serena?" ucap nenek Imah
Serena merasa malu akan hal itu, dia menutup wajahnya tidak berani menatap Arkan karena sangat malu. Tapi jawaban membuatnya kaget, kepalanya menjadi pusing karena memikirkan hal ini.
"Iya nek" jawab Arkan.
Bukan hanya Serena yang kaget tapi Sinta dan Laurapun ikut kaget mendengar ucapan Arkan. "Jadi kalian benar pacaran?" Tanya Sinta.
"Iya Tante, maaf" jawab arkan.
Setelah itu nenek Imah mulai bertanya-tanya pada Arkan dan Arkanpun menjawabnya dengan tenang.
"Sebenarnya saya ingin menginap disini selama beberapa hari kedepan, saya ingin berlibur di kota ini, apakah boleh?" Arkan meminta ijin pada Sinta dan nek Imah.
"Boleh nak, nanti kami siapkan kamar untukmu" ucap nek Imah.
"Serena kau tidur bersama laura ya di kamar adikmu, karena nak Arkan akan menginap dan tidur di kamarmu saja" ucap nek Imah. Rumah Serena hanya memiliki empat kamar dan kamar itu telah terisi semua, jadi mau tidak mau harus ada salah satu kamar yang harus dikosongkan jika sedang ada tamu. Kamar Serena merupakan kamar yang paling luas diantara beberapa kamar lainnya, itulah mengapa nek Imah memilih kamar Serena yang akan di gunakan Arkan menginap.
Serena pasrah mendengar ucapan sang nenek, "nanti kamu antar nak Arkan ke kamar ya" ucap nek Imah, dan Serena mengangguk menjawabnya.
Pada saat Laura, nek Imah dan Sinta ke belakang, Serena mulai mengajak Arkan berbicara mengenai hal tadi.
"Apa yang kakak katakan tadi?" Tanya Serena dengan sedikit kesal, karena hal yang dilakukan Arkan ini akan memicu masalah nantinya.
"Memangnya apa yang saya katakan?" Tanya Arkan dengan tidak merasa bersalah.
"Yang kakak katakan tadi akan menimbulkan masalah nantinya. Dengan kita berbohong seperti itu, Apa yang akan ku katakan nanti? mereka akan terus mencari mu dan menanyakan mu kak" ucap Serena dengan gusar.
"Tidak apa-apa, saya akan bertanggung jawab nanti jika terjadi masalah" jawab Arkan.
Serena masih cemberut karena kesal, sedangkan Arkan malah tertawa kecil melihat raut wajah Serena yang terlihat semakin lucu jika sedang cemberut seperti itu.