Kehidupan rumah tangga Riana baik-baik saja, sampai suatu malam dia tak sengaja bertemu dengan Almeer. Seorang pemuda yang hadir ke dalam hidupnya dan membuat biduk rumah tangganya menjadi kacau.
Rumah tangga Riana tak dapat lagi diselamatkan, setelah suaminya mengetahui Riana sedang mengandung anak dari pria lain.
Bagaimana lika-liku percintaan Riana dan Almeer?
Akankah mereka menemukan kebahagiaan?
Salahkah apa yang Riana lakukan?
Ikuti kisah selengkapnya.
Follow IG : @poel_story27
Cover By : @wnc_design_didesc
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poel Story27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Perlu Khawatir
Aeyza yang ditinggal sendiri, rebahan di brankarnya sambil mendekap hangat putranya yang baru saja lahir. Meskipun tidak lengkap, dia tetap tersenyum bahagia karena di umurnya yang masih 20-tahun, Tuhan sudah memberinya kepercayaan untuk menjadi seorang ibu.
"Aeyza!" tegur Fenny seraya membuka pintu ruang rawatnya.
Aeyza menoleh, matanya memperhatikan Fenny yang mendekat dengan tatapan datar.
"Mau apa kau ke sini?'' tanya Aeyza dengan nada yang tidak begitu bersahabat.
"Astaga, Za. Tentu saja untuk menjengukmu, sekalian melihat keponakanku yang baru lahir," sahut Fenny mengerucutkan bibir, seraya meletakkan hadiah yang dibawanya di atas meja nakas.
Aeyza memutar bola mata malas, rasanya dia tidak sudi anaknya itu disebut keponakan oleh Fenny.
"Boleh aku menggendongnya?'' tanya Fenny sambil menatap bayi mungil yang berada di samping Aeyza mata berbinar.
"Jangan lama-lama, dan jangan sampai dia nangis!" celoteh Aeyza sewot.
Fenny mendecakkan bibirnya. "Iya, Za. Kau ini pelit sekali!" sungutnya.
Fenny menimang bayi mungil yang kini ada di tangannya. "Za, bayimu ini tampan sekali! Aku pasti akan memiliki anak-anak yang cantik dan tampan juga, setelah menikah dengan abangmu nanti," celutuknya.
Aeyza diam saja, tidak menyahut. Dia tidak mau peduli dengan celotehan dari mulut Fenny.
"Za, boleh aku bertanya sesuatu?"
"Ehmm!" Aeyza menyahut dengan acuh, rasanya dia malas sekali untuk bicara dengan Fenny.
"Siapa wanita yang tadi bersama abangmu? Apa mereka dari sini?''
"Maksudmu kak Riana?" Aeyza bertanya balik.
Fenny menggidikkan bahunya. "Entah, aku tidak tahu siapa namanya, Abangmu bilang kalau wanita itu adalah calon istrinya. Semua itu bohong kan, Za?"
"Mungkin saja, kenapa memangnya?"
"Astaga, Za. Kau tahu sendiri aku dan abangmu itu sudah dijodohkan. Harusnya kau memperingati wanita itu, agar tidak kecentilan dengan abangmu!" Fenny mendecakkan bibirnya.
"Aku tidak peduli dengan siapa abangku akan menikah, asal dia bahagia aku pasti akan mendukungnya," sahut Aeyza yang membuat Fenny menjadi jengkel.
Fenny menggelengkan kepala, rasanya percuma dia mengadu pada Aeyza, karena adik Almeer itu sama sekali tidak mendukungnya.
Fenny mengembalikan bayi Aeyza ke sampingnya. "Aku pulang ya, Za. Ini sudah malam," pamitnya.
"Iya, terimakasih sudah mengunjungiku," Aeyza tersenyum tipis.
Fenny keluar dari ruang rawat sambil mengumpat kesal. 'Mengapa Aeyza bersikap seperti itu sih? Padahal aku sudah berusaha untuk bersikap baik padanya!'
"Lihat saja nanti kalau aku sudah menikah dengan kak Almeer, kau lah yang akan mengemis perhatian padaku." Fenny terus menggerutu sembari melintasi koridor rumah sakit.
Jemari lentiknya membuka resleting tas, lalu mengeluarkan ponsel dari dalam sana.
"Halo, Sayang! Ada apa kamu menghubungi tante?'' Terdengar suara khas seorang ibu yang menyapa dengan ramah dari seberang sana.
"Tante, kapan pulang? Aku ingin pertunanganku dengan kak Al dipercepat saja," rengek Fenny.
"Ehmm, kau sudah tidak sabar untuk melahirkan cucu tante, ya?" goda nyonya Agnes.
"Ya, itu salah satunya Tante, selain itu aku juga takut kak Al digoda wanita lain. Tadi saja aku bertemu kak Al bersama seorang wanita, kak Al mengaku wanita itu adalah calon istrinya. Dan yang lebih buruk lagi, wanita berumur lebih tua dari kak Al," adu Fenny.
Di seberang sana nyonya Agnes berdecak kesal. "Apa kau mengenal siapa wanita itu?"
"Tidak, Tante. Aku baru pertama kali bertemu dengannya."
"Ya sudah, kau tenang saja, tante tidak akan membiarkan pertunangan kalian batal. Tante akan segera pulang untuk mempercepat pertunangan kalian.''
Fenny tersenyum puas. "Terimakasih, Tante."
Fenny menutup sambungannya, dia memasuki mobilnya dengan senyum penuh kemenangan. "Lihat saja kak Al, kau mungkin bisa mengabaikanku, tapi kau tidak akan bisa mengabaikan perintah mommymu!"
***
Maldives.
Orang tua Almeer menghabiskan hari tuanya dengan liburan berkeliling dunia, setelah menghabiskan hampir seumur hidupnya untuk mengejar kekayaan. Mereka baru benar-benar meninggalkan pekerjaan, setelah mempercayakan kerajaan bisnis kepada anak dan menantunya.
Ini adalah minggu kedua orang tua Almeer berada di Maldives, setelah menghabiskan waktu berbulan-bulan dengan berpindah-pindah tempat di Benua Eropa.
Rencananya mereka akan menghabiskan waktu selama satu bulan di sini, menikmati pemandangan pulau-pulau koral indah yang mengelilingi laguna, memandangi pasir putih yang menanti ombak berwarna biru kehijauan di bibir pantai. Ditambah lagi menikmati indahnya pemandangan langit di pagi dan sore hari, di saat sang surya terbit dan terbenam, sangat cocok untuk bersantai menikmati hari tua.
Datang ke Maldives pada akhir musim panas, adalah hal yang sudah direncanakan orang tua Almeer. Agar mereka dapat menikmati fenomena indahnya cahaya laut berbintang, saat malam hari di Vaadhoo Island.
Di saat-saat tertentu, air laut akan memantulkan cahaya saat terbawa ombak. Keindahan ini tercipta secara biologis, di saat fitoplankton merasa stres saat tersapu arus laut, maka mereka akan memancarkan cahaya atau bioluminesensi sebagai mekanisme pertahanan, mekanisme yang mirip seperti yang dilakukan kunang-kunang.
Ya, Maldives memang memiliki segalanya untuk disebut sebagai surga dunia, mulai dari pasir putih dengan air laut biru jernih, hingga panorama spektakuler yang tidak akan ditemukan di tempat lain.
''Honey, sepertinya kita harus mengakhiri liburan kita lebih awal." Nyonya Agnes mendudukkan dirinya di samping sang suami yang tengah bersantai.
Tuan besar Adrian Rahadi menoleh. "Memangnya ada apa, Sayang? Apa apa ada hal mendesak?"
"Putri Danesh mengadu padaku, katanya saat ini Almeer sedang dekat seorang wanita, kita harus mempercepat pertungannya dengan Fenny," jawab nyonya Agnes.
"Baiklah, aku pun tidak ingin mengecewakan Danesh sahabatku itu, kita bisa pulang besok," balas tuan Adrian.
Tuan Adrian Rahadi meraih ponsel, lalu menghubungi orang kepercayaannya.
"Cari tahu siapa wanita yang mendekati putraku!"
"Baik, Tuan." Terdengar sahutan dari seberang sana melalui speaker ponselnya.
Setelah mendapat jawaban dari orang kepercayaannya. Tuan Adrian memutuskan sambungannya tanpa basa-basi, lantas berdiri lalu mengecup puncak kepala istrinya.
"Tenanglah, Sayang. Semuanya akan berjalan seperti yang kita inginkan,'' ujarnya lalu melangkah ke kamar resortnya untuk beristirahat.
Keesokan harinya dua orang yang tengah liburan itu, beranjak pulang ke tanah air. Pesawat pribadi milik Rahadi Group landing di jakarta saat menjelang sore.
Sekitar satu jam menempuh perjalanan darat, mereka pun tiba di mansionnya. Mansion super megah ini terlihat sunyi, bahkan kedua anaknya pun tidak ada yang mau tinggal di sini.
Mungkin Almeer dan Aeyza terlalu kecewa pada orang tuanya, karena selalu ditinggal sejak kecil, sehingga mereka pun memilih tinggal di kediaman masing-masing setelah dewasa.
Saat turun dari mobil, beberapa orang pelayan lansung menyambut untuk membawakan barang-barang tuan dan nyonya besarnya. Begitu juga orang kepercayaan tuan Adrian, dia sudah standby untuk memberikan hasil penyelidikannya.
"Kau sudah mendapatkan informasinya?" tanya tuan Adrian.
"Sudah, Tuan."
Pria itu mengekor di belakang tuan besarnya yang melangkah lurus memasuki mansion. Begitu tuan Adrian mendudukkan diri di ruang tamu, pria itu pun segera menyerah berkas yang dibawanya.
"Ini, Tuan."
Tuan Adrian mulai membaca berkas tersebut, matanya seketika berkilatan saat membaca profil Riana.
Bersambung.
Terus ikuti kisah selengkapnya, ya.
Terimakasih.
semangaaaat semua perempuan