Tes Tes Tes
Air mata Airin tertahankan lagi ketika mendapatkan tudingan yang begitu menyakitkan dari sang ayah.
Bahkan pipinya memerah, di tampar pria yang begitu dia harapkan menjadi tempat berlindung, hanya karena dia mengatakan ibunya telah dicekik oleh wanita yang sedang menangis sambil merangkulnya itu.
Dugh
"Maafkan aku nona, aku tidak sengaja"
Airin mengangguk paham dan memberikan sedikit senyum pada pria yang meminta maaf padanya barusan. Airin menghela nafas dan kembali menoleh ke arah jendela. Dia akan pulang, kembali ke ayah yang telah mengusirnya tiga tahun yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Mengetahui Kebenaran Lain
Kinan masih tampak tidak bisa percaya pada Airin.
"Kamu berkata seperti itu karena kamu memang ingin merebut Samuel. Maka kamu akan mengatakan hal yang tidak baik tentang mereka!" ujar Kinan.
"Untuk apa aku mengatakan hal tidak baik tentang orang yang pada dasarnya tidak baik. Tapi tidak mungkin juga aku mengatakan kebenaran pada orang yang tidak ingin mendengarkan kebenaran dariku. Jikapun aku katakan, Susan yang telah membunuh ibuku. Mencekiknya saat ibuku kritis di rumah sakit, apa kalian akan percaya padaku? tidak kan?" Tanya Airin dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Samuel bisa merasakan tangan Airin gemetaran.
"Sayang..."
Airin menoleh ke arah Samuel.
"Aku mau pulang!" kata Airin lirih.
Mengatakan semua itu, sama saja membuatnya mengingat kembali kejadian yang telah terjadi tiga tahun lebih itu. Dimana ibunya terlihat sangat kesakitan dengan tangan meraih-raih ke udara. Karena wanita yang sudah dia selamatkan malah mencekiknya dengan kejam.
Samuel melihat mata Airin yang merah dan berkaca-kaca. Samuel merangkul Airin ke pelukannya. Dia tidak tahu tentang hal itu. Yang dia tahu, hanya penyelidikan masalah Airin dituduh meracuni Susan sampai keguguran. Makanya dia dikirim ke luar negeri oleh ayahnya. Samuel tidak tahu, kalau Airin pernah mengalami hal seperti itu.
"Kita pulang!" ucap Samuel yang menuntun Airin berbalik pergi.
"Samuel, kamu tidak bisa pergi. Lusa adalah hari pernikahanmu!" kata Kinan.
Samuel menghentikan langkahnya, Airin juga ikut berhenti.
Samuel menoleh ke arah ibunya.
"Aku sudah menikah. Airin adalah istriku! aku akan adakan konferensi pers. Aku sendiri yang akan membatalkan pernikahan itu. Kalian tidak perlu ikut campur!"
"Samuel!"
Antonio menarik lengan Kinan yang akan mengejar Samuel.
"Suamiku, jangan hentikan aku. Pernikahan sudah diketahui seluruh..."
"Kamu lihat cara wanita itu bicara! kebencian begitu terlihat jelas dimatanya! jika benar Susan yang mengakhiri hidup Meisya. Bagaimana?" tanya Antonio menyela.
Kinan menggelengkan kepalanya.
"Tidak mungkin, Susan itu sangat baik. Dia dan Vivi itu sangat baik. Mereka adalah donatur dan sukarelawan..."
"Seperti yang dikatakan Airin. Jika seseorang memang tidak ingin mendengar kebenaran. Maka mau seperti apa orang lain menunjukkan kebenaran itu. Tetap saja tidak akan bisa dia percaya" ujar Antonio lagi.
Kinan terdiam.
"Kamu membela wanita itu. Dia jelas-jelas tahu, Samuel itu calon Paman tirinya. Bagaimana bisa dia merayu Samuel..."
"Bagaimana kalau bukan dia yang merayu Samuel?" tanya Antonio kembali menyela.
"Apa?" ujar Kinan setengah tak percaya suaminya kembali menyelanya.
"Bagaimana kalau bukan Airin yang merayu Samuel. Tapi Samuel yang mengejar Airin. Seperti yang Samuel katakan tadi, dia tahu kalau Airin berbeda. Anak kita merasa nyaman saat berada di dekat Airin. Bagaimana menurutmu? apa mungkin jika yang paling penasaran dalam hubungan mereka itu adalah Samuel. Karena dia merasa keistimewaannya tidak berpengaruh pada Airin. Mungkinkah Airin yang merayu Samuel atau sebaliknya, Samuel yang mengejar Airin?" tanya Antonio membuat Kinan tak bisa membantah atau berkata-kata lagi.
Kinan terduduk lemas di sofa. Dia benar-benar tidak bisa memecahkan masalah ini.
Antonio ikut duduk di samping Kinan.
"Aku akan selidiki semuanya. Aku juga tidak mau, punya keluarga yang ternyata punya niat terselubung dibalik semua kebaikannya! tapi aku butuh kerja sama darimu!" ujar Antonio yang membisikkan rencananya pada istrinya.
Sementara itu setelah kembali ke apartemen, Samuel masih menunggu Airin untuk bisa menceritakan semua yang terjadi padanya tiga tahun yang lalu.
"Tiga tahun yang lalu, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Samuel.
Airin yang masih merasa begitu sedih. Menatap mata suaminya yang sejak tadi terus menggenggam tangannya itu.
"Hujan deras, malam itu hujan deras. Aku di kurung oleh ayah di kamarku, tapi aku dengar dari bibi Ratih, kondisi ibu kritis. Ibu sakit sudah lama, aku bilang pada ayah agar ibu di bawa ke rumah sakit. Tapi wanita jahat itu selalu mengatakan ibu sudah membaik, ibu sudah membaik, seperti itu terus...."
Samuel menggenggam tangan Airin semakin erat karena istrinya itu terlihat sangat emosional. Dan air matanya sudah mulai berlinangan.
"Sampai aku kabur, lewat jendela. Aku berlari ke rumah sakit, karena ayah bahkan tidak memberikan aku uang lagi setelah kunci rumah itu diserahkan pada wanita jahat itu karena ibu sudah tidak bisa mengurus rumah. Sampai di rumah sakit..."
Airin menjeda ucapannya. Wanita itu terlihat mengangkat kedua alisnya, dan matanya semakin melebar. Dengan tarikan nafas yang begitu dalam.
"Aku melihatnya mencekik ibuku, aku melihatnya Samuel. Aku melihat ibuku pergi di tangannya. Aku tidak bisa apa-apa.. hiks....hiks..."
Airin terisak, dan Samuel segera meraih istrinya itu ke pelukannya.
Samuel memeluk Airin, mengusap punggungnya beberapa kali dengan sangat lembut. Namun rahang pria itu mengeras.
Dia bisa membayangkan bagaimana situasi yang dihadapi oleh Airin saat itu.
"Mereka memukuliku, mereka membuatku tampak seolah mengada-ada dan hanya ingin membuat keributan. Bahkan ayah tidak percaya padaku, hanya dengan satu dua kata dari wanita jahat itu. Aku bahkan tidak diperbolehkan melihat ibuku untuk terakhir kalinya..." Airin terisak di pelukan Samuel.
Samuel tidak menyangka. Ada hal yang lebih menyakitkan yang dirasakan oleh istrinya. Dari sekedar di asingkan oleh ayahnya sendiri. Melihat kematian ibunya, tapi bahkan tidak bisa mengatakan pada siapapun kalau ibunya meninggal karena dihabisi. Apalagi wanita yang melakukan semua itu, malah menjadi wanita yang menggantikan tempat ibunya di rumah itu. Pasti sangat menyakitkan bagi Airin.
Dengan mengeram marah. Samuel terlihat melebarkan tatapannya yang tajam itu.
'Aku pasti akan membantumu membalas semuanya Airin. Kamu adalah istriku, dukamu adalah dukaku. Dendammu juga adalah dendamku!' batin Samuel bertekad membuat Susan yang telah menyakiti Airin mendapatkan ganjaran yang sepadan.
***
Bersambung...
semangat terus ya buat cerita💪💪💪💪
semoga banyak yang baca.
cemungut kak Noer